Panggung ARTE 2014 Diisi Band Indie Tanah Air

Author:editortembi / Date:22-03-2014 / Cukup dengan ongkos 100 ribu rupiah saja untuk menikmati pertunjukan musik selama 3 hari berturut-turut dengan musisi terpilih tentunya murah. Apalagi sound yang baik dan ruang pertunjukan besar kian membuat penonton nyaman menyaksikan band kesukaannya.

Panggung ARTE 2014 Diisi Band Indie Tanah Air, 15 Maret 2014, foto : Natalia S.
David Naif menunjuk penonton untuk request lagu

Sama seperti tahun sebelumnya, selain visual art, ARTE 2014 juga menampilkan performing art berupa pertunjukan musik dari musisi indie Tanah Air. Berbagai genre disuguhkan, seperti pop, volk, rap, dan dance musik. Menurut Indra Ameng, koordinator musik ARTE, tahun ini panitia berprinsip tidak akan mengundang pengisi acara yang sama seperti tahun lalu, karena ingin memberikan kesempatan pada yang lain.

Cukup dengan 100 ribu rupiah saja untuk menikmati pertunjukan musik selama 3 hari berturut-turut dengan musisi terpilih tentunya murah. Apalagi sound yang baik dan ruang pertunjukan besar kian membuat penonton nyaman menyaksikan band kesukaannya.

Panggung ARTE 2014 Diisi Band Indie Tanah Air, 15 Maret 2014, foto : Natalia S.
Dialog Dini Hari yang selalu tampil bersahaja

Hari pertama pesta musik ini dibuka oleh Suarasama asal Medan. Kelompok musik yang dibentuk sejak tahun 1995 oleh pasangan Irwansyah Harahap dan Rithaony Hutajulu, ini sudah dikenal luas. Bahkan lagu mereka ‘Timeline’ dinobatkan sebagai ‘25 Sound of 2013’ oleh majalah musik Inggris, UNCUT. Memainkan musik tradisi Melayu dan Sumatera Utara, mereka menggabungkan musik gambus dengan serapan unsur musik Afrika, Timur Tengah dan Eropa Timur.

Hari kedua, Sabtu malam, 15 Maret 2014, giliran trio asal Bali ‘Dialog Dini Hari’, menyuguhkan pesan personal mereka lewat syair –syair cerdas tentang kehidupan yang dikemas dengan ringan. Salah satu lagu yang sangat melekat dalam ingatan adalah Oksigen. Sepenggal lirik “terbang melayang ke awan menghilang, datang dan pergi sendiri” dinyanyikan bersama penonton.

Setelah rehat selam 30 menit, Sarasvati tampil. Band asal Bandung ini mengambil referensi khasanah musik pop Indonesia masa lalu dengan memasukkan unsur musik tradisional Sunda dalam gubahan aransemen musiknya. Uniknya pada setiap penampilannya, Sarasvati menghadirkan gabungan konser musik dengan teater.

Panggung ARTE 2014 Diisi Band Indie Tanah Air, 15 Maret 2014, foto : Natalia S.
Bangku Taman, akan merilis albumnya dalam waktu dekat

“Bagi saya tiap malam itu malam Jumat, karena saya selalu diganggu ‘mereka’ lucunya mereka bilang ada lagu yang bisa menghalau ketakutan mereka, begini lagunya,” kata sang vokalis Risa, sebelum bernyanyi. ‘Haunted Sleep’ kemudian dibawakan, sebuah lagu yang bercerita tentang ketakutan seseorang pada saat tidur di malam hari. Di tengah lagu, muncul badut, penampilannya tidak terlalu mengerikan namun kemunculannya sangat membangun cerita lagu.

Setelah memainkan kurang lebih 9 lagu, Sarasvati menutup dengan lagu ‘Story of Peter’ sebuah lagu yang lagi-lagi bercerita tentang hantu. Kali ini hantu anak laki-laki Belanda yang ia temui sejak usianya masih 5 tahun.

Naif menjadi band penutup panggung musik hari kedua malam itu. Band pop Indonesia terbaik yang bertahan sejak tahun 90-an. Sampai saat ini mereka sudah merilis 9 album yang selalu mengesankan. Lagu pertama ‘Jikalau’ disusul dengan ‘Piknik 72’ dibawakan tanpa jeda. Penampilan Naif memang selalu memesona. Lagu ‘Rumah yang Yahud’ kemudian dibawakan, padahal lagu ini paling jarang dibawakan dalam konser-konsernya. “Apa yang lo request malam ini pasti kita bawain” celoteh David malam itu.

