Tidak Ketinggalan FEB UGM pun Mengikuti Wisata Budaya di Tembi

Author:editorTembi / Date:25-09-2014 / Minggu, 21 September 2014 siang Tembi Rumah Budaya menerima tiga kelompok pengunjung dengan tujuan yang berbeda-beda. Satu kelompok menghendaki dapat belajar membatik, melukis, membajak sawah, dolanan anak tradisional, dan menanam padi. Satu kelompok lain menghendaki untuk sepedaan jelajah desa, memasak masakan tradisional, memasak gulai ikan, dan belanja di pasar tradisional. Sementara kelompok lain lagi menghendaki untuk berkunjung dan menikmati koleksi serta suasana yang ada di Tembi. Berdekatannya waktu kunjung atau kegiatan di Tembi sedikit membuat petugas di Tembi agak keteteran. Namun semuanya dapat dikerjakan dengan baik.

Pertama kali seumur hidup baru kali ini menanam padi, difoto: Minggu, 21 September 2014, foto: Ign. Untoro
Pertama kali seumur hidup baru kali ini menanam padi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM mengajak sekitar 40 orang siswa asing dan lokal ke  Tembi untuk mengikuti kegiatan membatik, melukis wayang, karawitan, membajak sawah, dan menanam padi. Kelompok ini paling awal datang ke  Tembi. Begitu datang mereka disambut di pendapa kemudian mereka berlatih gamelan. Ada pun gending yang dimainkan adalah Sluku Sluku Bathok dan Menthok Menthok. Syair Menthok Menthok dan Sluku Sluku Bathok yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris membuat mereka tersenyum-senyum. Ternyata lucu di samping mengandungi filosofi atau ajaran yang baik.

Ternyata sekalipun terbata-bata para mahasiswa/i asing itu bisa juga memainkan gamelan setelah sebelumnya dilatih beberapa menit oleh pemandu  Tembi. Sekalipun demikian, ada juga yang tidak tahu bahwa memainkan gong dan kempul mesti dilakukan dengan cara duduk. Bukan dengan cara berdiri. Selain itu, ada juga yang memukul alat gamelan atau bilah gamelannya di pinggir bilah bukan di tengah. Demikian pun dengan gong, yang dipukul justru di bagian lebar/pinggirannya sehingga nada yang dihasilkan terdengar begitu aneh.

Belajar membatik ternyata asyik, difoto: Minggu, 21 September 2014, foto: Ign. Untoro
Belajar membatik ternyata asyik

Dalam melukis wayang pun mereka ternyata bisa melakukannya dan menikmatinya. Ada rasa puas terpancar di wajah-wajah mereka setelah mereka menyelesaikan tahap akhir goresan kuasnya pada kanvas. Lebih puas lagi lukisan yang mereka buat boleh dibawa pulang sebagai bentuk kenang-kenangan.

Membajak sawah dan menanam padi bagi mereka terasa sebagai pengalaman yang mengejutkan. Mengejutkan karena itu merupakan pengalaman pertama bagi mereka. Selain pengalaman pertama hal demikian juga sering tidak terbayangkan sebelumnya. Lumpur dengan warna cokelat kehitaman mungkin bagi mereka, lebih-lebih mahasiswa asing yang mungkin sama sekali tidak pernah melihat hal demikian menjadikannya seperti “mengerikan”. Akan tetapi setelah semuanya dijalani toh mereka bisa merasakan sisi-sisi sensasi yang memompa adrenalin mereka. Pengalaman demikian akan terpateri di hati mereka.

Melukis wayang yang menyenangkan, hasilnya bisa dibawa pulang, difoto: Minggu, 21 September 2014, foto: Ign. Untoro
Melukis wayang yang menyenangkan, hasilnya bisa dibawa pulang

Belajar membatik yang juga merupakan pengalaman pertama memabuat mereka juga mengerti dimana letak kesulitannya. Mengapa dengan demikian batik tulis menjadi berharga relatif mahal dibanding printing. Betapa dalam proses pembuatan batik tulis sang pembuat bisa berkreasi seluas-luasnya. Hal yang dibutuhkan selain kreatif juga cermat, teliti, konsentrasi, tekun, sekaligus sabar.

