Hasil 'Berburu' Batu dari Bol Brutu

Hasil 'Berburu' Batu dari Bol BrutuSebutan gerombolan sering identik dengan aktivitas yang tidak baik. Mengganggu masyarakat, bahkan kriminal. Namun, ada satu gerombolan yang mempunyai kegiatan sangat positif dan berkaitan dengan sejarah dan kebudayaan. ‘Bol Brutu’ nama gerombolan ini, dan tidak identik dengan ‘geng’ . Bol Brutu kependekan dari ‘Gerombolan pemburu batu’. Kata pemburu batu bukan sekedar batu yang mudah di temui di jalan-jalan, tetapi batu yang memiliki sejarah masa lalu.

“Bol Brutu --akronim dari geromBOLan PembBuRU baTU—merupakan kumpulan beberapa orang yang menyukai blusukan atau jalan-jalan ke situs-situs, candi-candi, makam-makam, dan bangunan-bangunan tua. Satu-satunya kesukaan bersama kita yang gak berhubungan langsung dengan batu adalah kita juga suka kuliner bersama” demikian penjelasan teks tertulis yang bisa dibaca dihalaman 2 dari buku ‘How Brutu Are You’.Hasil 'Berburu' Batu dari Bol Brutu

Anggota komunitas ini, sebut saja begitu, semuanya masih muda-muda, meski sudah berkeluarga, tetapi masuk dalam kategori keluarga muda, yang usianya belum genap 50 tahun, atau mungkin ada yang lebih sedikit dari angka itu. Tetapi, kesenangan mereka menjumpai batu-batu yang usianya sudah tua, bahkan sudah melampaui abad. Batu-batu jaman Hindu-Budha dalam bentuk candi maupun serpihan candi dan artefak lainnya, tidak luput dari ‘kunjungangan’ Bol Brutu.

Sebut saja, apa yang dilakukan Bol Brutu ‘melebihi’ dari apa yang dikerjakan oleh pegawai Purbakala, yang mungkin saja belum ‘mengunjungi’ peninggalan yang tidak dikenal. Oleh mereka, peninggalan yang diabaikan itu dihampiri dan semua anggota Bol Brutu mendokumentasi melalui kamera digital. Jadi, setiap kali melakukan blusukan, siapa saja person Bol Brutu yang ikut, pasti membawa kamera digitital dan semuanya akan mengambil momen yang berbeda. Masing-masing juga saling memotret kawannya, barangkali masing-masing menganggapnya sebagai artefak Bol Brutu. Maka, perlu juga untuk didokumentasi.

Hasil dari blusukan, atau perburuan Bol Brutu, hasilnya berupa candi-candi Hindu-Budha, atau tumpukan batu, atau juga batu yang tertimbun dedaunan, dipamerkan di Sangkring, Nitiprayan, Bantul, Yogyakarta. Ada banyak foto situs-situs yang mereka kunjungi, dalam rupa-rupa situs dipamerkan. Seperti halnya situs yang terserak, karya foto dari Bol Brutu ini juga ‘terserak’ di dinding ruang pamer SanHasil 'Berburu' Batu dari Bol Brutugkring.

Semua keterangan dalam foto situs yang dipamerkan, memang sekedar memberi keterangan. Barangkali Bol Brutu mengajak orang yang melihatnya untuk berkunjung langsung ke lokasi dan diantar oleh Bol Brutu. Maka, keterangannya tidak perlu menunjuk lokasi, misalnya situs ‘Banyunibo’ cukup ditulis di Sleman DIY. Tidak perlu ditunjukkan lokasi dusun, desa dan kecamatan.

Dari hasil blusukan ‘Bol Brutu, kita bisa melihat beragam situs yang telah mereka kunjungi dan tidak hanya di wilayah DIY, tetapi sudah melampaui kabupaten atau propinsi lain. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan apa yang dikerjakan Bol Brutu ‘melampaui’ dari kantor Purbakala.

Pastilah, masing-masing Brutuis, untuk menyebut aktifis Bol Brutu, seperti juga ditulis Hairus Salim, salah seorang Brutuis, mempunyai imajinasi yang berbeda, dan masing-mHasil 'Berburu' Batu dari Bol Brutuasing memiliki interes yang tidak sama. Namun kesediaannya untuk blusukan ‘mengungjungi’ situs-situs yang dilupakan adalah sesuatu yang ‘menakjubkan’. Karena lokasi situs, seringkali tidak mudah ditempuh, dan Brutuis tidak segan-segan menghampiri dan memotretnya. Dalam kata lain, para Brutuis, dengan blusukan menemukan situs-situs, seperti sedang mengungjungi satu peradaban masa lalu, yang tidak pernah dialami, tetapi simbol-simbolnya, meski berupa puing-puing, masih bisa dilihat. Para Brutuis seperti sedang mempelajari sejarah bangsanya yang terserak dibanyak lokasi.

Melihat foto-foto situs yang dipamerkan oleh Bol Brutu. Kita membayangkan, di lokasi situs, selalu tidak berhenti terdengar suara: klik! klik! dari kamera digital yang mereka bawa.

Pembukan pameran Bol Brutu yang disertai hujan deras dan Brutis tidak henti-hentinya saling klik! klik!.

Maka, agaknya, password dari Brutis, adalah klik!

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta