Makna Baju Surjan dan Pranakan (2)
Author:editorTembi / Date:14-10-2014 / Pranakan juga dapat diartikan sebagai keturunan (para anak), saudara dan juga prepat atau para pengiring yang tidak pernah lepas dengan orang yang diiringi (diikuti). Selain itu, istilah prepat atau pranakan juga dapat diartikan sebagai punakawan.
Salah satu abdi dalem jurukunci dengan pakaian pranakan
di Makam Raja-raja Mataram Kotagede
Selain surjan, di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta juga dikenal pakaian yang disebut pranakan. Secara ringkas pranakan dapat diartikan sebagai tempat bayi atau rahim ibu. Pranakan juga dapat diartikan sebagai keturunan (para anak), saudara dan juga prepat atau para pengiring yang tidak pernah lepas dengan orang yang diiringi (diikuti). Selain itu, istilah prepat atau pranakan juga dapat diartikan sebagai punakawan.
Corak baju pranakan adalah lurik yang disebut dengan istilah lurik telupat (telu papat) yang diartikan sebagai kewulu minangka prepat (dianggap/diangkat sebagai prepat atau pengiring). Hal demikian juga diartikan sebagai direngkuh seperti saudara. Jadi antara abdi yang satu dengan yang lain yang mengenakan pakaian pranakan tersebut hubungannya dekat seperti layaknya saudara dan mereka semua dekat pula hubungannya dengan sultan (raja). Hal demikian dianggap sebagai penjelmaan dari manunggalnya kawula (rakyat) dengan gustinya (raja) dengan semangat golong gilig (menyatu-bulat).
Kancing berjumlah enam buah di ujung lengan bawah pakaian/baju pranakan
Warna pakaian pranakan adalah biru tua. Warna biru tua diartikan sebagai sangat dalam atau kedalaman yang sangat sulit diduga. Ini juga diartikan sebagai tidak dapat dianggap remeh atau tidak sembarangan.
Baju pranakan berlengan panjang dengan masing-masing lengan memiliki 5 (lima) buah kancing di bagian ujung lengannya. Lima buah kancing itu melambangkan rukun Islam, yakni syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Bagian leher dari baju pranakan memiliki 3 (tiga) pasang kancing atau enam buah kancing yang melambangkan rukun iman, yakni iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada utusan/nabi Allah, iman kepada hari akhir (kiamat) dan iman kepada qadla dan qadar/takdir.
Detail letak kancing dan jumlahnya di
bagian leher baju pranakan
Baju pranakan diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V (bertahta 1822-1826). Ide menciptakan pakaian ini didapat ketika ia berkunjung ke Banten. Di sana ia melihat para santri perempuan mengenakan baju kurung (baju yang berbentuk seperti kurungan dan berlengan panjang (atau seperti kaus oblong model sekarang namun berlengan panjang) dengan lubang di bagian leher serta belahan di bawah leher. Baju ini dikenakan dengan memasukkan kedua lengan bersama-sama kemudian baru kepala dimasukkan ke lubang yang dibelah sampai bawah leher tersebut dan kemudian bagian bawah baju ditarik ke bawah agar menjadi rapi.
Sederetan abdi dalem berbaju pranakan tengah caos (piket)
di Keraton Kasultanan Yogyakarta
Baju pranakan yang demikian itu melambangkan bahwa orang yang mengenakannya seolah-olah masuk ke dalam rahim ibu yang dinamakan pranakan. Hal ini seperti bayi dalam kandungan ibunya. Hubungan keduanya sedemikian dekat dan tidak terpisahkan. Hal demikian juga menjadi lambang hubungan antarabdi dalem dan terlebih lagi hubungan abdi dalem dengan sultan (raja Yogyakarta). Hubungan yang dimaksud seperti layaknya hubungan ibu dengan anak-anaknya serta hubungana anak yang satu dengan yang lainnya.
Ke Yogya yuk ..!
Naskah dan foto: A. Sartono
sumber: KRT. Jatiningrat, 2008, Rasukan Takwa lan Pranakan ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta: Tepas Dwarapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Latest News
- 15-10-14
Tiga Desainer Muda M
Fashion show yang digelar di Galeri Indonesia Kaya pada Rabu, 8 Oktober 2014 menampilkan karya 3 desainer muda yang sangat mencintai budayanya dan... more » - 15-10-14
Obituari Bakdi Soema
Selain sebagai dosen, Bakdi juga dikenal sebagai sastrawan. Dia telah menulis sejumlah karya sastra, seperti puisi, cerpen, kritik sastra, kritik... more » - 14-10-14
Wicah dan Ethex Tamp
Dua penyair dari kota berbeda, Wicahyati Rejeki dari Magelang dan Suyitno Ethex dari Mojokerto, tampil bersama dalam acara Sastra Bulan Purnama,... more » - 14-10-14
Makna Baju Surjan da
Pranakan juga dapat diartikan sebagai keturunan (para anak), saudara dan juga prepat atau para pengiring yang tidak pernah lepas dengan orang yang... more » - 14-10-14
Liputan Majalah Kjaw
Dalam majalah tersebut diberitakan bahwa yang dilantik menjadi raja sultan Kanoman Cirebon adalah Pangeran Raja Nurbuwat pada tanggal 9 Juli 1934. Ia... more » - 13-10-14
Ketoprak Lesehan Men
Ketoprak lesehan ini mengajak penonton membayangkan setiap adegan yang dimainkan, termasuk membayangkan wajah tokoh yang dimainkan. Tokoh Sudira,... more » - 13-10-14
Sendratari Ramayana
Sendratari Ramayana resmi muncul tahun 1961 untuk menamai suatu jenis pertunjukan baru di Prambanan. Sendratari (seni drama dan tari) adalah suatu... more » - 13-10-14
Nasi Guncang dan Es
Kehebatan Nasi Guncang bukan cuma pada nasinya, namun juga kelengkapan lauk dan sayurnya. Di sana diletakkan beberapa potong daging empal, tempe... more » - 11-10-14
Catatan dari Seminar
Radhar Panca Dahana secara ekstrem menyatakan bahwa ideologi dan ide telah mati. Kita hanya bisa dan telah terlalu biasa meminjam ide dan ideologi... more » - 11-10-14
Macapatan Rabu Pon k
Ki Wandiyo dapat dikatakan sebagai ‘pujangga lokal’. Dari tangan, budi dan pikirannya telah tercipta 37 corak tembang baru. Dhandhanggula Sriyatnasih... more »