Permainan atau dolanan anak-anak berupa benthik juga merupakan pengalaman pertama bagi rombongan dari FEB ini. Dolanan yang bagi mereka juga asing. Bahkan mungkin terasa aneh. Sangat sederhana. Permainan yang menggunakan dua batang kayu berukuran sekitar 20 cm dan 40 cm ini membutuhkan keterampilan dan ketangkasan serta kemampuan menghitung dan membidik ini ternyata juga mengasyikkan.

Konsentrasi mendengarkan instruksi untuk menabuh kethuk dan kenong, difoto: Minggu, 21 September 2014, foto: A.Barata
Konsentrasi mendengarkan instruksi untuk menabuh kethuk dan kenong

Usai mengikuti semua kegiatan itu mereka pun tampak kelelahan. Namun di balik wajah-wajah yang lelah itu terpancar kepuasan. Kepuasan itu mereka tandaskan dengan berfoto bersama. Selamat dan jangan lupa datang lagi ke Tembi.

a.sartono 
foto: a.barata dan ign. untoro

Kunjungan

Latest News

  • 01-11-14

    Koleksi Buku Perpust

    Perpustakaan Tembi terbuka untuk umum. Berikut ini sebagian koleksi yang ada di perpustakaan Tembi... more »
  • 01-11-14

    Monita Tahelea Tenga

    Pada album ini, lagu-lagunya dibuat oleh Monita sendiri dan teman-teman di The Nightingales. Dia berharap bisa menyelesaikan albumnya pada Januari... more »
  • 01-11-14

    Watak Orang Berdasar

    Orang Rabu Pon, 5 November 2014, kalender Jawa tanggal 12, bulan Sura, tahun 1948 Ehe, punya jumlah weton 7 + 7 = 14. Watak: rendah hati, serba bisa... more »
  • 31-10-14

    Pembelajaran Luar Ru

    Sekalipun perhatian utama mereka lebih fokus pada karya lukisan yang dipamerkan, namun tidak berarti bahwa benda, bangunan, dan semua hal yang ada di... more »
  • 31-10-14

    Jakarta Pad Project,

    Di tangan anak-anak muda yang tergabung dalam Jakarta Pad Project ini, fungsi gadget lebih dieksplorasi. Dengan kreativitas mereka, gadget ini bisa... more »
  • 31-10-14

    Pulau Onrust untuk P

    Pulau Onrust akhirnya menjadi salah satu pulau yang sangat penting bagi VOC. Pulau ini dijadikan pos pertahanan terdepan untuk melindungi Kota... more »
  • 30-10-14

    Kota Yogyakarta Gela

    Semua kecamatan di Kota Yogyakarta telah memiliki kelompok ketoprak yang anggotanya tidak hanya generasi tua, namun juga pemuda, remaja, dan bahkan... more »
  • 30-10-14

    Menarik Pengunjung k

    Untuk menarik pengunjung, maka kegiatan museum harus selalu inovatif dan “up to date” sesuai dengan perkembangan zaman. Dan yang terpenting museum... more »
  • 29-10-14

    SMK Kesehatan Blitar

    Mereka menggunakan bahasa Jawa krama inggil ketika bertemu dengan orang Jawa lain. Hal ini mereka terapkan ketika berkunjung ke Tembi Rumah Budaya... more »
  • 29-10-14

    Wayang Rokenrol di R

    Folk Mataram Institute, komunitas seni yang didirikan oleh musisi Krishna Widiyanto, Samuel Indratma, dan Ong Hari Wahyu, bekerja sama dengan Awana... more »