Sardula sebagai Simbol Rintangan

Author:editorTembi / Date:23-09-2014 / Biasanya Sardula yang menghadang sang ksatria adalah harimau jadi-jadian, jelmaan dari dewa yang diutus untuk memberi petunjuk keberadaan wahyu yang bakal diturunkan. Walaupun adegan ini merupakan adegan inti dari sebuah lakon yang mengangkat tema wahyu, banyak guyonan segar terjadi dalam adegan ini.

Macan dalam bentuk wayang kulit koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)

Macan, harimau atau sardula dalam pewayangan merupakan simbol rintangan yang menghadang seorang ksatria dalam usahanya menjalani laku untuk mendapatkan ‘wahyu.’ Dipercaya bahwa wahyu turun pada jam-jam keramat yaitu berkisar antara pukul 02.00 sampai 03.00 dini hari. Tokoh binatang macan ini keluar pada jam-jam menjelang dini hari.

Setelah tengah malam bergeser, seorang ksatria diikuti oleh keempat panakawan yaitu, Semar, Gareng, Petruk, Bagong memasuki hutan belantara yang merupakan bagian dari lakunya untuk mendapatkan anugerah Tuhan. Pada jam kritis tersebut muncul binatang macan sebesar ‘pedhet’ atau binatang sapi yang masih muda. Inilah ujian terakhir bagi seorang ksatria yang akan mendapatkan wahyu. Jika sang ksatria dapat mengatasi rintangan terakhir dengan mengalahkan macan, maka ia dinyatakan lulus.

Biasanya Sardula yang menghadang sang ksatria adalah harimau jadi-jadian, jelmaan dari dewa yang diutus untuk memberi petunjuk keberadaan wahyu yang bakal diturunkan. Walaupun adegan ini merupakan adegan inti dari sebuah lakon yang mengangkat tema wahyu, banyak guyonan segar terjadi dalam adegan ini. Macan jelmaan dewa yang bisa berbicara itu tidak nampak ganas di hadapan Bagong, Gareng dan Petruk. Bahkan mereka saling bersenda-gurau.

Adegan ‘macanan’ atau keluarnya macan ini sesungguhnya dapat dikatakan sebagai adegan pengganti dari adegan ‘Cakilan’ atau keluarnya buta Cakil atau buta prepat. Baik adegan ‘macanan’ maupun adegan ‘cakilan’ keduanya mengandung kesamaan makna, yaitu sebagai ujian sang ksatria dalam usahanya mendapatkan wahyu. Kedua adegan tersebut juga merupakan adegan yang di samping mengantarkan pada inti sebuah lakon juga memberi suasana segar dengan guyonan-guyonan yang disampaikan.

Kemungkinan kemasan adegan seperti ini memang disengaja. Ketika waktu sudah melewati tengah malam menuju dini hari, rasa kantuk sang ksatria akan mencapai puncaknya. Jika tidak mampu bertahan, maka akan tertidurlah. Sehingga peluang emas untuk mendapatkan wahyu lewat begitu saja. Oleh karenanya menjelang saat turunnya wahyu, setelah melewati segala rintangan yang menghadang, diupayakan agar mata jangan terlelap dan hati tetap terjaga. Salah satu caranya dengan guyon parikena.

Dengan guyonan tersebut, sang ksatria tetap terjaga, dan berkesempatan untuk mendapatkan pencerahan dalam hidupnya dan mendapatkan wahyu dari Sang Hyang Agung. Macan dan Cakil adalah sebuah ‘soal’ yang harus dikerjakan dan diselesaikan dengan benar dan tepat waktu.

Herjaka HS

Ensiklopedi Figur Wayang

Latest News

  • 24-09-14

    “Jakob Oetama” Menun

    Patung Jakob Oetama menuntun sepeda yang menjadi koleksi Bentara Budaya Yogyakarta selalu dihadirkan dalam setiap acara ‘Pasar Jakoban’ yang digelar... more »
  • 24-09-14

    Siswi ACICIS Masak G

    Ketika mereka memasak dengan tungku, gerabah dan bahan bakar kayu bakar tampak raut wajah kekhawatiran yang dalam pada mereka. Tampak mereka takut... more »
  • 24-09-14

    The Jakarta Textile

    Judul : The Jakarta Textile Museum  Penulis : Judi Achjadi  Penerbit : Jakarta Textile Museum, 2012, Jakarta  Bahasa :... more »
  • 23-09-14

    Wayang Jurnalis akan

    Sebanyak 21 wartawan dari 15 media di Jakarta akan tampil dalam Wayang Jurnalis yang menggelar lakon ‘Wahyu Cakraningrat’. Kenthus Ampiranto dari... more »
  • 23-09-14

    Memet Chairul Slamet

    Dalam konser malam itu, Memet menyebutkan satu per satu instrumen yang dibunyikan oleh Gangsadewa. Taganing, sapek, kecapi, rebab, jimbe, gambang,... more »
  • 23-09-14

    Sardula sebagai Simb

    Biasanya Sardula yang menghadang sang ksatria adalah harimau jadi-jadian, jelmaan dari dewa yang diutus untuk memberi petunjuk keberadaan wahyu yang... more »
  • 22-09-14

    Antologi Puisi Sastr

    Setiap bulan tajuk dari Sastra Bulan Purnama, yang sering disingkat SBP berganti-ganti, misalnya, ‘Lima Penyair Tiga Kota Membaca Puisi’, karena... more »
  • 22-09-14

    Gapura Padureksa Lam

    Gapura yang menghubungan antarruang atau antarkompleks bangunan di kawasan itu semuanya bergaya gapura padureksa, yakni gapura yang pada bagian... more »
  • 22-09-14

    Inventarisasi Perlin

    Judul : Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya. Seni Ukir Kayu Jepara  Penulis : Dr. Widya Nayati, M.A.  Penerbit : BPNB + PSK UGM... more »
  • 20-09-14

    Denmas Bekel 20 Sept

    more »