Pentas Sastra untuk 72 Tahun Sri Kaswami Rahayu

Author:editorTembi / Date:06-01-2015 / Sri Kaswami Rahayu, seorang penulis cerita Jawa, dan aktif di panggung teater sejak tahun 1970-an, dalam menandai usianya yang ke-72 tahun, melakukan pentas sastra dengan membaca cerkak (cerita cekak), atau cerita pendek yang ditulis dalam bahasa Jawa karyanya sendiri.

Sri Kaswami Rahayu sedang membacakan cerkak karyanya dalam memperingati 72 tahun usianya di Pendapa Tembi Rumah Budaya, foto: Ons Untoro
Sri Kaswami Rahayu

Sri Kaswami Rahayu, seorang penulis cerita Jawa, dan aktif di panggung teater sejak tahun 1970-an, dalam menandai usianya yang ke-72 tahun, melakukan pentas sastra dengan membaca cerkak (cerita cekak), atau cerita pendek yang ditulis dalam bahasa Jawa karyanya sendiri, Sabtu malam 20 Desember 2014 di Pendapa  Tembi Rumah Budaya.

Cicit, demikian nama panggilan dari Sri Kaswami Rahayu, tidak membaca sendiri, tetapi ditemani teman-temannya dan semuanya perempuan, yang usianya lebih muda. Seperti laiknya ibu-ibu arisan, para perempuan ini membaca cerkak yang berjudul “Sawijining Dina Ing Perum KMY”.

Cerita ini menyajikan kisah perempuan yang tinggal di perumahan. Tentu saja perempuan yang sudah berkeluarga, Kisah dari, sebut saja ibu-ibu RT ini, tak beranjak dari sekitar ngrumpi, termasuk membicarakan anggota kelompoknya yang selalu datang terlambat dalam setiap pertemuan, yang mereka sebut selalu ngaret kehadirannya.

Kisahnya dimulai dengan satu narasi: pada tahun 1966, di Yogya bagian utara dibangun perumahan baru, yang disebut Perumahan KMY. Perumahan yang asri ini hanya terdapat 24 rumah tipe 36. Meskipun sebagai perumahan kecil, tetapi perumahan ini dilengkapi gedung serba guna, yang bisa dipakai untuk pertemuan seluruh warga perumahan.

Dinar dan Rini ikut tampil membaca naskah karya Sri Kaswami Rahayu di Pendapa Tembi Rumah Budaya, foto: Ons Untoro
Dinar dan Rini

“Yang tinggal di perumahan ini, rata-rata dari kelompok sosial menengah ke bawah, oleh sebab itu, suasana perumahan seperti terlihat regeng (ramai), atas tingkah laku para ibu yang tinggal di situ, dan mempunyai kegiatan arisan,” demikian narasi ini mengawali kisah cerita.

Kisah cerita dari cerkak ini memang mengalir di seputar pertemuan ibu-ibu yang membicarakan aneka hal, yang sebenarnya remeh-temeh, tetapi karena yang membicarakan ibu-ibu sehingga terasa menjadi seru, yang remeh seperti berubah menjadi hal yang serius.

Para penampil duduk di atas level yang diletakkan di atas lantai pendapa. Ada tiga kursi, yang dipakai oleh ibu-ibu yang lainnya. Mereka duduk saling berhadapan, sehingga masing-masing bisa saling merespon lawan bicaranya.

Iringan musik mengalun pelan, sehingga memberi kesan betapa nyaman lingkungan perumahan KMY. Dalam suasana nyaman, di satu ruang pertemuan, ibu-ibu saling membicarakan dan berkelakar mengenai teman-temannnya sendiri.

Cicit, dalam memasuki usianya yang ke-72 tahun, tampaknya tidak mau meninggalkan dunia sastra, dalam hal ini dunia pentas. Dia masih menulis cerita Jawa dan mementaskannya sendiri.

Satu kumpulan cerita pendek bahasa Jawa karya Sri Kaswami Rahayu, sudah diterbitkan berjudul ‘Sanjaya Prabu Mataram’, tetapi naskah yang dibacakan merupakan naskah baru, yang ditulis khusus untuk memaknai ulang tahunnya sehingga tidak dimasukkan dalam buku kumpulan cerita cekak tersebut.

Cicit memang telah beberapa kali pentas dengan membacakan naskah cerita Jawa karyanya. Dia pernah tampil dalam acara dramatic reading, atau pentas baca di  Tembi Rumah Budaya, dengan membacakan naskah ‘Kali Gedhe’ karyanya. Di Bentara Budaya Yogya, dia juga pernah pentas dengan membaca naskah yang lain.

Para pembaca naskah cerkak karya Sri Kaswami Rahayu tampil di Pendapa Tembi Rumah Budaya, foto: Ons Untoro
Para pembaca cerkak duduk melingkar

Pada usianya yang tak lagi muda, Cicit ingin memaknai peristiwa bertambahnya umur dengan pertunjukan sastra, dan dia memilih membaca cerita cekak karyanya sendiri.

“Dengan mengadakan pentas sastra dan saya membaca karya sendiri bersama dengan orang lain, saya merasa bahwa hari ulang tahun saya penuh makna,” kata Cicit Sri Kaswami Rahayu.

Nonton yuk ..!

Naskah dan foto: Ons Untoro

Bale Karya Pertunjukan Seni

Latest News

  • 13-01-15

    Patung Baru Prajurit

    Patung-patung prajurit itu juga dilengkapi dengan keterangan yang menjelaskan apa atau siapa prajurit tersebut. Melihat keseragaman format patung-... more »
  • 13-01-15

    Aneka Warangka Keris

    Warangka keris yang dikenal oleh masyarakat Jawa, dan juga oleh masyarakat Madura dan Bali, memiliki tiga macam bentuk dasar, yaitu ladrang, gayaman... more »
  • 13-01-15

    ‘Kata Hati’ dari Teg

    Ditemani dua pemain gitar dan seorang penyanyi bernama Yolla Pemela, Bontot Sukandar berselang-seling dengan Yolla antara menyanyi dan membacakan... more »
  • 12-01-15

    Narayana (1)

    Narayana diharuskan untuk berpetualang mengamalkan ilmu yang telah didapat, dengan menolong yang lemah serta membela yang teraniaya. Dalam kisah... more »
  • 12-01-15

    Pasinaon Basa Jawa K

    Ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k = bahasa... more »
  • 12-01-15

    Sumber Kemuning di K

    Sunan Kalijaga yang menjadi salah satu penasihat spiritual Panembahan Senopati akan melakukan sembahyang, namun ia kesulitan untuk mendapatkan air... more »
  • 10-01-15

    Membincang UU ITE di

    Pembicara maupun peserta menginginkan peninjauan ulang UU ITE tersebut. Pasalnya, telah cukup banyak orang terjerat hukum oleh adanya UU ITE ini.... more »
  • 10-01-15

    Denny Sakrie Tinggal

    Sejak duduk di bangku SMP, ia aktif menulis artikel musik. Ia membuktikan konsistensinya karena hingga kepergiannya pada 3 Januari 2015 ia masih... more »
  • 10-01-15

    Ki Sri Mulyono dari

    Tidaklah heran jika Ki Sri Mulyono yang adalah cucu Ki Cermo Supardjan ini dapat memainkan wayang dengan apik. Sebagai trah dalang, pada usia 4 tahun... more »
  • 10-01-15

    Orang Jumat Kliwon R

    Penggabungan antara siklus ‘Saptawara’ tujuh hari yang meliputi Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dengan ‘Pancawara’ lima hari yang... more »