Panggung ARTE 2014 Diisi Band Indie Tanah Air, 15 Maret 2014, foto : Natalia S.
Sarasvati membuat suasana berbeda di panggung pertunjukan

Setiap lagu dalam album-album Naif selalu menjadi hits, tak heran malam itu penonton tak pernah berhenti bernyanyi bersama Naif. ‘Benci untuk Mencinta’, ‘Kontak Jodoh’ dan ‘Posesif’ membuat ‘koor’ malam itu semakin pecah. Setelah itu teriakan ‘lagi...lagi...lagi’ tak kunjung berhenti dari penonton. Mereka menutup konser dengan ‘Mobil Balap’. Hari ketiga, Goodnight Electric, Jogja Hip Hop Foundation, Rock n Roll Mafia kabarnya juga tak kalah meramaikan panggung musik ARTE 2014.

Naskah & foto : Natalia S.

Peristiwa budaya

Comments

cheap jordan sh... (not verified) / Mon, 03/24/2014 - 17:10

Very useful info. Hope to see more post soon!
cheap jordan shoes for sale http://cheapshoesforsale.yolasite.com/

air jordan shoe... (not verified) / Mon, 03/24/2014 - 17:11

Top post, I look forward to reading more. Cheers.
air jordan shoes black http://airjordanshoesblack.yolasite.com/

wholesale bags (not verified) / Thu, 03/27/2014 - 11:06

Add new comment | Berita Budaya Indonesia - Tembi Rumah Sejarah dan Budaya Indonesia
wholesale bags http://www.googletest.com

Post new comment

Latest News

  • 28-03-14

    Sumur Sinaba

    Sumur sinaba sesungguhnya ingin menggambarkan tentang orang yang selalu menjadi tujuan orang lain untuk diminta pertolongan. Artinya orang yang... more »
  • 28-03-14

    Empat Keris Tangguh

    Kerajaan Galuh termasuk salah satu kerajaan yang pernah ada dan terkenal di Jawa Barat. Itulah sebabnya, kerajaan ini juga menghasilkan produk-produk... more »
  • 27-03-14

    ‘Pesta Rakyat’ dalam

    Karya seni patung yang dipamerkan ini masing-masing mengundang imajinasi yang berbeda, sehingga ketika kita memasuki ruang pamer Taman Budaya... more »
  • 27-03-14

    Upacara Wiwit dan Pa

    Upacara Wiwit ini biasa dilakukan pada hari tertentu yang “jatuhnya” dimaknai sebagai baik sesuai dengan perhitungan hari dan pasaran Jawa. Setelah... more »
  • 27-03-14

    Dari Moloku Kie Raha

    Judul : Dari Moloku Kie Raha hingga Negara Federal. Biografi Politik Sultan Ternate Iskandar Muhammad Djabir Sjah  Penulis : Irza Arnyta... more »
  • 26-03-14

    Wartawan Yogya Memba

    Puisi tersebut berkisah mengenai persoalan betapa mudahnya orang melakukan kekerasan terhadap orang lain, bahkan sampai menyebabkan kematian. Yang... more »
  • 26-03-14

    Tompi Dendangkan Lag

    Teuku Adifitrian atau yang lebih dikenal dengan nama Tompi selalu memiliki konsep unik di tiap aksi panggungnya, salah satunya adalah project musik... more »
  • 26-03-14

    Jalan Parangtritis:

    Perubahan nama Jl Danunegaran menjadi Jl Parangtritis terjadi sejak tanggal 7 Oktober 1956. Nama Jl Parangtritis tidak lagi hanya sepanjang jalan... more »
  • 25-03-14

    Aku dan Celloku, Cer

    Malam itu Indra tidak sendirian di panggung. Andika Dyaniswara menjadi pianis pengiring sejak awal konser. The Swan dari The Carnival of the Animals... more »
  • 25-03-14

    'Sumantri Gugah

    Sumantri menangis, memeluk dan menciumi adiknya yang sudah tidak bernyawa. Baru terasa sekarang, bahwa sesungguhnya Sumantri sangat mencintai adiknya... more »