Ketoprak Lesehan Mengajak Penonton Berimajinasi

Author:editorTembi / Date:13-10-2014 / Ketoprak lesehan ini mengajak penonton membayangkan setiap adegan yang dimainkan, termasuk membayangkan wajah tokoh yang dimainkan. Tokoh Sudira, yang diperankan Bambang Sutrisno, hanya bisa dibayangkan, seperti kisah yang diceritakan, mengenakan pakaian serba putih, meski yang dilihat, Bambang Sutrisno mengenakan pakaian Jawa.

Suasana pertunjukan ketoprak lesehan di Jogja Gallery, foto: Suwandi
Suasana pertunjukan ketoprak lesehan

Semua pemainnya mengenakan pakaian Jawa dan duduk di atas karpet. Semua merupakan pemain ketoprak senior dari grup ketoprak Sapta Mandala, sekaligus pemain ketoprak di RRI Yogya yang sudah pensiun. Pada Rabu malam, 8 Oktober 2014 mereka membawakan lakon ‘Sudiro Tanding’ di Jogja Gallery, Jalan Pekapalan No 1, Alun-alun utara Yogyakarta.

“Pementasan ketoprak lesehan ini dalam rangkaian pemeran wayang kulit Cina-Jawa yang diselenggarakan di Jogja Gallery, dan lakon Sudiro Tanding untuk menunjukkan bentuk silang budaya, yang menjadi tema pameran. Apalagi lakon ini mengambil dari buku Sie Djin Koei Tjng Tang’, yang diubah menjadi Sudiro,” kata Ery Sustiyadi panitia pameran dalam pengantar pementasan.

Widayat, pemain ketoprak senior, memerankan tokoh Lesanpura (Lie Sim Bien), Ignatius Wahono memainkan tokoh Jimbunanom (Ci Bou Kong), M Sugiarto memerankan tokoh Tiyasaguna (Thio So Kui), Sarjono memerankan tokoh Danawilapa (Cio Bou Kong) dan Bagong Sutrisno memerankan Sudiro (Sie Djin Koei).

Pertunjukan hanya memakan waktu 1 jam. Para pemain duduk berjejer. Yang menarik dari pertunjukan ini, para pemain tidak menggunakan naskah, dan tidak melakukan proses latihan. Para pemain hanya bertemu satu kali untuk saling membagi peran dan menyampaikan alur cerita. Selebihnya improvisasi.

“Masing-masing sudah tahu alur ceritanya dan hafal dialognya, sehingga tidak perlu latihan, cukup bertemu untuk saling membagi peran,” kata Ignatius Wahono, yang membagi peran pada masing-masing pemain.

Widayat, salah seorang pemain sedang memehang mike, tengah memainkan peran Lesanpura dalam ketoprak lesehan, foto: Suwandi
Widayat, memegang mikrofon

Pertunjukan dilakukan dengan duduk bersila. Para penonton menikmati laiknya mendengarkan siaran radio. Suasana konflil dibangun melalui dialoh dan musik, sehingga seolah seperti sedang melakukan perang. Padahal masing-masing saling duduk berjejer, bahkan ketika berdialoh tidak saling bertatap muka.

Salah seorang penonton, Jeanny Lindsay, warga Australia yang sudah lama menetap di Yogya dan paham bahasa Jawa, merasa kagum pada pertunjukan itu, karena tanpa naskah masing-masing pemain bisa ‘menghidupkan’ tokoh yang diperankan dan dialognya saling sambung.

“Mereka semua luar biasa. Tanpa nakah sudah hapal dialognya, “ kata Jeanny.

Ketoprak lesehan ini dimulai dari adegan pertempuran pasukan Tanjung Anom melawan pasukan Krendhapura. Pasukan Tanjung Anom terdesak. Tiyasguna, salah satu panglima, memerintahkan Sudira maju ke medan perang. Ia berhadapan dengan Adipati Gardayaksa, yang kemudian melarikan diri. Tiyasguna memerintahkan Sudira kembali bersembunyi dan bertugas sebagai prajurit dapur.

Dalam peperangan yang dilakukan, para pemain tetap sduduk. Masing-masing saling mengeluarkan jurus dan berusaha untuk menang. Penonton yang melihat sekaligus mendengar, seolah seperti sedang melihat pertunjukan.

Ketoprak lesehan ini mengajak penonton membayangkan setiap adegan yang dimainkan, termasuk membayangkan wajah tokoh yang dimainkan. Tokoh Sudira, yang diperankan Bambang Sutrisno, hanya bisa dibayangkan, seperti kisah yang diceritakan, mengenakan pakaian serba putih, meski yang dilihat, Bambang Sutrisno mengenakan pakaian Jawa. Ketoprak lesehan menghidupkan imajinasi penonton.

Ons Untoro

Berita budaya

Latest News

  • 15-10-14

    Tiga Desainer Muda M

    Fashion show yang digelar di Galeri Indonesia Kaya pada Rabu, 8 Oktober 2014 menampilkan karya 3 desainer muda yang sangat mencintai budayanya dan... more »
  • 15-10-14

    Obituari Bakdi Soema

    Selain sebagai dosen, Bakdi juga dikenal sebagai sastrawan. Dia telah menulis sejumlah karya sastra, seperti puisi, cerpen, kritik sastra, kritik... more »
  • 14-10-14

    Wicah dan Ethex Tamp

    Dua penyair dari kota berbeda, Wicahyati Rejeki dari Magelang dan Suyitno Ethex dari Mojokerto, tampil bersama dalam acara Sastra Bulan Purnama,... more »
  • 14-10-14

    Makna Baju Surjan da

    Pranakan juga dapat diartikan sebagai keturunan (para anak), saudara dan juga prepat atau para pengiring yang tidak pernah lepas dengan orang yang... more »
  • 14-10-14

    Liputan Majalah Kjaw

    Dalam majalah tersebut diberitakan bahwa yang dilantik menjadi raja sultan Kanoman Cirebon adalah Pangeran Raja Nurbuwat pada tanggal 9 Juli 1934. Ia... more »
  • 13-10-14

    Ketoprak Lesehan Men

    Ketoprak lesehan ini mengajak penonton membayangkan setiap adegan yang dimainkan, termasuk membayangkan wajah tokoh yang dimainkan. Tokoh Sudira,... more »
  • 13-10-14

    Sendratari Ramayana

    Sendratari Ramayana resmi muncul tahun 1961 untuk menamai suatu jenis pertunjukan baru di Prambanan. Sendratari (seni drama dan tari) adalah suatu... more »
  • 13-10-14

    Nasi Guncang dan Es

    Kehebatan Nasi Guncang bukan cuma pada nasinya, namun juga kelengkapan lauk dan sayurnya. Di sana diletakkan beberapa potong daging empal, tempe... more »
  • 11-10-14

    Catatan dari Seminar

    Radhar Panca Dahana secara ekstrem menyatakan bahwa ideologi dan ide telah mati. Kita hanya bisa dan telah terlalu biasa meminjam ide dan ideologi... more »
  • 11-10-14

    Macapatan Rabu Pon k

    Ki Wandiyo dapat dikatakan sebagai ‘pujangga lokal’. Dari tangan, budi dan pikirannya telah tercipta 37 corak tembang baru. Dhandhanggula Sriyatnasih... more »