Wartawan Yogya Membaca Puisi

Author:editortembi / Date:26-03-2014 / Puisi tersebut berkisah mengenai persoalan betapa mudahnya orang melakukan kekerasan terhadap orang lain, bahkan sampai menyebabkan kematian. Yang menyedihkan lagi, dengan peluru orang bisa menghabisi orang lain.

Pritt Timothy membacakan puisi Nyanyian Angsa karya Rendra dengan diiringi musik gesek biola oleh Oscar dalam acara Insan Media Membaca Puisi, di XT Square, foto: facebook Pritt Timohty
Pritt Timothy dan Oscar

Menghadirkan tajuk “Insan Media Membaca Puisi’, wartawan Yogyakarta bersama penyair yang memiliki profesi sebagai wartawan, tampil membaca puisi yang diselenggarakan PWI Yogya, Sabtu malam, 22 Maret 2014 di Gedung Seni Basiyo, XT Square, Jalan Veteran, Yogyakarta.

Para penampil tidak hanya wartawan media cetak tapi juga wartawan/penyiar radio, jurnalis televisi dan juga seniman sekaligus pemain film, yang pernah lama aktif menjadi penyiar radio. Pritt Timothy, salah satu diantaranya membaca puisi karya Rendra, berjudul ‘Nyanyian Angsa’.

Puisi karya Rendra ini termasuk panjang. Pritt membaca puisi sambil diiringi gesekan biola oleh Oscar. Perpaduan musik dan kemampuan Pritt, yang pernah main dalam beberapa film, satu diantaranya ‘Sang Kyai’, membuat puisi Rendra tersebut menjadi terasa hidup.

Karena wartawan setiap hari bergelut dengan fakta, maka puisi yang ditulis berangkat dari realita yang dicatatnya seperti yang dilakukan Soeparno S Adhy, penyair semasa Persada Studi Klub pimpinan Umbu Landu Paranggi. Wartawan Kedaulatan Rakyat ini tidak berhenti menulis puisi. Salah satu puisi yang dibaca berjudul ‘Dar, Der, Dor’.

Puisi tersebut berkisah mengenai persoalan betapa mudahnya orang melakukan kekerasan terhadap orang lain, bahkan sampai menyebabkan kematian. Yang menyedihkan lagi, dengan peluru orang bisa menghabisi orang lain. Kasus-kasus kekerasan di Yogya memang berulangkali terjadi, dan Soeparno meresponnya dalam bentuk puisi. Karena ia tahu, tidak semua fakta bisa ditulis menjadi berita.

Soeparno S Adhy juga membaca puisi yang memberikan kisah hidup wartawan, yang secara ekonomi tidak berlebih, tetapi semangat dan idealisme yang dimiliki mampu mengalahkan kondisi ekonomi yang menghimpitnya. Soeparno, agaknya, sekaligus memberi ‘pelajaran’ bagi wartawan muda lainnya yang ikut tampil membaca puisi.

Sihono HT, ketua PWI Yogya, tidak membacakan puisi karyanya, melainkan dia memilih bernyanyi. Mungkin, karena sudah ada banyak wartawan yang membaca puisi, maka dia memilih mengalunkan lagu.

Wartawan lainnya yang ikut membaca puisi Octo Lampito (Pemimpin Redaksi Kedaulatan Rakyat), Thomas Pujo, (Kompas, Yogya), Wisnu Wardhana (Metro TV), Rina Wijayanti (Harian Jogja) dan sejumlah wartawan lainnya, yang jumlahnya sekitar 36 orang. Tegeoh Ranusastro, seorang penyair semasa Persada Studi Klub dan sekarang aktif di media on line membaca puisi di urutan ke-35.

“Ketika saya membaca puisi penontonnya tinggal sekitar 30-an orang, padahal awalnya banyak penonton yang hadir,” keluh Tegoeh melalui status di Facebook-nya.

Selain pembacaan puisi, acara itu dimeriahkan pula penampilan kelompok musik yang menamakan diri Orkes Congor ‘Sakkepanake’. Penampilan para penyanyi orkes congor memberi suasana tersendiri, sehingga melengkapi pembacaan puisi dari para jurnalis.

Satu pertunjukan monolog, untuk memberi warna lain, dibawakan seorang aktor yang sekaligus guru sekolah menengah atas dan juga dikenal sebagai pelawak, Susilo Nugroho yang dikenal dengan nama ‘Den Baguse Ngarso’. Ia menghadirkan lakon ‘Sarwo Sakmadya’. Monolog dengan bahasa campuran antara Jawa dan bahasa Indonesia, meski dominan menggunakan bahasa Jawa.

