Badai Puisi Di Dusun Candi

Author:editorTembi / Date:25-09-2014 / Satu acara yang diberi tajuk ‘Badai Puisi Di Dusun Candi’ akan digelar, Minggu siang 28 September 2014 mulai pukul 10.00 WIB di Dusun Candi, Desa Pakunden, Kecmatan Ngluar, Kabupaten Magelang, dengan menampilkan para penyair dari Yogyakarta, Magelang, Purworejo dan kota-kota lain.

Daladi Ahmad, penyair dari dusun Candi sedang menyajikan lau puisi karyanya di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, foto: dok: Tembi
Daladi Ahmad

Satu acara yang diberi tajuk ‘Badai Puisi Di Dusun Candi’ akan digelar, Minggu siang 28 September 2014 mulai pukul 10.00 WIB di Dusun Candi, Desa Pakunden, Kecmatan Ngluar, Kabupaten Magelang, dengan menampilkan para penyair dari Yogyakarta, Magelang, Purworejo dan kota-kota lain. Ruang pertunjukan di alam terbuka, di halaman rumah Dedet Setiadi, seorang penyair yang tinggal di dusun itu.

“Sebenarnya sudah agak lama saya akan menyelenggarakan kegiatan sastra di desa, yang selama ini acara sastra lebih sering diselenggarakan di kota dan mengambil tempat ruang-ruang kebudayaan,” kata Dedet Setiadi.

Dedet Setiadi bersama Daladi Ahmad, yang juga penyair dan tinggal di Dusun Candi, merasa mendapat inspirasi ketika beberapa sahabatnya yang tinggal di Yogya, seperti Slamet Riyadi Sabrawi dan Umi Kulsum, keduannya aktif menggerakan acara Sastra Bulan Purnama di  Tembi Rumah Budaya, bertandang ke rumahnya dan mendorong menyelenggarakan kegiatan sastra di desa.

“Tajuk Badai Puisi Di Dusun Candi sengaja dipilih, karena kita bayangkan, akan ada banyak puisi dibacakan di Dusun Candi,” ujar Dedet Setiadi dan Daladi Ahmad.

Dedet Setiadi dan Daladi Ahmad seringkali datang ke  Tembi Rumah Budaya, selain tampil di acara Sastra Bulan Purnama, juga terkadang mampir dolan ketika kebetulan sedang di Yogya.

Di acara Sastra Bulan Purnama Dedet Setiadi pernah launching antologi puisi karyanya yang berjudul “Gembok Sangkala’ dan Daladi launching antologi puisi bersama dengan lima penyair lainnya berjudul ‘Langkah Kita’. Selain membaca puisi, Daladi beberapa kali mengolah puisi karyanya menjadi lagu dan dipentaskan di  Tembi Rumah Budaya.

Dalam acara ini, selain pembacaan puisi, akan dimeriahkan pementasan musik, monolog, pantomim, tari puisi, teaterikalisasi puisi dan musikalisasi puisi. Salah satu kelompok musik yang dikenal dengan nama ‘Adakalanya’ dan telah melakukan pentas di banyak tempat akan tampil dalam acara ini. Sanggar Lincak, komunitas mahasisa FIB UGM, tak ketinggalan akan ikut mengisi dalam acara ini.

Dedet Setiadi sedang membacakan puisi karyanya di pendapa Tembi Rumah Budaya, foto: dok: Tembi
Dedet Setiadi

“Masyarakat Dusun Candi, dan umumnya warga desa di mana saya tinggal, yang kebanyakan petani tidak mengenali apa itu puisi, tetapi justru karena itu saya mencoba mengenalkan puisi pada mereka, siapa tahu akhirnya mereka senang,” kata Dedet Setiadi.

