Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Direktori Seni Pertunjukan TRADISIONAL

24 Feb 2010 02:08:00

Perpustakaan

Judul : Direktori Seni Pertunjukan TRADISIONAL
Penulis :
Penerbit : MSPI + arti line, 1998, Bandung
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : vi + 98
Ringkasan isi :

Seni pertunjukan tradisional merupakan sarana untuk menyalurkan nilai-nilai luhur menjadi abadi, sebagai media untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, seni pertunjukan tradisional tidak hanya menggambarkan ekspresi para seniman pelakunya saja, tetapi juga merupakan cermin dari masyarakat keseluruhan. Buku ini terdiri dari dua bab yaitu penjelasan tentang wilayah budaya kesenian Indonesia dan katalog seni pertunjukan tradisional.

Bentangan wilayah Indonesis yang luas mewadahi beragam jenis seni pertunjukan tradisional yang lahir, tumbuh dan berkembang sejajar dengan kemajemukan suku bangsa. Secara umum, wilayah budaya kesenian Indonesia merangkum tiap-tiap kelompok etnis di delapan wilayah budaya kepulauan Indonesia yaitu di sebelah barat meliputi Sumatera dan Jawa, bagian tengah meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta wilayah timur meliputi Maluku dan Irian.

Kekayaan kelompok etnis di setiap wilayah tersebut mencuatkan peta wilayah kesenian yang beraneka pula. Misal di pulau Jawa, memiliki lima wilayah budaya kesenian yang masing-masing memberi pengaruh pada warna kesenian dan budayanya. Di Pulau Sumatera meskipun etnis Melayu dan Minangkabau merupakan etnis terbesar bukan berarti bentuk seni pertunjukan tradisionalnya yang mendominasi. Di beberapa wilayah yang terisolasi terdapat seni pertunjukan tradisional tersendiri. Di pulau Bali seni pertunjukan lebih berkembang karena sifat religius masayarakatnya, seni merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan keseharian. Di Sulawesi dan Nusa Tenggara hal yang paling terasa dalam perkembangan seni pertunjukan adalah kemajemukan kelompok etnisnya. Delapan puluh bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari di Sulawesi tidak saja mencerminkan kemajemukan kelompok etnisnya, namun juga menandai keragaman jenis dan bentuk seni pertunjukannya. Sementara Irian terbagi menjadi dua kelompok etnis besar yaitu Oceania yang mendiami bagian pesisir dan Melanesia yang hidup di hutan pedalaman berawa dan beair payau. Secara tidak langsung perbedaan geografis ini telah membuat perbedaan pula dalam seni pertunjukan mereka.

Kebhinekaan kelompok etnis serta pencaran wilayah budaya ini melahirkan bentuk-bentuk seni pertunjukan yang ternyata memiliki pola yang hampir sama. Kesamaan pola ini terbentuk karena perkembangan seni pertunjukan dipengaruhi oleh berbagai evolusi kebudayaan, seiring dengan perputaran waktu. Dalam hal ini masa prasejarah pekat dengan pengaruh kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian berganti dengan pengaruh Hindu, Budha, Islam dan Barat. Meskipun demikian bentuk-bentuk asli seni pertunjukan tradisional Indonesia tidak begitu saja mengadaptasi pengaruh tersebut, tetapi melebur, menyadur dan menyatukan dengan kebudayaan asli yang memang sudah ada sebelumnya.

Selain hadir sebagai sarana ritual dalam kepercayaan tertentu atau menghibur penonton, seni pertunjukan juga merupakan media pembeberan kembali cerita-cerita yang terangkum dalam sejarah, babad, silsilah yang tertulis dalam lontar, prasasti atau dalam naskah lainnya. Dalam perkembangannya seni pertunjukan ini pada akhirnya juga dikomersialkan / “dijual”.

Katalog seni pertunjukan tradisional dalam buku ini terdiri dari berbagai istilah yang berhubungan dengan seni pertunjukan tradisional, dari daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara serta Maluku. Karena hanya merupakan penjelasan singkat bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih mendetail tentu saja perlu mencari referensi lain.

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta