Bukan Bunga Bukan Lelaki, Kisah 3 Perempuan Korban Koruptor

01 Oct 2015

Sebuah pementasan teater monolog #3Perempuan bertajuk “Bukan Bunga Bukan Lelaki” karya sastrawan sekaligus wartawan Putu Fajar Arcana digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, 26 September 2015. Tema korupsi dan kekerasan terhadap wanita menjadi topik utama dalam pagelaran ini.

Bicara korupsi di Indonesia seakan tidak ada habisnya, mungkin usianya juga sama tua dengan sejarah dunia ini, begitu kata Rangga Riantiarno sebagai sutradara pertunjukan teater monolog “Bukan Bunga Bukan Lelaki” ini.

Secara singkat pertunjukan ini bercerita tentang tiga perempuan berbeda ‘kelas sosial’ yang sama-sama menjadi korban poligami seorang lelaki, mantan preman yang kemudian menjadi anggota parlemen di Jakarta, bernama Wagiyo Tirto Hadikusumo. Setelah meninggalkan istri dan anaknya di kampung, Wagiyo menikah dengan perempuan kelas atas. Kemudian ia menikah siri dengan penyanyi dangdut yang diiming-imingi menjadi penyanyi terkenal.

Akhirnya, ketiga perempuan ini mendengar Wagiyo ditangkap KPK karena kasus korupsi. Para perempuan ini ketakutan karena ikut diperiksa dan digeledah rumahnya.

Tiga tokoh perempuan yang didaulat menjadi pemeran utama, adalah Inayah Wahid, sebagai Wagiyem yang mewakili kalangan perempuan desa, miskin, susah dan pasrah; Olga Lidya yang memerankan istri kedua bernama Renata, perempuan kelas menengah atas, berkelas, namun galau. Yang terakhir Happy Salma yang memerankan penyanyi dangdut bernama Liza Sasya, perempuan norak, ingin hidup di kota besar sebagai penyanyi yang mengandalkan goyang aduhai.

Sejak awal penonton sudah dimanjakan dengan visual dan tata artistik yang dipersiapkan dengan sangat baik. Tiga tokoh yang bermonolog dibagi menjadi 3 kotak, sesuai dengan karakter masing-masing. Konsep minimalis, realistis, idealis dan imajinatif coba diterapkan sesuai dengan falsafah Jose R Kurniawan sebagai direktur artistik dalam perwujudan karya. Permainan visual dan tata cahaya yang ‘apik’ membuat pertunjukan semakin hidup.

Wagiyem muncul di awal, sebagai perempuan tukang cuci di kampungnya. Ia mencurahkan isi hatinya ditinggalkan suaminya. Inayah Wahid terlihat sangat terbiasa dengan panggung. Ia asyik melontarkan kata-kata sambil beradegan mencuci pakaian dengan logat ‘ngapak’ yang ia pelajari dari asisten rumah tangga di rumahnya. Karakter Wagiyem terlihat sangat menempel dan natural dibawakan Inayah. Penonton tak berhenti tertawa melihat polah Wagiyem.

Kemunculan Olga Lidya sebagai Renata, juga tak kalah menarik. Sudah malang melintang di dunia akting dan panggung pertunjukan, bukan hal sulit ia membawakan karakter Renata di atas panggung. Olga menggambarkan sosok perempuan yang gundah gulana karena suaminya jarang pulang dan dicurigai memiliki istri simpanan.

Sementara Happy Salma memerankan tokoh yang cukup menarik. Sebagai penyanyi dangdut Happy muncul lengkap dengan pakaian kerlap kerlip mencolok, layaknya penyanyi dangdut Pantura. Ibu satu anak ini muncul membawakan lagu dangdut sambil bergoyang, karakter Liza Sasya dibawakan dengan baik oleh Happy. “Saya ngobrol sama beberapa temen penyanyi dangdut, sambil lihat-lihat di tv juga bagaimana mereka berbicara dan bergoyang tentunya,” katanya saat ditemui usai pertunjukan.

Satu lagi yang tak kalah menarik dari petunjukan ini, penampilan Dewa Budjana sebagai penata musik. Ini kali pertama ia membuat musik untuk pertunjukan teater monolog. Budjana membuat instrumen-instrumen khasnya untuk mengisi tiap adegan dan dialog. “Meskipun baru pertama kali, saya senang bisa terlibat di pertunjukan ini, membuat musiknya tidak terlalu sulit, sesekali saya melihat mereka latihan untuk mendapatkan ‘feel’nya,” kata gitaris band Gigi ini.

