Numerology Tahun 2015: Kembali ke Jati Diri dalam Hidup Berbangsa

Author:editorTembi / Date:30-12-2014 / Untuk tahun 2015 ini hasil penjumlahan angka = 8. Jika dikaitkan dengan peri kehidupan di bumi Nusantara ini, secara kosmologis angka 8 menjadi lambang arah mata angin.


Jayalah bangsaku

Bagi sebagian orang Tahun Baru merupakan ritus tahunan yang pasti tak akan pernah dilewatkan. Ada yang menginap di hotel, transit di puncak gunung untuk melihat keelokan sang surya. Ada juga yang merenung dan mencari jawab lewat serangkaian perhitungan, seperti misal lewat numerology.

Cara yang lazim dalam numerology adalah dengan menambakan semua angka. Untuk tahun 2015 ini hasil penjumlahan angka = 8. Jika dikaitkan dengan peri kehidupan di bumi Nusantara ini, secara kosmologis angka 8 menjadi lambang arah mata angin.

Lambang arah mata angin ini memberi tengara sudah saatnyalah segenap masyarakat kembali ke jati diri sebagai insan kamil yang bermartabat dan beradab. Lalu menelisik sangkan paraning dumadi: dari mana asal mula manusia dan akan ke mana semua upaya manusia itu diarahkan.

Untuk mengetahuinya adalah dengan cara berkaca diri, instrosepksi, mulat sarira hangrasa wani. Masuk ke ke dalam diri untuk melihat segala potensi maupun kekurangan yang ada, kemudian diolah menurut rasa citra diri saat ini dan diproyeksikan ke masa datang, yang akan menghasilkan gambaran jati diri asali yang hakiki.

Jika dikaitkan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia perlu kembali ke jati diri hidup berbangsa dan berbegara sebagai bangsa maritim yang cukup disegani di kawasan regional Asia pada masa lalu.

Jejak penutur Austronesia yang secara biologis menjadi cikal bakal masyarakat Nusantara, membuktikan ribuan tahun yang lalu mereka sudah melanglang buana sampai Samudera Pasifik bersama dengan segenap kebudayaan yang mereka miliki saat itu.

Sriwijaya, kerajaan di Pulau Swarnadwipa, pernah melanglang buana sampai Laut Mediterania dan Benua Afrika. Disusul Mataram Kuno dengan diplomasi bilateral dengan berbagai kerajaan di Asia.

Singasari dengan ekspedisi Pamalayu dan ke beberapa negara di Asia, menjadikan Singasari sebuah kerajaan maritim terbesar kedua di kawasan Asia setelah Arab. Kekuasaan Majapahit bahkan sampai kawasan Madagaskar.

Hanya saja era Mataram Baru mengalami kemunduran dengan ditetapkannya cuultur stelsel oleh Belanda. Terjadi perpindahan sumber budidaya kehidupan dari laut ke daratan.

Predikat sebagai bangsa maritim itu lalu dimaknai dengan sudut pandang baru. Misalnya dengan Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957 yang memposisikan Indonesia sebagai Archipelago State. Kemudian lewat Wawasan Nusantara yang dikukuhkan dengan Konvensi Hukum Laut PBB United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.

Juga seruan Sunda Kelapa yang dikumandangkan tahun 2001 oleh Presiden Megawati, juga Gerakan Pembangunan Mina Bahari tahun 2003 serta pembuatan Undang Undang Kelautan dan Deklarasi Manado tahun 2009 oleh Presiden SBY. Hanya saja semua hal tersebut belum sepenuhnya diupayakan secara optimal, termasuk cita-cita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang digagas Presiden Joko Widodo.

Di era kekinian satu hal yang harus dilakukan yaitu membuat formulasi baru tentang dunia kemaritiman serta diproyeksikan jauh ke depan. Paling tidak untuk 25 atau 50 tahun ke depan.

Misalnya dengan menitikberatkan pembangunan pariwisata maritim yang saat ini banyak digeluti orang asing. Ada banyak tempat eksotik di Nusantara ini yang dapat dijadikan andalan pariwisata bahari.

Dalam bidang perpolitikan, semua yang terlibat dalam berbagai lembaga politik baik yang ada di tingkat pusat maupun daerah perlu berhenti sejenak, guna mengevaluasi atas semua yang sudah dilakukan serta menata kembali dunia perpolitikan yang akan dilakukan di masa mendatang. Upaya tersebut harus beralaskan cita rasa politik yang lebih mengedepankan etika dan sense of belonging ketimbang perseteruan yang bermutu rendah dan tidak dewasa.

Jika hal tersebut tidak segera dilakukan niscaya pemerintahan yang dibentuk dengan anggaran besar akan mengalami kesulitan dalam mewujudkan rencana pembangunan yang sudah digariskan dalam APBN. Dan tentunya tak satu pun ingin keadaan negara menjadi chaos hanya karena egoisme kelompok semata.

Dalam bidang tata pemerintahan, sejauh ini besarnya anggaran belanja negara habis untuk belanja rutin tahunan. Besarnya mencapai angka 70 persen, bahkan di beberapa daerah sudah mencapai angka 80 persen. Dan dari tahun ketahun angkanya semakin membesar. Itu berarti anggaran untuk pembangunan semakin mengecil.

