- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»PANEN PADI MEMBELI BERAS
01 Jan 2008 04:45:00Yogyamu
PANEN PADI MEMBELI BERAS
Di Yogyakarta masih mudah ditemui areal sawah, meskipun tidak sedikit dari areal tersebut telah berubah menjadi tempat penghunian dengan mendirikan perumahan dan pemukiman di atas tanah sawah. Areal sawah di Yogyakarta bisa ditemui di semua wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta, kecuali mungkin wilayah kota, yang hanya sedikit bisa ditemui areal sawah.
Di atas areal sawah ini, setidaknya di tiga kota wilayah utama di Yogyakarta, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo bisa ditemui jenis tanaman padi. Biasanya dalam satu tahuan ditanami 2 kali jenis padi dan 1 kali jenis palawija.
Bila musim panen padi tiba, biasanya pada awal Agustus atau akhir Juli dan pada bulan April, orang mudah melihat pemandangan yang menyenangkan sekaligus menyedihkan. Menyenangkan karena melihat para petani, baik buruh tani, pemilik sawah maupun petani penggarap mendapatkan hasil panen. Menyedihkan karena harga gabah tidak kunjung menaikan taraf hidup petani, sehingga setiap panen padi, kehidupan petani tidak maju beberapa langkah dari sebelumnya. Minimal jalan ditempat, atau bisa mundur satu langkah manakala telah terjebak pada ijon.
Melihat kehidupan petani yang nyaris tidak banyak perubahan, Bupati Bantul, dalam hal ini Idham Samawi mempunyai strategi lain. Kebijakan pemerintahannya dalam meningkatkan taraf hidup para petani coba dioperasionalkan dengan membeli padi hasil panen para petani di atas harga pasar. Jadi, petani Bantul diminta tidak menjual hasil panenannya kepada tengkulak, melainkan diminta menjual kepada pemerintah Bantul melalui institusi yang telah dibentuk. Harga yang diberikan oleh Pemda Bantul adalah harga di atas harga pasar, dengan demikian petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibanding dijual pada tengkulak dengan harga pasar atau malah di bawah harga pasar.
Panen padi sesungguhnya adalah suatu tanda, bahwa masyarakat tidak kekurangan akan pangan, setidaknya beras telah tersedia. Namun realitas yang mudah dijumpai, ada kelompok masyarakat yang tidak mampu membeli beras dalam hitungan bulan penuh lantaran dua sebab. Pertama, harga beras cukup tinggi. Kedua, tidak mempunyai uang disebabkan gajinya rendah atau malah sama sekali tidak mempunyai penghasilan. Dua sebab tersebut saling mendukung dan perlu untuk ditanggulangi keduanya, atau setidaknya salah satu.
Jadi, melihat petani panen padi tidak harus diromantisir atau mengambil casting turis, sehingga mengatakan betapa indahnya orang-orang memanen padi. Karena kenyataan yang sebenarnya tidak seperti yang dilihat.
Yang menjadi persoalan adalah, apakah panen padi disatu wilayah, misalnya wilayah Bantul, hasilnya bisa memenuhi seluruh penduduk yang tinggal dan berada di Bantul selama masa penen berikutnya belum tiba. Kalau tidak, artinya harus mendatangkan beras dari wilayah lain. Kalau wilayah lain mengalami hal yang sama artinya harus mendatangkan beras dari tempat lain lagi. Inilah yang kemudian bisa disebut sebagai penen padi membeli beras.
Artikel Lainnya :
- Denmas Bekel(19/05)
- Laksmana(07/10)
- Judika Sihotang: Bukan Batak Biasa(20/01)
- Memilih Saat yang Tepat(18/08)
- KARYA SASTRA DRAMA SEMAKIN LANGKA(26/10)
- Bahasa Indonesia yang Baku (hantam)(26/10)
- MASIH AKAN LESTARIKAH PROFESI PANDE BESI(25/05)
- Semar dan Togog. Yin Yang dalam Budaya Jawa(06/10)
- Kala(08/06)
- Tembung-Tembung Basa Krama Desa (10/08)