Orkes Congor ‘Sakpenake’ memberi hiburan dalam acara Insa Media Membaca Puisi, di XT Square, foto: facebook Pritt Timothy
Orkes Congor Sakpenake

Penampilan Den Baguse Ngarso, yang memerankan sebagai dukun, membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal, karena memang lucu. Apalagi dalam pertunjukan dia membuka baju dan melempar sepatu ke arah seorang tokoh yang dia marahi. Adegan ini membuat penonton tertawa lepas.

Adegan lain, yang melibatkan penoton aktif dalam monolog Den Baguse Ngarso, ketika dia mendekati penonton dan bertanya:

“Karepmu teko neng kene iki ngapa (Tujuanmu datang ke tempat ini apa?),” tanya Den Baguse Ngarso

“Sehat,” jawab penonton yang ditanya. 
“Salah, nek njaluk sehat yo neng Rumah Sakit Sardjito (Salah, kalau ingin sehat ya ke Rumah Sakit Sardjito,” kata Den Baguse Ngarso.

Dialog-dialog yang melibatkan penonton seperti itu membuat pertunjukan monolog Den Baguse Ngarso bukan hanya menghadirkan tawa, tetapi sekaligus membuat pertunjukan menjadi hidup.

Ons Untoro 
foto: Facebook Pritt Timohty

Peristiwa budaya

Comments

ecefyvqkk (not verified) / Wed, 03/26/2014 - 12:04

Wartawan Yogya Membaca Puisi | Berita Budaya Indonesia - Tembi Rumah Sejarah dan Budaya Indonesia
ecefyvqkk http://www.gb55zd943jrih66alr8t1n7i72u8815ds.org/
aecefyvqkk
[url= http://www.gb55zd943jrih66alr8t1n7i72u8815ds.org/]uecefyvqkk[/url]

Post new comment

Latest News

  • 29-03-14

    Joglo Kweden Pernah

    Sejak tahun 1960-an di tempat ini secara rutin diselenggarakan upacara merti dusun, namun selama dekadea 1970-an vakum. Merti dusun Dusun Kweden... more »
  • 29-03-14

    Hari Sangat Baik bag

    Orang Wuku Kurantil teguh pendiriannya, rajin, disenangi banyak orang, namun boros dan tidak dapat dijadikan pelindung. Agar terhindar dari mara... more »
  • 29-03-14

    Seni Fotografi dalam

    Meski ada kata amatir dalam perkumpulan ini, tetapi sesungguhnya para kreatornya adalah orang-orang yang memiliki kemampuan teknis dalam fotografi,... more »
  • 29-03-14

    Tari Gatotkaca Gandr

    Tari ini ingin menunjukkan sisi romantisme Gatotkaca yang selalu diidentikkan dengan ksatria yang gagah perkasa di medan perang. Penggambaran profil... more »
  • 28-03-14

    Empat Keris Tangguh

    Kerajaan Galuh termasuk salah satu kerajaan yang pernah ada dan terkenal di Jawa Barat. Itulah sebabnya, kerajaan ini juga menghasilkan produk-produk... more »
  • 28-03-14

    Sumur Sinaba

    Sumur sinaba sesungguhnya ingin menggambarkan tentang orang yang selalu menjadi tujuan orang lain untuk diminta pertolongan. Artinya orang yang... more »
  • 27-03-14

    ‘Pesta Rakyat’ dalam

    Karya seni patung yang dipamerkan ini masing-masing mengundang imajinasi yang berbeda, sehingga ketika kita memasuki ruang pamer Taman Budaya... more »
  • 27-03-14

    Upacara Wiwit dan Pa

    Upacara Wiwit ini biasa dilakukan pada hari tertentu yang “jatuhnya” dimaknai sebagai baik sesuai dengan perhitungan hari dan pasaran Jawa. Setelah... more »
  • 27-03-14

    Dari Moloku Kie Raha

    Judul : Dari Moloku Kie Raha hingga Negara Federal. Biografi Politik Sultan Ternate Iskandar Muhammad Djabir Sjah  Penulis : Irza Arnyta... more »
  • 26-03-14

    Jalan Parangtritis:

    Perubahan nama Jl Danunegaran menjadi Jl Parangtritis terjadi sejak tanggal 7 Oktober 1956. Nama Jl Parangtritis tidak lagi hanya sepanjang jalan... more »