- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»SUASANA JOGJA DI LUAR KOTA
14 Apr 2010 09:44:00Yogyamu
SUASANA JOGJA DI LUAR KOTA
Orang yang terbiasa berkutat di tengah kota dan nyaris tidak pernah keluar daripadanya, akan berpendapat bahwa dunianya hanya sebatas kota yang dia ketahui. Bahwa dunia ini demikian hiruk pikuk, padat, bising, gerah, panas, kotor, dan sama sekali tidak ramah. Demikian pula halnya kalau kita hanya berkutat di dalam Kota Jogja. Orang boleh frustrasi karena dalam kesehariannya hanya melihat tembok, aspal, beton, plastik, mesin, dan aneka produk pabrik. Hal-hal yang natural menjadi sesuatu yang barangkali langka di tengah kota yang demikian itu.
Suasana yang demikian itu barangkali berbeda dengan suasana di luar kota, katakanlah di kabupaten-kabupaten di seputaran Jogja. Entah itu di Sleman, Bantul, Kulon Progo, maupun Gunung Kidul. Di empat kabupaten ini orang masih bisa memandang dan menikmati hal-hal yang bersifat natural, alamiah dengan leluasa. Hal demikian akan lebih terasakan lagi jika orang yang bersangkutan melangkahkan kaki ke daerah-daerah pinggiran. Daerah yang berjauhan dengan ibukota kabupaten. Syukur-syukur jauh dari ibukota kecamatan. Daerah-daerah semacam ini masih memiliki wilayah-wilayah yang luas, penuh dengan pepohonan atau tanaman, udara di dalamnya terasa segar dan sejuk, relatif sepi dan tenang, dan seterusnya.
Kondisi semacam itu begitu terasa kontras dengan kondisi atau suasana tengah kota. Wilayah semacam itu mengesankan dunia yang tenteram. Dunia yang asri dan jauh dari kesan terburu-buru, materialistik, sekular, serba mesin dan palsu. Dunia yang natural.
Akan tetapi wilayah atau daerah-daerah semacam itu pun pada saat ini juga relatif tidak aman. Banyak orang yang memiliki modal besar berusaha merambah wilayah-wilayah semacam itu dengan berbagai agenda pribadi maupun kelompok dimana agenda-agenda tersebut sangat sering berseberangan dengan semangat kelestarian alam, kenyamanan lingkungan, ketenteraman dan ketenangan warga, dan sebagainya.
Warga setempat yang memiliki wilayah-wilayah yang demikian pun sering dibuat tidak berkutik dengan adanya iming-iming uang dan lapangan pekerjaan. Jika pun mereka kukuh untuk tidak melepaskan wilayah-wilayah yang demikian para pemilik uang bisa saja bermain dengan berbagai aturan yang dibuat menjadi manipulatif bahkan korup untuk kepentingan pemilik uang dan kekuasaan.
Jogja biarlah menjadi padat karena memang telah terlanjur memadat dengan segala hiruk-pikuk kebisingan, kemacetan, polutan, dan seabreg kesemrawutan. Namun janganlah hal demikian melebar dan menyebar ke seluruh kabupaten yang ada di sekitarnya. Jika semua wilayah menjadi seperti kota, apa jadinya dengan kehidupan yang akan dijalani oleh kita dan anak cucu kita.
a. sartono
Artikel Lainnya :
- DOLANAN JIRAK-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-56)(29/03)
- 20 Januari 2010, Yogjamu - BANTULAN: SENTRA KERAJINAN BERBAHAN PAKU PASIR DAN SEMEN(23/01)
- PEMENTASAN WAYANG KULIT III KELOMPOK DALANG SUKRO KASIH HADIRKAN KETELADANAN YANG JADI TUMBAL(15/07)
- BEBERAPA FOTO SUNGAI SEBELUM DAN SETELAH MERAPI MELETUS(11/05)
- 13 Agustus 2010, Kabar Anyar - SENI MURAL UNTUK MAESTRO SASTRA(13/08)
- 6 April 2010, Bothekan - MENENG WIDARA ULEREN(06/04)
- KERIS (Bagian 1) (14/10)
- INSTALASI AIR SIAP MINUM DI PASTY YOGYAKARTA(29/09)
- DI CANDI BOROBUDUR BERBAHAGIA (MENJELANG) TAHUN BARU(02/01)