Obituari Bakdi Soemanto, Budayawan dan Pengajar

Author:editorTembi / Date:15-10-2014 / Selain sebagai dosen, Bakdi juga dikenal sebagai sastrawan. Dia telah menulis sejumlah karya sastra, seperti puisi, cerpen, kritik sastra, kritik teater dan lainnya. Tulisan Bakdi selalu tidak bisa lepas dari teori.

Bakdi Soemanto saat memberikan kesaksian mengenai Linus Suryadi AG dalam acara Sastra Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya, foto: dok Tembi
Bakdi Soemanto

Beberapa kali Bakdi Soemanto datang ke  Tembi Rumah Budaya, salah satunya pada acara Sastra Bulan Purnama, yang diselenggarakan pada bulan Maret 2013, yang kebetulan membacakan puisi karya mendiang Linus Suryadi AG. Bakdi, demikian panggilan akrabnya, dalam acara ini, memberikan kesaksian mengenai Linus Suryadi, sahabat karibnya.

Bakdi Soemanto, yang di depan namanya ada tambahan gelar Prof Dr, adalah seorang pengajar di jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, Bakdi lebih dikenal sebagai pemikir kebudayaan. Karena itu, Bakdi sangat dekat dengan para seniman dan aktivis budaya di Yogya.

Selain sebagai dosen, Bakdi juga dikenal sebagai sastrawan. Dia telah menulis sejumlah karya sastra, seperti puisi, cerpen, kritik sastra, kritik teater dan lainnya. Tulisan Bakdi selalu tidak bisa lepas dari teori. Karena dia menulis tidak berangkat dari naluri, melainkan selalu menggunakan cara pandang, dengan demikian tulisan Bakdi selalu berisi, atau kalau dalam bahasa Jawa disebut sebagai mentes.

Sabtu dinihari, 11 Oktober 2014, sekitar pukul 03.00 Bakdi Soemanto telah pergi ke surga. Tentu saja, banyak yang kehilangan atas kepergiannya. Jenazah dimakamkan pada Senin siang 13 Oktober 2014, di kompleks pemakaman UGM, Sawitsari. Jenasah diberangkatkan dari Balairung, Gedung Pusat UGM.

Pada Sabtu malam, 11 Oktober 2014, di kediaman Bakdi Soemanto di Jalan Podang 2, Demangan, Yogyakarta, sejumlah penyair hadir memberi penghormatan dengan membacakan puisi-puisi karya Bakdi Soemanto, yang hadir diantaranya Landung Simatupang, Budi Sarjono, Krisbudiman. Tidak ketinggalan, Untung Basuki, aktor dari Bengkel Teater, mengalunkan lagu puisi dengan petikan gitar untuk Bakdi.

“Sabtu malam kemarin teman-teman penyair pada membaca puisi di sini, tapi kok Ons tidak kelihatan. Rasanya, Tembi seperti pindah di rumahku mendengar para penyair membaca puisi,” kata Nin Bakdi Sumanto, istri Bakdi ketika ‘Tembi’ minggu siang datang melayat ke rumah Bakdi Soemanto.

Bakdi Soemanto dan Istrinya yang dikenal dengan nama Nin Bakdi Soemanto, foto: Facebook Nin Bakdi Soemanto
Bakdi Soemanto dan istrinya, Nin Bakdi Soemanto

Terhadap anak-anak muda, Bakdi sangat memberi perhatian. Sejak Linus Suryadi dan Emha Ainun Najib masih muda, Bakdi selalu menyertai dan akrab bergaul, dan sampai akhir hayatnya, Bakdi masih menemani anak-anak muda dalam proses kreatif. Salah satu naskah drama pendek, yang berjudul ‘Sepasang Merpati Tua’, yang ditulis tahun 1970-an, pernah dipentaskan oleh seorang pemain teater dari Asdrafi (Akademi Seni Drama dan Film) Yogyakarta.pertengahan tahun 1980-an.

