UGM TERUS MENGHIJAUKAN KAMPUSNYA

Pada galibnya UGM telah melakukan rintisan penghijauan sejak tahun 1978. Jadi, jauh sebelum orang ribut soal global warming, illegal loging, pencemaran udara, dan lain-lain yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Pada tahun-tahun itu penghijauan dilakukan dengan menggantikan tanaman singkong yang banyak ditanam di lahan-lahan yang kurang tergarap di seputaran UGM. Tanaman-tanaman singkong ini kemudian digantikan dengan jenis tanaman-tanaman besar. Usaha seperti ini dipelopori oleh almarhumah Prof. Oemi Haniin Soeseno.

Bahkan dua puluh tahunan sebelum tahun 1978, yakni sejak tahun 1956 UGM telah mewarisi empat buah lokasi tempat bertumbuhnya tanaman pohon dengan aman. Lokasi tersebut salah satunya dikelola oleh Fakultas Biologi dengan lokasi tidak jauh dari kampus fakultas ini. Lokasi lainnya terdapat di sisi utara Balairung UGM yang sering juga dinamakan sebagai Taman Mini Hutan Pardiman. Sementara lokasi ketiga terletak di Lembah UGM dan di Dusun Klebengan. Demikian seperti keterangan http.bdh.fkt.ugm.ac.id. Semua hal itu diharapkan mampu menjadikan kampus UGM sebagai kampus yang hijau, sehat, bersih, segar, sejuk, nyaman, dan indah.

Seiring perjalanan waktu, pembangunan prasarana fisik di lingkungan UGM terus dilakukan. Baik itu berupa gedung, jalan, dan sebagainya. Sedikit atau banyak hal demikian terpaksa mengurangi jumlah pohon yang telah tumbuh. Selain itu, pohon-pohon yang telah tua banyak juga yang mati.

Kini penghijauan itu digalakkan kembali. Penanaman pohon-pohon baru dilakukan. Hal ini setidaknya bisa dilihat di sisi trotoar Jalan Kesehatan (utara Fakultas Kedokteran/RSU Dr. Sardjito). Di kawasan ini ditanam jenis pohon Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima). Sementara di sisi trotoar yang terletak di sebelah selatan Fakultas Kedokteran Gigi ditanami pohon Bungur (Lagerstroamia speciosa Lythraceae). Untuk kanan-kiri poros jalan di sisi utara Fakultas Kedokteran Hewan (lama/Rumash Sakit hewan Prof. Soeparwi) ditanami pohon jenis Pinus ( Pinnus merchusii Pinaceae), Kemuning (Murraya puriculata Rutaceae), dan Kiputri (Podocarpus meriifolius Podocarpaceae).

Sementara itu pingir-pinggir jalan di sepanjang depan Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi ditanami pohon jenis Yakaranda (Jacaranda chonbifolia Apocynaceae). Pohon jenis Cemara Kipas (Thuya orientalis Casaurinaceae) ditanam di sepanjang jalan di depan kompleks Blok B, Sekip.

Untuk kompleks kampus UGM di timur Jalan Kaliurang, di antaranya di sisi selatan Gedung Pusat Kesenian Prof. Koesnadi Hardjasoemantri ditanam jenis pohon Damar (Ayathis dammara Arancaiaceae). Pohon Tevesia (Tevesia Apoecinaceae) yang oleh orang Jawa dinamai dengan nama yang sungguh tidak eksotik, yakni (maaf) Konthol Asu/Konthol Bimo ditanam di kanan kiri jalan sisi selatan barat Masjid Kampus. Sedangkan pada trotoar jalan di sisi selatan Fakultas Psikologi ditanam pohon Crut-crutan (Spathodea campanucara Bigmaniaceae).

Tanaman-tanaman itu barangkali kurang begitu familiar bagi awam kecuali mungkin jenis Pinus, Cemara Kipas, Bungur, dan Kemuning. Akan tetapi demikianlah salah satu proses pengenalan akan hal yang asing atau kurang familiar kepada publik. Lepas dari itu kepedulian terhadap kelestarian alam itu coba diwujudkan oleh UGM melalui tindakan yang nyata.

Kampus yang panas tanpa pepohonan tentu bukan merupakan kampus yang nyaman dan ideal. Kehijauan dan kerindangan pepohonan kecuali bisa menyerap polutan juga akan memberikan efek ketenangan bagi pikiran dan perasaan orang. Hal demikian merupakan suatu suasana yang ideal bagi proses belajar-mengajar. Anda bisa membayangkan sendiri jika Anda harus belajar atau mengajar di sebuah kampus yang gersang, panas, dan gerah. Anda mungkin akan kemrungsung, tidak tenang, dan sekaligus tidak betah.

Apa yang dilakukan UGM barangkali patut menjadi contoh bagi kampus atau komunitas lain untuk ikut menjaga lingkungan, memperlambat bumi seisinya menuju proses kerusakannya.

a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta