Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu (Catatan atas pameran seni grafis Theresia Agustian Sitompul)

Author:editorTembi / Date:27-04-2015 / Bertepatan dengan Hari Kartini, Selasa malam, 21 April 2015, Bentara Budaya Yogyakarta, membuka pameran seni grafis karya Theresia “Tere” Agustina Sitompul. Pameran yang mengambil tema 'Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu' ini akan dilangsungkan hingga tanggal 30 April 2015. Pameran secara resmi dibuka oleh Dr. Edi Sunaryo (dosen Pasca Sarjana ISI Yogyakarta).

Theresia Agustina Sitompul, Blora, dan Dr. Edy Sunaryo dalam pembukaan Pameran Seni Grafis “Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu”, difoto: Selasa, 21 April 2015, foto: a.sartono
Theresia Agustina Sitompul, Blora, dan Dr. Edy Sunaryo 
dalam pembukaan Pameran Seni Grafis 
“Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu”

Sebelum membuka Edi Sunaryo mengatakan bahwa bakat Tere sudah demikian menonjol sejak mahasiswa. Edi Sunaryo yakin bahwa Tere akan menjadi besar di kemudian hari dan ternyata itu benar. Malam pembukaan pameran ini merupakan salah satu bukti keberhasilan Tere dalam berproses untuk menjadi.

Kejelian akan pilihan teknik dalam karya grafis yang dilakukan Tere memang luar biasa. Ia memanfaatkan karbon yang selama ini kita kenal untuk me-ngeblat atau menyalin. Entah itu menyalin gambar maupun tulisan. Tere menggunakan karbon sebagai media monoprint untuk me-ngeblat barang-barang miliknya seperti rok, jin, kebaya, celana dalam, beha, kaus dalam, kaus kaki, baju dalam, dan lain-lain. Pada sisi ini bahan kertas karbon digunakan sebagai pengganti tinta cetak.

Relief atau cetak tingginya tidak dihasilkan dari teknik cukilan (papan keras atau kayu), tetapi berasal dari tekstur lembut kain, jelujuran tipis pada baju, tonjolan benang yang menumpuk pada motif border atau brokat, benjolan kancing, pelipit, dan garis-garis tekstur pada celana dalam, blus, rok, dan sebagainya.

Suasana pembukaan Pameran Seni Grafis “Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu” di Bentara Budaya Yogyakarta, difoto: Selasa, 21 April 2015, foto: a.sartono
Suasana pembukaan Pameran Seni Grafis 
“Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu” 
di Bentara Budaya Yogyakarta

Tere membuat semacam cap-capan atas benda-benda, dan bukan mencetaknya. Teknik mencap menghasilkan hasil cetakan yang lebih kabur, tipis, tidak rata pada bidang permukaan. Mengarbon lebih dekat dengan kesamaran serta menghasilkan gambar-gambar yang mirip dengan bayang-bayang goyah dan bergetar tanpa kehilangan jejak akan sosok kesejatian wujudnya.

“Teknik adalah sarana dan cara menerjemahkan gagasan.” Demikian pernah disampaikan Tere yang diungkap ulang oleh Edy Sunaryo. Berdasarkan hal itulah sejak awal kuliah Tere memang selalu mencoba menjelajahi aneka macam teknik dan media dalam karyanya. Teknik dan bahan karbon merupakan bagian dari penemuan akan percobaan dan penjelajahannya.

Salah satu karya grafis Theresia Agustina Sitompul: From Dust Till Down # 7, carbon, paper on aluminium, 150 x 80 cm, 2015, difoto: Selasa, 21 April 2015, foto: a.sartono
Karya grafis Theresia Agustina Sitompul: 
From Dust Till Down # 7, 
carbon, paper on aluminium, 
150 x 80 cm, 2015

Selain karya grafis hasil me-ngeblat atau me-ngarbon Tere juga menyuguhkan sepuluh objek buku tebal yang kelihatan kukuh. Isinya adalah citra Tere, Blora dan bayangan pakaian seperti karya grafis-karbonnya. Selain itu, ada pula petatah-petitih, hasil cap-capan, alfabet dari A-Z. Ia membuat lubang yang dalam pada buku karyanya sebagai betapa dalamnya isi buku untuk dikupas dan dimengerti maknanya. Ibu, ibuku, dan buku tampaknya memiliki kemiripan bunyi. Daripadanya bisa muncul permainan permainan yang bermakna bagi pengarbon. Pada sisi ini Tere seperti inging mengajak ke rumah yang lebih dalam, pulang ke rumah ibu.

From Dust Till Down # 6, carbon, paper on aluminium, 120 cm x 80 cm, 2015, salah satu karya Theresia Agustina Sitompul, difoto: Selasa, 21 April 2015, foto: a.sartono
From Dust Till Down # 6, carbon, 
paper on aluminium, 
120 cm x 80 cm, 2015, 
karya Theresia Agustina Sitompul

Melalui medium karbon yang ditemukannya untuk melahirkan karya cetak tunggal (monoprint) ia menawarkan makna kepada kita: perempuan atau ibu yang ingin berbahagia, mandiri, dan karena itu tidak bersedia menjadi “korban” dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Ibu laksana buku tebal dan kukuh meski ada lubang hitam di dalamnya. Ibu adalah Allah katon (pengejawantahan dari kebaikan Tuhan sendiri) yang memberi kebaikan pada seluruh isi rumah, pelindung semua orang yang ada di dalam rumah. Seperti Tuhan sendiri yang selalu baik untuk seluruh alam atau jagat raya. Kebaikan yang memancar yang menjadi sumber kebaikan seisi rumah.

Naskah dan foto: asartono

Berita budaya

Latest News

  • 29-04-15

    PGTK KHalifah Datang

    Kedatangan mereka masih dalam rangka peringatan Hari Kartini sehingga sebagian dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan pakaian yang... more »
  • 29-04-15

    Membaca Jejak Chairi

    Dalam acara ini ditampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan pidato kebudayaan. Para penyair muda dan penyair senior bergabung menjadi satu... more »
  • 28-04-15

    Denmas Bekel 28 Apri

    more »
  • 28-04-15

    Anak-anak Tim-Tim di

    Metode yang digunakan Helena van Klinken untuk menyusun buku ini adalah dengan mewawancarai 90 sumber lisan. Berdasarkan hal ini penulis kemudian... more »
  • 27-04-15

    Kearifan Lokal yang

    Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui berbagai kearifan lokal masyarakat Lombok, sebagai media pendidikan antikorupsi. Juga berbagai bentuk... more »
  • 27-04-15

    ‘Di antara Perempuan

    Sebanyak 7 penyair, satu diantaranya pria dan sisanya penyair perempuan, sedang menyiapkan antologi puisi yang diberi judul ‘Di Antara Perempuan’ dan... more »
  • 27-04-15

    Pada Tiap Rumah Hany

    Bertepatan dengan Hari Kartini, Selasa malam, 21 April 2015, Bentara Budaya Yogyakarta, membuka pameran seni grafis karya Theresia “Tere” Agustina... more »
  • 25-04-15

    Anak Yang Lahir Tang

    Tanggal 8 (Jawa) adalah ‘dina Menjangan.’ Anak yang lahir pada tanggal tersebut baik wataknya, beruntung hidupnya, dikasihi orang-orang agung. Untuk... more »
  • 25-04-15

    Kunjungan SMA Pangud

    SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta kembali berkunjung ke Tembi Rumah Budaya Yogyakarta untuk mengenal budaya Jawa secara lebih dekat. Kali ini,... more »
  • 25-04-15

    Hanyaterra meluncurk

    Hanyaterra adalah kelompok kolektif musik keramik dari Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang terdiri dari Tedi En , Iwan Maulana, Ami... more »