Setiap menyampaikan rasa kagum, terhadap apapun, lebih-lebih karya sastra, Bakdi selalu mengatakan ‘dahyat’. Kata ini seperti selalu lekat dalam diri Bakdi. Selain itu, untuk melukiskan sesuatu yang sulit dikatakan, Bakdi akan menyebutnya sebagai absurd. Kata ini, seperti halnya kata dahsyat, selalu menyertai Bakdi dalam memberikan komentar.

“Tembi milik pak Swantoro ini penting bukan hanya untuk kebudayaan Jawa, tetapi bagi kebudayaan yang lebih luas,” kata Bakdi suatu kali ketika berada di  Tembi Rumah Budaya.

Beberapa karya Bakdi Soemanto diantaranya, kumpulan cerpen ‘Dari Kartu Natal ke Doktor Plimin’ (1979), ‘Mincuk’ (2004), kumpulan puisi ‘Bibir’ (2002) dan ‘Kata’ (2006), serta kumpulan naskah drama ‘Majalah Dinding (2006). Bakdi juga menerbitkan buku kajian sastra dan teater, misalnya ‘Jagat Teater (2001), ‘Rendra Karya dan Dunianya’ (2003), “Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya’ (2006).

Pada tahun 2002 Bakdi Soemanto meraih gelar doktor dengan penelitian drama ‘Waiting for Godot’ karya Samuel Becket (1906-1989).

Bakdi telah pergi untuk selamanya, tetapi karya-karya yang ditinggalkan tidak akan pernah mati.

Ons Untoro

Berita budaya

Latest News

  • 17-10-14

    SMA I Temanggung Mer

    Menurut Pak Heri, guru pendamping SMA 1 Temanggung, Tembi menjadi salah satu tempat kunjungan wajib bagi sekolahnya. Di Tembi mereka bisa mendapatkan... more »
  • 17-10-14

    Pameran Lukisan Mini

    Dalam pameran tunggalnya kali ini Jupri Abdullah mengetengahkan sekitar 25 karya lukisan mininya. Lukisan-lukisan yang dipamerkan ini berukuran dari... more »
  • 17-10-14

    Koleksi Filateli Bah

    Perangko-perangko bahari dan maritim itu diterbitkan, tentunya untuk memeringati suatu peristiwa penting, khususnya yang berkaitan dengan bahari dan... more »
  • 16-10-14

    Karya Fotografer Ken

    Henri Cartier-Bresson adalah fotografer kenamaan dari Perancis. Ia pernah berada di Indonesia pada tahun 1949 sampai awal 1950. Tahun yang sangat... more »
  • 16-10-14

    Rahadi Zakaria, Peny

    Hendrawan Nadesul, seorang dokter sekaligus penyair, sahabat dekat Rahadi Zakaria melalui status di Facebook-nya menulis: Ia satu dari sahabat lama... more »
  • 16-10-14

    Papermoon Akan Gelar

    Pesta Boneka kali ini akan berbeda dari festival-festival sebelumnya. Pada kali ini, Pesta Boneka akan diselenggarakan selama tiga hari pada tanggal... more »
  • 15-10-14

    Tiga Desainer Muda M

    Fashion show yang digelar di Galeri Indonesia Kaya pada Rabu, 8 Oktober 2014 menampilkan karya 3 desainer muda yang sangat mencintai budayanya dan... more »
  • 15-10-14

    Obituari Bakdi Soema

    Selain sebagai dosen, Bakdi juga dikenal sebagai sastrawan. Dia telah menulis sejumlah karya sastra, seperti puisi, cerpen, kritik sastra, kritik... more »
  • 14-10-14

    Wicah dan Ethex Tamp

    Dua penyair dari kota berbeda, Wicahyati Rejeki dari Magelang dan Suyitno Ethex dari Mojokerto, tampil bersama dalam acara Sastra Bulan Purnama,... more »
  • 14-10-14

    Makna Baju Surjan da

    Pranakan juga dapat diartikan sebagai keturunan (para anak), saudara dan juga prepat atau para pengiring yang tidak pernah lepas dengan orang yang... more »