Yang menarik dari naskah karya Putu Fajar Arcana ini, fokus utama tidak diletakkan pada pelaku korupsi melainkan pada mereka yang dekat dengan pelaku korupsi. Korupsi menjadi benang merah penghubung kisah mereka masing-masing, begitu menurut Rangga Riantiarno.

Sementara menurut sang produser, Joan Arcana yang tertulis di rilis acara, lakon ini dipentaskan lantaran adanya keinginan turut serta mengkampanyekan perilaku antikorupsi. “Teater atau seni pada umumnya harus turut bertanggung jawab terhadap kondisi bangsa. Seni tidak boleh steril dari situasi sosial, politik dan budaya sekitarnya. Lakon ini akan mewakili perlawanan perempuan terhadap dominasi para lelaki,” lanjut Joan.

Natalia S
Foto: Rosiana

Bukan Bunga Bukan Lelaki, Kisahkan Korupsi dan Kekerasan Terhadap Wanita, TIM, 26 September 2015, Foto : Rosiana Bukan Bunga Bukan Lelaki, Kisahkan Korupsi dan Kekerasan Terhadap Wanita, TIM, 26 September 2015, Foto : Rosiana Bukan Bunga Bukan Lelaki, Kisahkan Korupsi dan Kekerasan Terhadap Wanita, TIM, 26 September 2015, Foto : Rosiana Bukan Bunga Bukan Lelaki, Kisahkan Korupsi dan Kekerasan Terhadap Wanita, TIM, 26 September 2015, Foto : Rosiana Bukan Bunga Bukan Lelaki, Kisahkan Korupsi dan Kekerasan Terhadap Wanita, TIM, 26 September 2015, Foto : Rosiana Bukan Bunga Bukan Lelaki, Kisahkan Korupsi dan Kekerasan Terhadap Wanita, TIM, 26 September 2015, Foto : Rosiana SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 06-10-15

    Didik Nini Thowok Be

    Ia adalah perias yang piawai, ia juga bisa melukis, ia manajer yang baik, ia juga seorang pengajar di berbagai institusi, komedian, pantomimer,... more »
  • 06-10-15

    Kali Ketiga Highfiel

    Seperti dua kali kunjungan sebelumnya, mereka kali ini juga melakukan kegiatan budaya, dengan tujuan agar mereka mengenal budaya lokal Nusantara... more »
  • 05-10-15

    Batik Kudus di Hari

    Setelah peluncuran labelnya ‘Bali Java’ desainer Denny WIrawan membuat aneka kreasi Batik Kudus. Dalam rangka Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2... more »
  • 05-10-15

    Demi Kemerdekaan RI,

    Candu juga pernah digunakan pemerintah Republik Indonesia sebagai dana perjuangan. Faktor yang mendorong adalah kondisi sosial, ekonomi dan keuangan... more »
  • 03-10-15

    Para Penegak Hukum M

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-48, yang diselenggarakan Selasa, 29 September 2015 tidak hanya menampilkan para penyair, yang puisinya tergabung dalam... more »
  • 03-10-15

    Rabu Pon Hari Baik d

    Jika Anda tidak mau celaka, jangan menuju ke arah di mana sang naga berada, karena ia akan mencelakai Anda. Apalagi jika ‘naga dina’ bersamaan... more »
  • 03-10-15

    Rumah Kreasi Indones

    JPN Center merupakan lembaga pendidikan nonformal dalam bidang Art & Culture Edutainment. Tujuan lembaga ini untuk membangun masyarakat bermental... more »
  • 02-10-15

    Ketua LPSK Pidato Ke

    Dalam melakukan sosialisasi, kata Semendawai, LPSK pernah menggunakan kesenian wayang kulit. Dari kesenian ini, kita memberi muatan pada pergelaran... more »
  • 02-10-15

    Para Komponis Muda B

    Pada lokakarya yang diselenggarakan di museum Tembi Rumah Budaya, Sabtu, 26 September 2015, KKM 6,5 Composers Collective mengundang komponis tamu... more »
  • 02-10-15

    Aja Mung Mikir Wudel

    Pepatah ini mengimbau agar manusia yang hidup di dunia ini tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri atau egois. Pepatah atau peribahasa Jawa “... more »