Liputan Majalah Kjawen tentang Penobatan Raja Cirebon

Author:editorTembi / Date:14-10-2014 / Dalam majalah tersebut diberitakan bahwa yang dilantik menjadi raja sultan Kanoman Cirebon adalah Pangeran Raja Nurbuwat pada tanggal 9 Juli 1934. Ia menggantikan ayahnya yang belum lama meninggal.

Penobatan Raja Kasultanan Kanoman Cirebon Jawa Barat, sumber foto: Suwandi/Tembi
Foto Penobatan Raja Nurbuwat dari Kasultanan Kanoman Cirebon 
tahun 1934 dalam Majalah Kajawen

Pada masa kolonial, kerajaan di Nusantara bila mengadakan seremoni penobatan raja biasanya dihadiri oleh penguasa Belanda. Begitu pun saat penobatan raja atau istilah Jawa disebut “jumenengan” di Keraton Kasultanan Kanoman Cirebon. Di Cirebon sendiri kala itu masih ada tiga kerajaan, yakni Kasultanan Kanoman, Kasultanan Kasepuhan, dan Kasultanan Kacirebonan.

Berita tentang “Jumenengan Sultan Kanoman Cirebon” tersebut bisa dirunut dan dilacak pada sebuah majalah beraksara dan berbahasa Jawa, yaitu “Majalah Kajawen” no 58 yang terbit 21 Juli 1934 atau bertepatan dengan “Setu Legi 8 Bakdamulud taun Wawu 1865” (penanggalan Jawa). Pada halaman 897 terpapar sebuah foto yang menampilkan “foto bersama” usai penobatan sultan Kanoman Cirebon yang didampingi para pembesar penguasa Belanda, raja-raja kerabat Cirebon dan raja-raja Jawa, para sentana dalem (saudara raja), para nayaka praja, para bupati, dan abdi dalem kerajaan setempat.

Penobatan Raja Kasultanan Kanoman Cirebon Jawa Barat, sumber foto: Suwandi/Tembi
Sampul Depan Majalah Kajawen Tahun 1934

Dalam majalah tersebut diberitakan bahwa yang dilantik menjadi raja sultan Kanoman Cirebon adalah Pangeran Raja Nurbuwat pada tanggal 9 Juli 1934. Ia menggantikan ayahnya yang belum lama meninggal. Diberitakan pula oleh majalah tersebut bahwa saat “jumenengan” kala itu dirayakan secara sederhana, karena bertepatan dengan waktu berkabung atas meninggalnya Pangeran Hendrik (dalam majalah ditulis: “Sampeyan Dalem Ingkang Minulya Prins Hendrik”). Padahal biasanya kalau ada jumenengan raja, maka perayaan secara besar-besaran.

Diberitakan pula oleh majalah tersebut bahwa foto yang dimuat itu menjelaskan beberapa nama, antara lain: sultan Kanoman Cirebon (berpayung), Tuan Ch O van der Plas selaku residen Cirebon (sebelah kanan raja), sultan Kasepuhan Cirebon (kanan Tuan Residen), para bupati Cirebon, dan lain-lainnya.

Baca yuk ..!

Naskah dan foto: Suwandi

Bale Dokumentasi Naskah Kuno

Latest News

  • 15-10-14

    Tiga Desainer Muda M

    Fashion show yang digelar di Galeri Indonesia Kaya pada Rabu, 8 Oktober 2014 menampilkan karya 3 desainer muda yang sangat mencintai budayanya dan... more »
  • 15-10-14

    Obituari Bakdi Soema

    Selain sebagai dosen, Bakdi juga dikenal sebagai sastrawan. Dia telah menulis sejumlah karya sastra, seperti puisi, cerpen, kritik sastra, kritik... more »
  • 14-10-14

    Wicah dan Ethex Tamp

    Dua penyair dari kota berbeda, Wicahyati Rejeki dari Magelang dan Suyitno Ethex dari Mojokerto, tampil bersama dalam acara Sastra Bulan Purnama,... more »
  • 14-10-14

    Makna Baju Surjan da

    Pranakan juga dapat diartikan sebagai keturunan (para anak), saudara dan juga prepat atau para pengiring yang tidak pernah lepas dengan orang yang... more »
  • 14-10-14

    Liputan Majalah Kjaw

    Dalam majalah tersebut diberitakan bahwa yang dilantik menjadi raja sultan Kanoman Cirebon adalah Pangeran Raja Nurbuwat pada tanggal 9 Juli 1934. Ia... more »
  • 13-10-14

    Ketoprak Lesehan Men

    Ketoprak lesehan ini mengajak penonton membayangkan setiap adegan yang dimainkan, termasuk membayangkan wajah tokoh yang dimainkan. Tokoh Sudira,... more »
  • 13-10-14

    Sendratari Ramayana

    Sendratari Ramayana resmi muncul tahun 1961 untuk menamai suatu jenis pertunjukan baru di Prambanan. Sendratari (seni drama dan tari) adalah suatu... more »
  • 13-10-14

    Nasi Guncang dan Es

    Kehebatan Nasi Guncang bukan cuma pada nasinya, namun juga kelengkapan lauk dan sayurnya. Di sana diletakkan beberapa potong daging empal, tempe... more »
  • 11-10-14

    Catatan dari Seminar

    Radhar Panca Dahana secara ekstrem menyatakan bahwa ideologi dan ide telah mati. Kita hanya bisa dan telah terlalu biasa meminjam ide dan ideologi... more »
  • 11-10-14

    Macapatan Rabu Pon k

    Ki Wandiyo dapat dikatakan sebagai ‘pujangga lokal’. Dari tangan, budi dan pikirannya telah tercipta 37 corak tembang baru. Dhandhanggula Sriyatnasih... more »