‘Pesta Rakyat’ dalam Seni Patung di Taman Budaya Yogya

Author:editortembi / Date:27-03-2014 / Karya seni patung yang dipamerkan ini masing-masing mengundang imajinasi yang berbeda, sehingga ketika kita memasuki ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta, kita seperti diajak masuk dalam beragam imajinasi dan semuanya memiliki keindahannya sendiri-sendiri.

Yin Yang karya Dicky Tjandra dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro
Yin Yan, karya Dicky Tjandra

‘Pesta Rakyat’ merupakan judul seni patung karya Amboro Liring dengan bahan kuningan, kayu dan resin berukuran 50 cm x 50cm x100 cm dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta, atau yang dikenal dengan singkatan TBY Jalan Sri Wedari 1.

Pameran yang diselenggarakan Asosiasi Pematung Indonesia (API) Yogyakarta pada 20-27 Maret 2014, diikuti 74 pematung muda sampai senior seperti Edy Sunarso, yang menyajikan karya berjudul ‘Keseimbangan’ ukuran 70x126x36 cm dengan bahan tembaga kenteng.

Tajuk pameran ‘Ruang-Ruang Kecil” ini memang menyajikan seni patung yang bisa dipajang di ruang tamu, tetapi bisa juga diletakkan di teras atau halaman rumah, yang memungkinkan penempatan karya seni patung dalam ukuran besar.

Kupu-Kupu, karya Muhammad Aris dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro
Kupu-Kupu, karya Muhammad Aris

Pada pameran ini, para pematung menyajikan berbagai kisah dan tema yang beragam serta bahan yang berbeda-beda, tetapi dari segi visual mempunyai kreativitas tersendiri dan menarik untuk dinikmati. Visual yang disajikan adalah cara pematung untuk menyampaikan kritik atau pesan-pesan lainnya.

Pada karya yang berjudul ‘Pesta Rakyat’, berkisah tentang pesta demokrasi di Indonesisa yang sedang berlangsung. Dari pesta itu beragam suara bergema, seolah suara-suara itu seperti bebek, atau suara ayam yang berkokok terus. Maka, gambar dari patung ini menyerupai dua jenis binatang tersebut, yakni bebek dan ayam.

Atau juga karya lain yang menyajikan keindahan dan diberi judul ‘Kupu-Kupu’ karya Muhammad Aris ukuran 60 cm x 60 cm x 10 cm dengan bahan polister resin. Visual dari seni patung ini berupa seekor kupu dengan sayap mengembang, tetapi bentuk tubuhnya manusia. Jadi, manusia yang memiliki sayap kupu.

Dalam karya ‘Kupu-Kupu’ ini Muhammad Aris lebih menekankan keindahannya, bukan konotasinya, meski tubuh kupu-kupu itu adalah tubuh perempuan. Karena tubuh perempuan identik dengan keindahan.

Karya lain yang memiliki keindahan yang kuat dan terasa sekali simboliknya, ialah patung yang diberi judul ‘Yin Yang’ karya Dicky Tjandra ukuran 120 cm x 55 cm x 40 cm dengan bahan polister resin. Visual dari karya ini berupa dua tangan dengan lima jemarinya bertemu di masing-masing ujung jari dengan warna tangan putih dan hitam.

Pilihan posisi tangan di atas dan di bawah dengan warna putih dan hitam telah menghadirkan keindahan tersendiri, dan karya seni patung ini memberikaan imajinasi pada orang yang melihatnya. Judul yang ditempelkan ‘Yin Yang’ memberikan tanda, dua tangan tersebut milik tubuh yang berbeda.

Pesta Rakyat, karya Amboro Liring dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta, foto:Ons Untoro
Pesta Rakyat, karya Amboro Liring

Karya seni patung yang dipamerkan ini masing-masing mengundang imajinasi yang berbeda, sehingga ketika kita memasuki ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta, kita seperti diajak masuk dalam beragam imajinasi dan semuanya memiliki keindahannya sendiri-sendiri.

Bahkan, ada karya seni patung yang seolah seperti sungguhan, padahal hanya seolah-olah, dalam bentuk visual berupa nanas warna merah dengan tangkai warna hijau. Judul dari karya ini ‘Seolah-olah’. Jadi, pematung hendak berkata, seolah-olah sebagai nanas, padahal hanya menyerupai.

Dalam kehidupan keseharian, kita memang seringkali menemukan dunia seolah-olah, padahal kenyataannya malah sebaliknya. Kita bisa menemukan orang yang seolah-olah baik hati, seringkali membantu, tetapi ternyata penipu, malahan koruptor.Seni patung yang dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta ini kiranya memberi warna jagad seni rupa di Yogyakarta, yang selama ini didominasi oleh seni lukis. Pada pameran ‘Ruang-Ruang Kecil’ ini semua karya yang dihadirkan adalah seni patung.

Dari pameran ini kita bisa tahu bahwa jumlah pematung di Yogyakarta tidak sedikit dan mereka terus menghasilkan karya. Pameran bersama ini adalah salah satu bukti bahwa mereka, para pematung, tidak berhenti berkarya.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Peristiwa budaya

Latest News

  • 04-04-14

    Stasiun Winongo, Sal

    Stasiun Winongo dibangun sekitar tahun 1874. Stasiun ini dibangun sebagai rangkaian dari rute kereta api yang dikembangkan NISM/NIS (Nederlands... more »
  • 04-04-14

    Menjelajah Nusantara

    Apalagi koleksi kopi di Tirana akan terus ditambah. Dalam waktu dekat ini, akan datang anggota baru dari Toraja dan Papua. Kopi Toraja sudah banyak... more »
  • 03-04-14

    Empat Tahun Perjalan

    Panggung Musik Tradisi Baru (MTB) menjadi benang merah sekaligus penanda visi Forum Musik Tembi (FMT) untuk memberi ruang kreatif bagi para musisi... more »
  • 03-04-14

    Lintang Panjer Wengi

    Buku antologi puisi yang memuat karya 90 penyair Yogya, Sabtu, 29 Maret 2014, diluncurkan di Taman Budaya Yogya, Jalan Sri Wedari 1. Dalam buku itu... more »
  • 03-04-14

    Sensasi Blusukan den

    Naik andong bagi orang kota tentulah merupakan sensasi tersendiri. Betapa tidak. Karena begitu kaki penumpang menginjak foot step, untuk bisa naik ke... more »
  • 02-04-14

    Mengupas Keistimewaa

    Keistimewaan pada aspek budaya bagi Yogyakarta harus bisa menarik bagi wisatawan Nusantara (domestik) maupun mancanegara. Masing-masing kategori... more »
  • 02-04-14

    Kartamarma, Satu-sat

    Akhirnya Kartamarma dan Aswatama merubah rencana. Mereka ingin menyusup ke perkemahan pada malam hari untuk membunuh para Pandawa. Dalam penyusupan... more »
  • 02-04-14

    Denmas Bekel 2 April

    more »
  • 01-04-14

    Gladhen Tembang Maca

    Tembang Pocung mempunyai struktur paling sederhana. Satu ‘pada’ atau satu bait tembang jumlahnya empat ‘gatra’ atau baris. Tembang Pocung mempunyai... more »
  • 01-04-14

    Semarang Tempo Dulu.

    Judul : Semarang Tempo Dulu. Teori Desain Kawasan Bersejarah  Penulis : Wijanarka  Penerbit : Ombak, 2007, Yogyakarta  Bahasa... more »