Tidak Bisa Disangkal, Pengaruh Fotografi Besar pada Pariwisata

Author:editorTembi / Date:05-09-2014 / Banyak fotografer yang menjadi kurang sadar etika ketika membidikkan kameranya. Lihat saja pada peristiwa upacara keagamaan Waisak di Borobudur. Banyak fotografer di sana yang dengan seenaknya memotret para biksu yang tengah khusuk berdoa tepat di depan wajahnya.

Suasana seminar Dari Kartu Pos Hingga Instagram: Pengaruh Fotografi Terhadap Parwisata, difoto: Selasa, 26 Agustus 2014, foto: Dokumentasi Pusat Studi Pariwisata UGM
Suasana seminar Dari Kartu Pos Hingga Instagram: 
Pengaruh Fotografi Terhadap Parwisata, 
foto: Dokumentasi Pusat Studi Pariwisata 
Universitas Gadjah Mada

Tidak bisa dipungkiri bahwa foto menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karya foto yang didalamnya terkandungi sekian informasi mengenai tempat, situasi dan kondisi, cerminan sikap, gesture, maksud, dan pesan seolah mampu menggantikan hampir semua informasi yang dibuat dalam format tulisan atau teks. Sekalipun demikian, foto juga mengandung banyak kekurangan, di antaranya adalah bahwa pada sisi tertentu foto juga membutuhkan teks untuk lebih melengkapi pesan dan informasi yang diembannya. Dalam keterbatasannya foto juga “hanya” mampu menampilkan apa yang direkamnya dalam satu bingkai lensa yang daya jangkaunya juga terbatas.

Terlepas dari plus minusnya itu tidak bisa dipungkiri bahwa karya foto telah membawa perubahan dan bahkan lompatan besar dalam perjalanan hidup dan peradaban manusia. Karya foto telah menyebabkan begitu banyak orang menjadi ingin berada, mengetahui, atau merasakan apa yang ada di dalam foto-foto yang dilihatnya. Pada sisi inilah foto dapat menjadi alat propaganda, media promosi, provokasi, dan sebagainya.

Keinginan orang untuk mendatangi, merasakan, dan mengetahui tempat, benda, suasana, peristiwa itulah yang kemudian menimbulkan aktivitas wisata. Foto dalam hal ini menjadi alat promo untuk wisata. Hal inilah yang diangkat dalam Seminar Seri Kepariwisataan yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pariwisata, Universitas Gadjah Mada, Selasa, 26 Agustus 2014. Ada pun narasumber dalam acara itu adalah Kurniadi Widodo, Direktur Akademik Kelas Pagi Yogyakarta “Pendidikan Fotografi Gratis untuk Rakyat”. Dalam acara itu Kurniadi Widodo menyampaikan makalah yang berjudul “Dari Kartu Pos Hingga Instagram: Pengaruh Fotografi Terhadap Parwisata.”

Kemajuan teknologi fotografi dan media sosial turut mempercepat distribusi foto ke dunia maya. Bisa jadi sebuah lokasi atau tempat atau bahkan peristiwa dan suasana yang selama ini tidak diketahui orang, tiba-tiba muncul di dunia maya. Kemunculannya yang mungkin diunggah secara iseng bisa saja menjadi populer dalam waktu sekejap. Salah satu contoh kasus misalnya foto Tebing Keraton di Bandung.

Maraknya fotografi mungkin memang memberikan banyak keuntungan yang bersifat positif. Akan tetapi dampak dari hal ini bukannya tidak ada. Akibat karya foto ada banyak orang yang meninggal karena foto selfie, misalnya. Foto selfie di pinggir jurang bisa saja akan mencelakai orang yang bersangkutan karena terlalu asyik berfoto ria. Contoh lain lagi, banyak fotografer yang menjadi kurang sadar etika ketika membidikkan kameranya. Lihat saja pada peristiwa upacara keagamaan Waisak di Borobudur. Banyak fotografer di sana yang dengan seenaknya memotret para biksu yang tengah khusuk berdoa tepat di depan wajahnya. Ada pula yang dengan cueknya nangkring di atas stupa dan memotret biksu yang sedang berdoa di bawah stupa. Itu baru satu-dua kasus. Kasus-kasus lain dari hal ini tentu saja masih banyak.

Baik formal maupun tidak, disengaja maupun tidak harus diakui bahwa karya fotografi telah memberikan dukungan luar biasa bagi kemajuan dunia pariwisata, di samping tentu saja, bagi dokumentasi dan jejak rekam sejarah.

ASartono
Foto: Dokumentasi Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Berita budaya

Latest News

  • 27-04-15

    Kearifan Lokal yang

    Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui berbagai kearifan lokal masyarakat Lombok, sebagai media pendidikan antikorupsi. Juga berbagai bentuk... more »
  • 27-04-15

    ‘Di antara Perempuan

    Sebanyak 7 penyair, satu diantaranya pria dan sisanya penyair perempuan, sedang menyiapkan antologi puisi yang diberi judul ‘Di Antara Perempuan’ dan... more »
  • 27-04-15

    Pada Tiap Rumah Hany

    Bertepatan dengan Hari Kartini, Selasa malam, 21 April 2015, Bentara Budaya Yogyakarta, membuka pameran seni grafis karya Theresia “Tere” Agustina... more »
  • 25-04-15

    Anak Yang Lahir Tang

    Tanggal 8 (Jawa) adalah ‘dina Menjangan.’ Anak yang lahir pada tanggal tersebut baik wataknya, beruntung hidupnya, dikasihi orang-orang agung. Untuk... more »
  • 25-04-15

    Kunjungan SMA Pangud

    SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta kembali berkunjung ke Tembi Rumah Budaya Yogyakarta untuk mengenal budaya Jawa secara lebih dekat. Kali ini,... more »
  • 25-04-15

    Hanyaterra meluncurk

    Hanyaterra adalah kelompok kolektif musik keramik dari Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang terdiri dari Tedi En , Iwan Maulana, Ami... more »
  • 25-04-15

    Film Indonesia Masuk

    Film pendek‘The Fox Exploits The Tiger’s Might karya Lucky Kuswandi berhasil masuk dalam 54th Semaine De La Critique atau Critic’s Week, Cannes Film... more »
  • 24-04-15

    Aja Mung Kridha Luma

    Meminta-minta atau mengemis dalam hal ini tidak harus diartikan sebagai lakuan atau tindakan seperti yang dilakukan oleh para pengemis secara wantah... more »
  • 24-04-15

    British Council Gela

    British Council menggelar lokakarya bertajuk “Manajemen Festival dan Branding Yogyakarta” pada tanggal 22 – 24 April 2015 di Greenhost Boutique Hotel... more »
  • 23-04-15

    Buku Anthropologi De

    Buku anthropologi ini sangat menarik, karena penulisnya memaparkan berbagai macam corak dan ragam kehidupan manusia (masyarakat) dari berbagai... more »