Catatan Hari untuk Minggu Depan
(22 April 2012 – 28 April 2012)

Kitab Primbon adalah ‘ilmu titen’ niteni kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup. Ada kejadian yang baik dan ada kejadian yang kurang baik, bahkan ada kejadian yang sungguh tidak baik, yang kesemuanya itu berhubungan dengan hari dan pasaran. Jika kejadiannya baik, maka hari dan pasaran saat terjadinya kejadian tersebut dianggap dan dicacat sebagai hari yang baik. Demikian pula sebaliknya, jika kejadian jelek bahkan sangat jelek, maka hari dan pasaran saat terjadinya peristiwa tersebut dianggap dan dicacat sebagai hari yang jelek atau sangat jelek.

Walaupun pada mulanya semua hari diciptakan baik adanya, tetapi pada perjalanan waktu, dengan niteni kejadian-kejadian yang ada dalam kehidupan manusia, ada beberapa hari yang dianggap dan dicacat sebagai hari yang kurang baik atau pun hari yang tidak baik.

Ada tiga kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih hari dan pasaran, yaitu: 1. hari dan pasaran yang baik, 2. Hari dan pasaran yang kurang baik dan hari dan pasaran yang tidak baik.

Berkaitan dengan niteni hari, menurut catatan pada kitab Primbon Betaljemur Adammakna ada beberapa hari dan tanggal yang kurang baik jika digunakan untuk berpergian dan untuk keperluan yang sifatnya khusus dalam satu minggu ke depan, mulai hari Minggu 22 April sampai dengan hari Sabtu 28 April 2012, atau dalam kalender Jawa Minggu Legi, tanggal 30, bulan Jumadilawal tahun 1945 Wawu sampai dengan Sabtu Paing, tanggal 6, bulan Jumadilakir tahun 1945 Wawu, dengan perincian sebagai berikut:

Minggu Legi, 22 April 2012, kalender Jawa tanggal 30, bulan Jumadilawal tahun 1945 Wawu, (terhitung mulai Sabtu sore jam 18.00 s/d Minggu sore jam 18.00),baikuntuk berpergian dan berbagai macam keperluan.

Senin Paing, 23 April 2012, kalender Jawa tanggal 1, bulan Jumadilakir tahun 1945 Wawu (terhitung mulai Minggu sore jam 18.00 s/d Senin sore jam 18.00),baikuntuk berpergian dan berbagai macam keperluan.

Selasa Pon, 24 April 2012, kalender Jawa tanggal 2, bulan Jumadilakir, tahun 1945 Wawu (terhitung mulai Senin sore jam 18.00 s/d Selasa sore jam 18.00),baikuntuk berpergian dan berbagai macam keperluan.

Rabu Wage, 25 April 2012, kalender Jawa tanggal 3, bulan Jumadilakir, tahun 1945 Wawu (terhitung mulai Selasa sore jam 18.00 s/d Rabu Sore jam 18.00),baikuntuk berpergian dan berbagai macam keperluan.

Kamis Kliwon, 26 April 2012, kalender Jawa tanggal 4, bulan Jumadilakir, tahun 1945 Wawu (terhitung mulai Rabu sore jam 18.00 s/d Kamis Sore jam 18.00),baikuntuk berpergian dan berbagai macam keperluan.

Jumat Legi, 27 April 2012, kalender Jawa tanggal 5, bulan Jumadilakir, tahun 1945 Wawu (terhitung mulai Kamis sore jam 18.00 s/d Senin Sore jam 18.00),baikuntuk berpergian dan berbagai macam keperluan.

Sabtu Paing, 28 April 2012, kalender Jawa tanggal 6, bulan Jumadilakir, tahun 1945 Wawu (terhitung mulai Jumat sore jam 18.00 s/d Sabtu sore jam 18.00),baikuntuk berpergian dan berbagai macam keperluan.

Bagi bayi yang lahir pada hari Minggu 22 April 2012 sampai dengan Sabtu 28 April 2012 atau Minggu Legi, tanggal 30, bulan Jumadilawal sampai dengan Sabtu Paing, tanggal 6, bulan Jumadilakir, tahun 1945 Wawu, termasuk di dalam Wuku Manahil, wuku nomor 23.

Nama Manahil mengambil nama dari pasangan Prabu Watugunung dan Dewi Sinta. anak nomor duapuluh satu. Raden Manahil ini mempunyai saudara kembar yang bernama Raden Prangbakat. Orang yang bernaung pada wuku Manahil ini secara umum akan mempunyai watak yang digambarkan sebagai berikut.

Catatan Hari untuk Minggu Depan
karya herjaka HS

Raden Manahil menghadap Batara Citragatra.
Watak yang menonjol pada wuku Manahil yang dinaungi oleh Batara Citragatra ini adalah besar kepala, angkuh, sombong. Menganggap dirinya selalu benar. Senang berkumpul tetapi besar rasa cemburu dan kecurigaannya.
Tombak ligan terhunus yang dibawa Batara Citragatra menggambarkan cerdas, waspada dan tajam hatinya.
Hubungan antara Raden Manahil dan Batara Citragatra ini seperti hubungan antara guru dan murid. Sehingga watak dan perilaku gurunya sebagian besar ditiru oleh muridnya.
Pohonnya adalah pohon atau kayu Tengaron, menggambar watak yang rajin tetapi kurang bermanfaat.
Burungnya adalah Burung Sepahan, menggambarkan perilaku yang gesit, rumit, njlimet.
Walaupun mudah mencari nafkah tetapi rejekinya sedikit.
Gambar air di tempayan menggambarkan bahwa wuku Manahil senang suasana damai, tenang dan menentramkan.
Untuk mewujudkan suasana yang menyejukkan tersebut orang yang bernaung dalam Wuku Manahil ini selalu menjaga bicaranya dan tingkah lakunya.
karena kebaikannya orang yang ber Wuku Manahil sering ketipu oleh temannya yang sedang mengalami kesusahan
secara keseluruhan Wuku Manahil mempunyai :
Kelebihan : tekun, rajin, cerdas dan suka berdamai
Kekurangannya : Sombong, merasa besar sehingga meremehkan orang lain. Dan penuh kecurigaan
Hari baik : Minggu Legi
Hari naas: tidak jelas
Datangnya bencana terkena senjata tajam.

herjaka HS




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta