Jagang Masjid Gede Kotagede Tahun 1930-an dan Kini

Author:editorTembi / Date:29-08-2014 / Pada tempo dulu umumnya orang tidak mengenakan alas kaki (nyeker) sehingga dapat dipastikan bahwa kakinya kotor. Sedangkan untuk masuk masjid orang harus bersih (suci) lahir batin. Untuk itulah jagang dibuat untuk membersihkan kaki yang nyeker sebelum orang itu masuk ke masjid.

Kondisi jagang/kolam keliling di Masjid Gede Kotagede sekarang, difoto: Selasa, 26 Agustus 2014, foto: a.sartono
Kondisi jagang/kolam keliling di 
Masjid Gede Kotagede sekarang

Berikut ini adalah foto dari jagang atau kolam air di sekeliling Masjid Gede atau Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta. Jagang yang mengelilingi bangunan masjid ini memang umum terdapat di masjid-masjid kuno di Jawa, utamanya masjid besar (masjid kerajaan/kadipaten).

Kolam keliling yang disebut jagang itu dulu juga terdapat di sisi luar benteng keraton-keraton di Jawa (dan mungkin juga di Eropa) dan berbagai tempat lain. Jagang di seputaran masjid dan di seputaran benteng keraton tentu saja memiliki fungsi yang berbeda.

Jagang dibuat mengelilingi masjid, tapi umumnya tidak sampai di bagian belakang bangunan karena di bagian ini biasanya digunakan untuk kompleks makam. Kolam ini digunakan untuk bersuci atau mencuci kaki bagi orang yang akan masuk masjid. Pada tempo dulu umumnya orang tidak mengenakan alas kaki (nyeker) sehingga dapat dipastikan bahwa kakinya kotor. Sedangkan untuk masuk masjid orang harus bersih (suci) lahir batin. Untuk itulah jagang dibuat untuk membersihkan kaki yang nyeker sebelum orang itu masuk ke masjid.

Detail pagar dan kondisi jagang/kolam keliling di Masjid Gede Kotagede sekarang, difoto: Selasa, 26 Agustus 2014, foto: a.sartono
Detail pagar dan kondisi jagang/kolam 
keliling di Masjid Gede Kotagede sekarang

Lain halnya dengan jagang yang dibuat mengelilingi benteng keraton. Umumnya jagang di luar (ada pula yang di bagian dalam) benteng dibuat untuk keperluan pertahanan. Jagang pada sisi ini umunya dibuat relatif dalam sehingga orang yang tercebur ke dalamnya akan relatif kesulitan menggerakkan badan secara leluasa. Selain itu, jagang di lingkungan benteng juga akan menyulitkan pergerakan musuh untuk mendekati benteng.

Foto jagang lama yang ditampilkan ini kemungkinan besar dibuat pada tahun 1930-an (sesuai tahun penerbitan buku sumbernya, yakni tahun 1932). Bandingkan dengan foto terbaru yang dibuat  Tembi, Selasa, 26 Agustus 2014. Mungkin nyaris tidak ada perubahan yang berarti atas konstruksi dan arsitektur bangunannya, Mungkin juga kualitas airnya yang membedakan dan mencirikan identitas masing-masing zamannya. Air jagang di masa itu mungkin memang lebih jernih dari air jagang sekarang. Selain itu, Air jagang di masa lalu itu terus mengalir (tidak berputar dengan sistem mesin air).

Kondisi jagang/kolam keliling di Masjid Gede Kotagede tahun 1930-an, difoto kembali: Selasa, 26 Agustus 2014, foto: a.sartono
Kondisi jagang/kolam keliling di Masjid Gede Kotagede tahun 1930-an

Air jagang yang dimasukkan ke kompleks Masjid Gede di Kotagede ini diambil dari Sungai Gajah Wong di sekitar Gedong Kuning (dekat Kebun Binatang Gembira Loka) dan akhirnya kembali ke Sungai Gajah Wong di wilayah Kotagede.

Naskah dan foto: ASartono 
Sumber: Balai Postaka, 1932, Masjid dan Makam Doenia Islam (Seri No. 466), Batavia: Batavia Centrum.

Yogyakarta Tempo Doeloe

Latest News

  • 06-09-14

    Berdasarkan Hari Pas

    Dalam perspektif budaya Jawa pemilihan hari tanggal pelantikan sedikit banyak akan memberi tengara tentang bergulirnya roda pemerintahan. Menurut... more »
  • 06-09-14

    Manual Pelestarian R

    Judul : Manual Pelestarian Rumah Adat Kotagede. Buku 1  Penulis : Adibowo, dkk  Penerbit : REKOMPAK, 2011, Jakarta  Bahasa :... more »
  • 06-09-14

    Orang Kelahiran Sela

    Watak orang Selasa Legi panas hati, agak dengki, selalu merasa kurang, senang bertengkar, saat marah membahayakan, dan karena ulahnya banyak orang... more »
  • 05-09-14

    Tidak Bisa Disangkal

    Banyak fotografer yang menjadi kurang sadar etika ketika membidikkan kameranya. Lihat saja pada peristiwa upacara keagamaan Waisak di Borobudur.... more »
  • 05-09-14

    55 Penyair Membaca B

    Penyair yang menulis Bantul bukan hanya mereka yang tinggal di Bantul, tetapi penyair yang pernah bersentuhan dengan Bantul, apapun bentuk... more »
  • 05-09-14

    Macapatan Malam Rabu

    Ibarat hidup adalah sebuah tanaman, macapatan dan gendhing-gendhing Jawa adalah pupuknya. Tanaman akan tumbuh dengan sehat dan segar jika selalu... more »
  • 04-09-14

    Denmas Bekel 4 Septe

    more »
  • 04-09-14

    Festival Museum DIY

    Festival Museum Yogyakarta 2014 yang mengambil tema “Membangun Karakter Generasi Muda melalui Museum” dan tagline “Museum Goes to School” akan... more »
  • 04-09-14

    Baca Geguritan untuk

    Memang, geguritan yang dibacakan oleh para penggurit tidak berkisah langsung mengenai seni rupa, tetapi tema Jawa pada karya Apri Susanto yang ‘... more »
  • 03-09-14

    Kidung Tantri Kediri

    Judul : Kidung Tantri Kediri  Penulis : Revo Arka Giri Soekatno  Penerbit : EFEO, Obor + KITLV, 2013, Jakarta  Bahasa :... more »