Lokasi Dusun Candi memang tidak mudah untuk dicari, tetapi untuk memberi ancar-ancar, Dedet Setiadi menjelaskan, selepas dari jembatan Krasak, masih menempuh jalur ke utara sampai lampu merah pertama, yang dikenal dengan lampu merah Semen, mengambil jalan ke kiri, dan terus mengikuti jalan aspal sampai melewati pasar Ngluwar, masih terus mengikuti jalan aspal, dan akan sampai gapura desa Pakunden di kiri jalan. Masuk gapura sampailah di Dusun Candi.

“Bagi penyair dari Yogya, yang ingin berangkat bisa menghubungi Umi Kulsum, karena disediakan satu bus dari Pemda Bantul. Sambil menambahkan setiap penyair membawa puisi sendiri untuk dibacakan,” kata Dedet Setiadi.

Umi Kulsun menambahkan, karena kapasitas bus terbatas, hanya cukup sekitar 20 orang, maka diharapkan yang mempunyai mobil bisa ikut mengangkut peserta lainnya yang akan berangkat dan tidak mendapat tempat di bus.

Menanggapi acara ini, Tegoeh Ranusastro Asmara, penyair di masa Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu Paranggi, seperti diingatkan pada masa tahun 1970-an, ketika Penyair PSK masuk keluar desa untuk membacakan puisi.

“Saya seperti diajak kembali ke masa lalu, menyenangkan,” kata Tegoeh Ranusatro Asmara.

Ons Untoro

Berita budaya

Latest News

  • 25-09-14

    Tidak Ketinggalan FE

    Minggu, 21 September 2014 siang Tembi Rumah Budaya menerima tiga kelompok pengunjung dengan tujuan yang berbeda-beda. Satu kelompok menghendaki dapat... more »
  • 25-09-14

    Badai Puisi Di Dusun

    Satu acara yang diberi tajuk ‘Badai Puisi Di Dusun Candi’ akan digelar, Minggu siang 28 September 2014 mulai pukul 10.00 WIB di Dusun Candi, Desa... more »
  • 25-09-14

    Lukman Hakim Khusus

    Kim saat ini sedang mengikuti kursus privat aksara Jawa di Tembi Rumah Budaya. Ia memerdalam pengetahuan tentang aksara Jawa untuk bisa membuat... more »
  • 24-09-14

    “Jakob Oetama” Menun

    Patung Jakob Oetama menuntun sepeda yang menjadi koleksi Bentara Budaya Yogyakarta selalu dihadirkan dalam setiap acara ‘Pasar Jakoban’ yang digelar... more »
  • 24-09-14

    Siswi ACICIS Masak G

    Ketika mereka memasak dengan tungku, gerabah dan bahan bakar kayu bakar tampak raut wajah kekhawatiran yang dalam pada mereka. Tampak mereka takut... more »
  • 24-09-14

    The Jakarta Textile

    Judul : The Jakarta Textile Museum  Penulis : Judi Achjadi  Penerbit : Jakarta Textile Museum, 2012, Jakarta  Bahasa :... more »
  • 23-09-14

    Wayang Jurnalis akan

    Sebanyak 21 wartawan dari 15 media di Jakarta akan tampil dalam Wayang Jurnalis yang menggelar lakon ‘Wahyu Cakraningrat’. Kenthus Ampiranto dari... more »
  • 23-09-14

    Memet Chairul Slamet

    Dalam konser malam itu, Memet menyebutkan satu per satu instrumen yang dibunyikan oleh Gangsadewa. Taganing, sapek, kecapi, rebab, jimbe, gambang,... more »
  • 23-09-14

    Sardula sebagai Simb

    Biasanya Sardula yang menghadang sang ksatria adalah harimau jadi-jadian, jelmaan dari dewa yang diutus untuk memberi petunjuk keberadaan wahyu yang... more »
  • 22-09-14

    Antologi Puisi Sastr

    Setiap bulan tajuk dari Sastra Bulan Purnama, yang sering disingkat SBP berganti-ganti, misalnya, ‘Lima Penyair Tiga Kota Membaca Puisi’, karena... more »