Hal tersebut tentu akan menghambat laju kemajuan. Apa yang diupayakan pemerintahan Jokowi sudah cukup baik. Seperti misal rapat aparat negara tidak boleh dilakukan di hotel, demi penghematan anggaran.


Semangat untuk kembali menjadi bangsa yang besar

Dalam bidang ekonomi, dengan kenaikan harga BBM yang berpengaruh pada kenaikan harga kebutuhan, pemerintahan Jokowi perlu membuat mekanisne pasar yang memungkinkan pemerintah dapat menentukan besaran harga barang di pasar. Terutama harga barang kebutuhan pokok sehari-hari.

Hal tersebut perlu karena selama ini yang menikmati kenaikan harga adalah para tengkulak dan spekulan. Terlebih dengan membanjirnya produk manca sebagai dampak dari diberlakukannya ASEAN Economic Community mulai tahun 2015. Industri dalam negeri, terutama industri kecil dan kelas menegah perlu juga dikuatkan.

Dalam bidang sosial kemasyarakatan, saat ini peri kehidupan keseharian banyak diwarnai berbagai bentuk kekerasan, semakin menguatnya egosentrisme komunitas dan kelompok sektarian yang makin masif. Pada gilirannya semua itu akan melunturkan sikap berbangsa.

Maka masyarakat perlu menata diri kembali, guna meraih predikat insan kamil yang sejati. Insan mulia yang menggunakan akal untuk memperbaiki peradaban yang semakin rapuh ini.

Dalam bidang budaya, semakin menguatnya pengaruh budaya global, selain berdampak positif sudah barang tentu memberi efek negatif. Yang perlu dilakukan adalah menguatkan budaya sendiri dengan menafsir ulang kearifan lokal yang ada untuk kemudian diramu dengan nilai-nilai baru.

Pada akhirnya akan tercipta produk kebudayaan yang selaras dengan kebutuhan saat ini dan bisa bertahan paling tidak 25 atau 50 tahun ke depan. Namun hal ini bukan perkara mudah, karena menyangkut semua aspek kehidupan mulai dari arsitektur, produk seni budaya dan seni kriya, pertanian, perkebunan, dan bahkan pada tataran tata nilai.

Dalam bidang pertahanan dan keamanan pun kurang lebih sama. Perlu penguatan di sana-sini, terutama pada daerah tapal batas wilayah negara yang saat ini masih menimbulkan masalah dengan negara tetangga. Kapal patroli perlu diperbanyak, peralatan juga demikian. Dan yang tak kalah penting para personel perlu dibekali dengan sikap mental yang baik.

Hugo M Satyapara

Berita budaya

Latest News

  • 07-01-15

    Mengenal Museum Soeh

    Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada pertengahan tahun 2013 menambah satu obyek wisata sejarah (sejenis museum), yakni Memorial Jenderal Besar HM... more »
  • 07-01-15

    Ini Kamus Bahasa Jaw

    Perpustakaan Tembi selain mengoleksi buku-buku kontemporer juga buku-buku lawas yang tergolong langka. Salah satu buku lawas itu adalah Javaansch-... more »
  • 06-01-15

    Keluarga Besar Budi

    Anggota Keluarga Besar Budi berbondong-bondong ke Tembi untuk berlatih gamelan. Awal mulanya mereka diajak untuk mengenal satu-persatu nama gamelan,... more »
  • 06-01-15

    Pentas Sastra untuk

    Sri Kaswami Rahayu, seorang penulis cerita Jawa, dan aktif di panggung teater sejak tahun 1970-an, dalam menandai usianya yang ke-72 tahun, melakukan... more »
  • 06-01-15

    Menertawakan Diri di

    Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta merekam banyak kejadian unik, lucu, menggelikan, dan bahkan ironi atau paradoks yang memaksa orang untuk... more »
  • 05-01-15

    Orang Jumat Pon dan

    Watak orang Jumat Pon dan Sabtu Wage: bicaranya menyenangkan, hatinya baik, mendambakan kerukunan dan kedamaian keluarga dan saudara, tidak mempunyai... more »
  • 05-01-15

    Gelang Balian : Pele

    Gelang balian ini terbuat dari perunggu, bentuknya bulat melingkar dan cukup berat. Gelang ini biasa disebut gelang hiyang ( dewa ) dan apabila... more »
  • 05-01-15

    Penyair Indonesia 87

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-40, yang akan diselenggarakan pada Senin 5 Januari 2015 pukul 19.30 WIB di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta, akan... more »
  • 05-01-15

    Majalah Kejawen Meng

    Untuk menyamarkan motif Parangrusak tersebut dibuatlah motif Gondosuli yang menghilangkan ornamen atau hiasan mlinjon (seperti pedang dalam motif... more »
  • 30-12-14

    Outbond SMKN 6 Yogya

    Selama dua hari beturut-turut pada Senin-Selasa, 15-16 Desember 2014, siswa-siswi SMKN 6 Yogyakarta melaksanakan outbond di Tembi Rumah Budaya.... more »