- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Bale-dokumentasi-resensi-buku»Gagasan gagasan Sendratari Gaya Yogyakarta
21 Apr 2010 02:32:00Perpustakaan
Judul : Gagasan-gagasan Sendratari Gaya Yogyakarta
Penulis : Ki Nayoko, dkk
Editor : Fred Wibowo
Penerbit : Dewan Kesenian Yogyakarta + Yayasan untuk Indonesia, 1997, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xii + 103
Ringkasan isi :
Untuk memelihara dan mengembangkan kesenian khas daerah memang banyak tantangannya sehingga memerlukan kearifan dan keberanian tersendiri. Salah satunya adalah sendratari gaya Yogyakarta. Dan penerbitan buku dengan judul seperti di atas adalah untuk mengenang 25 tahun penyelenggaraan Festival Sendratari Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengertian gaya Yogyakarta dalam hal ini adalah pengembangan kreatifitas garapan dari unsur-unsur tari seperti gerak, iringan, tata rias dan kostum yang masih sesuai dengan rasa Yogyakarta. Gaya / style dipahami sebagai salah suatu corak atau warna yang terwujud turun temurun sepanjang sejarah dan hidup, karena faktor-faktor tradisi, alam, sosial dan kejiwaan. Dalam penjiwaan tari klasik gaya Yogyakarta syarat-syarat estetis harus baik, teknik yang benar dan nilai rasa gerak yang kuat. Berarti benar-benar menari atau anjoged penuh keyakinan, gerakannya mantap, berisi dan indah dilihat. Tidak hanya sekedar trampil atau hafal yang sering disebut hanya jogedan. Spiritualitas gaya tari Yogyakarta tentulah beridentitas beksa Mataram dengan falsafahnya Sastra Gendhing yang selalu mengutamakan kemanunggalan. Sastra dibaratkan jiwa, gendhing sebagai raganya.
Unsur kreatifitas garapan gerak atau pengembangan ragam/motif gerak-gerak, terkait dengan kreatifitas garapan tari secara keseluruhan atau koreografi sendratari adalah merupakan hal yang penting. Hal ini mengingat gerak merupakan merupakan substansi tari. Tari sebagai seni komunikatif menggunakan gerak sebagai materinya. Gerak dalam tari mengalami perombakan, diseleksi dan diperhalus sehingga mencapai bentuk sebagai wujud keseluruhan tari. Ada dua bentuk gerak yaitu untuk mendapatkan bentuk estetis atau gerak murni dan gerak yang mengandung makna tertentu. Pengembangan dan kreativitas ragam-ragam gerak sesuai dengan kesadaran estetis menyangkut tiga aspek dasar gerak yaitu energi, ruang dan waktu. Ketiganya memberi keutuhan yang saling berhubungan: tari hadir mewujudkan bentuk ruang, karena terjadi dalam struktur waktu tertentu. Pemahaman aspek ruang yang berhubungan dengan bentuk dan arah, telah banyak memberi inspirasi pengembangan dan kreativitas garapan ragam-ragam gerak tradisi dengan menyesuaikan ruang tari yang dipakai. Ragam-ragam gerak tradisi yang sudah berkembang, berubah, maupun ragam-ragam gerak yang diciptakan dengan menyesuaikan bentuk-bentuk arah seperti itu membuat tari lebih hidup. Dimensi adalah salah satu aspek ruang untuk memahami definisi keruangan ketika seorang penari bergerak untuk menjangkau ketinggian, kelebaran dan kedalamannya, sehingga membentuk ruang tiga dimensi.
Pengembangan kreativitas garapan ragam gerak juga harus mempertimbangkan aspek waktu. Dalam gerakan tari, waktu merupakan alat untuk memperkuat hubungan-hubungan rangkaian gerak, mengembangkan secara kontinyu serta mengalirkan secara dinamis, sehingga menambah keteraturan tari. Struktur waktu dalam tari terdiri dari dari elemen-elemen tempo, ritme dan durasi. Elemen tempo merupakan kecepatan atau kelambatan sebuah gerak. Jarak antara terlalu cepat dan cepat atau terlalu lambat dan lambat menentukan energi atau rasa geraknya. Elemen ritme dipahami dalam gerak sebagai pola hubungan timbal balik atau perbedaan dari jarak waktu cepat dan lambat. Pemahaman ritme gerak ini berkaitan erat dengan musik iringannya. Pengertian elemen durasi sebagai jangka waktu berapa lama gerakan berlangsung, mempengaruhi kualitas gerak tari. Pemahaman tempo, ritme dan durasi sebagai elemen-elemen waktu, satu sama lain saling berhubungan. Suatu gerakan cepat mempunyai durasi pendek, sedangkan pemakaian durasi panjang dapat dimengerti gerakannya pelan, dan itu dapat dilakukan dengan ritme ajeg maupun tidak ajeg.
Di samping pengembangan dan kreativitas yang dapat dipahami dengan aspek-aspek energi, ruang dan waktu, dalam kegiatan festival itu bermunculan kreativitas atau inovasi pengertian sendratari hubungannya dengan dialog. Makna yang tersirat dari sendratari (seni drama tari) adalah lakon yang dibawakan tidak dengan dialog dan akting, tetapi dua unsur drama tersebut digantikan dengan tarian. Dalam hal ini tari yang biasanya berdiri sendiri menjadi berfungsi ganda, selain sebagai ekspresi perasaan yang distilir di dalam gerak dengan ragam dan patokan tertentu, di dalam sendratari sekaligus mewakili dialog dan akting. Dalam perkembangannya pengertian itu tidak terlalu membatasi. Kata-kata singkat sebagai ungkapan ekspresi dilakukan bersama-sama dengan bentuk ragam gerak sering terjadi dan bahkan menjadi menarik. Pengembangan ragam gerak yang menjadi kesatuan rangkaian seperti berdialog banyak digarap dengan mempertimbangkan aspek-aspek energi, ruang maupun waktu.
Terjadinya perkembangan, perubahan ataupun pembaharuan memang tidak dapat diingkari, karena kegiatan festival sendratari gaya Yogyakarta ini, menjadi wadah untuk mengembangkan bakat, bereksperimen khususnya bagi penata tari muda. Kesenian akan mengalami hidup statis dan diliputi oleh sikap tradisionalis apabila seniman bersifat tertutup, sebaliknya akan selalu berkembang apabila seniman bersikap terbuka. Idealnya, forum seperti Festival Sendratari DIY menjadi forum untuk mengkaji perkembangan kesenian gaya Yogyakarta, terutama berbagai kemungkinan pembaharuan kesenian gaya Yogyakarta yang diselaraskan dengan unsur-unsur masa kini.
Teks : Kusalamani
Artikel Lainnya :
- 26 Mei 2010, Perpustakaan(26/05)
- Band Agrikulture Sang Vokalis Menjadi Monyet(16/01)
- 28 Juni 2010, Kabar Anyar - LAGI-LAGI 'PIET ONTHEL' DI YOGYA(28/06)
- SOP (DI) BACOK(03/05)
- POS RONDA DAN SISTEM TANDA BUNYI KENTONGAN DI JOGJA(12/10)
- KISAH ADISUCIPTO I(24/01)
- SEJARAH PLERED IBU KOTA MATARAM II(08/04)
- 19 Februari 2011, Jaringan Museum - PESAWAT OV-10 BRONCO, KOLEKSI TERBARU MUSEUM TNI AU YOGYAKARTA(19/02)
- PANEN PADI MEMBELI BERAS(01/01)
- 3 Maret 2010, Yogya-mu - GEROBAK: KENDARAAN LANGKA DI JOGJA(03/03)