Judul : Selayang Pandang Penguasa Pradja Paku Alaman
Penulis : Soedibio
Penerbit : Bebadan – Museum Puro Paku Alaman, ---, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : 36
Ringkasan isi :

Selayang Pandang Penguasa Pradja Paku AlamanPraja Paku Alaman terbentuk pada tahun 1813, “pecahan” dari Kasultanan Yogyakarta. Penguasanya bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam. Dalam buku ini diulas secara singkat mengenai penguasa Praja Paku Alaman dari Paku Alam I sampai Paku Alam VIII. (Pada waktu buku ini dibuat Paku Alam VIII masih memegang kekuasaan). Praja Paku Alaman didirikan oleh Bandara Raden Mas Harya Suyadi (Paku Alam I). Sebagai pendiri beliau memperoleh penguasaan sebidang tanah seluas 4.000 cacah dan bantuan keuangan sebesar 750 S.P. (Spaansche Matten) tiap bulan untuk memelihara sejumlah kecil korps prajurit dalam dinas pemerintahan Inggris (perjanjian 17 Maret 1813). Paku Alam I (bertahta tahun 1813 sampai 1829) adalah pelopor pendidikan di lingkungan Pura Paku Alaman, dengan memberi sendiri pelajaran ilmu pengetahuan dan tata negara kepada putera-putera sentana.

Paku Alam II (Kanjeng Raden Tumenggung Notodiningrat) bertahta 1829 sampai 1858. Pada masa pemerintahannya kesenian berkembang pesat. Paku Alam II sendiri tergolong seniman ulung (hafal tembang-tembang kawi, mengenal seni musik dan seni drama). Hal ini menarik perhatian Sri Sultan Hamengku Buwana V, sehingga para sentana dan abdi dalem dikirim untuk belajar. Paku Alam II adalah pendiri masjid Paku Alaman.

Paku Alam III (Gusti Pangeran Harya Sasraningrat) bertahta 1858 sampai 1864. Beliau adalah pelopor dalam surat-menyurat dan tukar-menukar pandangan dengan para satrawan Surakarta, dan tergolong sastrawan besar dengan beberapa karya sastra. Beliau meninggal dalam usia muda 37 tahun.

Paku Alam IV (Raden Mas Nataningrat), bertahta 1864 sampai 1878. Beliau juga meninggal dalam usia 37 tahun. Pada masa pemerintahannya untuk pertama kalinya abdidalem dan sentana dalem dikirim belajar ke Sekolah Calon Guru di Surakarta dan Sekolah Bidan di Batavia (Jakarta). Pada masa pemerintahannya Yogyakarta diguncang gempa bumi yang hebat tepatnya 10 Juni 1867 sehingga bangunan Puro Paku Alaman banyak yang rusak. Dengan perencanaan, pengawasan dan kekuatan sendiri, serta bantuan bahan kayu dari Sri Mangkunegoro IV diadakan perbaikan kembali.

Paku Alam V (Bandara Raden Mas Harya Natawiliya), bertahta 1878 sampai 1900. Beliau adalah seorang pekerja keras dan berpikiran modern, juga dikenal sebagai ekonom yang berhasil membenahi masalah sosial, ekonomi dan keuangan. Wilayah Adikarto yang dulunya rawa-rawa diubah menjadi daerah pertanian dengan membuat suangan bermuara di laut Selatan.

Paku Alam VI, bertahta 1901 sampai 1902. Beliau berpendidikan HBS (Hoogere Burgerlijke School). Walaupun berpendidikan barat namun tetap memegang teguh adat-istiadat Jawa. Beliau juga merintis kearsipan dan kepustakaan dibantu permaisurinya. Setelah Paku Alam VI wafat dibentuk sebuah komisi untuk memimpin pekrjaan harian Praja Paku Alaman.

Paku Alam VII (Raden Mas Surarjo) bertahta 1906 sampai 1937. Pada masa pemerintahannya di tahun 1906 di kabupaten Adikarto telah didirikan 6 buah Inlandsche Scholen (Sekolah Rakyat) dengan uang sekolah yang rendah. Putra-putrinya diwajibkan sekolah dan bergaul dengan kalangan Eropa, tetapi di rumah harus tunduk dan disiplin sesuai tata cara masyarakat Jawa. Beliau juga memerintahkan pembuatan jembatan, irigasi,bendungan, serta pasar. Mengusahakan pabrik gula Sewugalur, kebon bibit untuk petani dan bank kelurahan untuk menolong rakyat kecil.

Paku Alam VIII (Kanjeng Pangeran Harya Suryosularso), bertahta 1937 sampai 1998. Beliau adalah seorang yang berjiwa nasionalis, seperti dalam amanatnya (setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945) yang antara lain menyatakan bahwa Paku Alaman yang bersifat Kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia. Semasa pendudukan pasukan Belanda di Yogyakarta bersama Sri Sultan menyatakan sebagai non kooperator dan hanya bertindak sebagai Pemimpin Rakyat Mataram.

Teks : Kusalamani.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta