Prasasti Tionghoa Jawa 1940 di Keraton Yogyakarta

Author:editorTembi / Date:02-02-2015 / Pesan dalam prasasti tersebut berupa ucapan terima kasih kepada Sultan HB IX dari etnis Tionghoa karena telah membawa Yogyakarta menjadi sebuah wilayah yang nyaman dihuni oleh semua orang tanpa membedakan suku, ras, maupun asal-usul.

Prasasti Tionghoa-Jawa 1940 berada di sisi barat Kantor Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta, difoto: 30 September 2014, foto: a.sartono
Prasasti Tionghoa-Jawa 1940 berada di sisi barat Kantor 
Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta

Yogyakarta yang selama ini menjadi tempat bertemu dan berbaur banyak suku bangsa di Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia menjadi salah satu tempat yang nyaman bagi mereka. Nyaman karena hal-hal yang disebut sebagai berbeda di Yogyakarta dapat hidup harmonis, toleran, dan saling menghargai. Oleh karena itu pula mereka yang berbeda justru bisa saling mengisi, saling melengkapi, dan maju bersama untuk kenyamanan dan kesejahteraan hidup bersama.

Prasasti Tionghoa-Jawa 1940 dalam format huruf Cina, difoto: 30 September 2014, foto: a.sartono
Prasasti Tionghoa-Jawa 1940 dalam format huruf Cina

Keadaan tersebut dirasakan oleh etnis Tionghoa yang hidup di Yogyakarta, yang diungkapkan dalam bentuk prasasti tertuju kepada Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Pesan dalam prasasti tersebut berupa ucapan terima kasih kepada Sultan HB IX dari etnis Tionghoa karena telah membawa Yogyakarta menjadi sebuah wilayah yang nyaman dihuni oleh semua orang tanpa membedakan suku, ras, maupun asal-usul.

Prasasti tersebut diserahkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwana IX dan sekarang disimpan di dalam Keraton Yogyakarta. Prasasti itu dibuat dalam tiga bahasa, yakni bahasa Cina, Jawa, dan Indonesia, serta dalam format huruf Latin, Jawa, dan Cina. Prasasti yang dipahatkan pada sebuah batu tersebut berbunyi sebagai berikut:

Sejarah Prasasti Tionghoa Jawa 1940

Prasasti Tionghoa-Jawa ini dipersembahkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai ucapan Selamat dan Syukur dalam rangka upacara penobatan beliau sebagai Sultan baru. Prasasti ini menandai hubungan Tionghoa-Jawa yang hangat dan harmonis di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat khususnya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.


Prasasti Tionghoa-Jawa 1940 dalam format huruf Jawa, 
difoto: 30 September 2014, foto: a.sartono

Penyerahan prasasti direncanakan pada hari penobatan Sultan HB IX pada tanggal 18 Maret 1940, tetapi karena perang dan kekacauan politik saat itu penyerahan baru dilaksanakan tanggal 8 Maret 1952.

Prasasti Tionghoa-Jawa 1940 dalam format huruf Latin dan bahasa Indonesia, difoto: 30 September 2014, foto: a.sartono
Prasasti Tionghoa-Jawa 1940 dalam format huruf Latin dan bahasa Indonesia

Prasasti ini dipersembahkan oleh lima dari delapan penanda tangan asli prasasti tersebut yaitu Oen Tjoen Hok, Lie Gwan Ho, Sie Kie Tjee, Lie Ngo An dan Ir. Liem Ing Hwie, kemudian diterima oleh Sri Sultan HB IX di Karaton bersama para kerabat Kasultanan BPH. Soerjowidjojo, BPH. Soerjopoetro, BPH. Praboeningrat, BRM. Soenwoto, BPH. Poedjokoesoemo, BPH Moerdaningrat, GPH. Hadikoesoemo, BPH. Hadinegoro, BPH. Mangkoediningrat, BPH. Djojokoesoemo, dan GPH. Boeminoto.

Naskah dan foto: a. sartono

Yogyakarta Keraton

Latest News

  • 04-02-15

    Angkara Murka dalam

    Jimat Kalimasada yang hilang, merupakan awal dari kisah pergelaran wayang orang ini. Peperangan sebagai reprsentasi dari rasa dendam seolah menemukan... more »
  • 04-02-15

    Nasi Kebuli nan Khas

    Bulan Februari 2015 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya merilis satu menu baru, yakni Nasi Kebuli dan Es Asmaradana. Seperti diketahui... more »
  • 04-02-15

    Kumpulan Peraturan-p

    Buku ini sungguh langka. Isinya mengenai berbagai aturan atau undang-undang yang mengatur tanah kerajaan Bali di Lombok, yang letaknya terpisah dari... more »
  • 03-02-15

    Mata Jokowi Ditutup

    Lukisan ini hanyalah salah satu dari sejumlah lukisan karya perupa, yang dipamerkan dengan tajuk ‘Realistic’. Selain lukisan di atas kanvas, ada... more »
  • 03-02-15

    Pasinaon Basa Jawa K

    Ing ngadhap menika tuladha trap-trapanipun tembung wonten ing undha-usuk basa Jawi samenika, kanthi katrangan: n = cekakan saking basa ngoko, na =... more »
  • 03-02-15

    Gladhen Tembang Maca

    Tembang Maskumambang yang dipakai untuk gladhen kali ini termasuk tembang yang mempunyai struktur paling sederhana dan paling pendek dibanding dengan... more »
  • 02-02-15

    Narayana (3)

    Di dalam dunia pedalangan, nama Narayana khusus dipakai saat menceritakan tokoh Kresna saat masih muda. Sedangkan selanjutnya atau setelah dewasa... more »
  • 02-02-15

    Menjelajah Museum Ra

    Setiap pengunjung lokal cukup membayar tiket sebesar Rp 5.000. Tiket untuk pelajar Rp 2.500 dan untuk pengunjung asing Rp 10.000. Usai membeli tiket... more »
  • 02-02-15

    Prasasti Tionghoa Ja

    Pesan dalam prasasti tersebut berupa ucapan terima kasih kepada Sultan HB IX dari etnis Tionghoa karena telah membawa Yogyakarta menjadi sebuah... more »
  • 02-02-15

    Puisi Cinta di Sastr

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-41, yang diselenggarakan Tembi Rumah Budaya, akan dipentaskan Rabu 4 Februari 2015 pukul 19.30 di Pendapa Tembi Rumah... more »