DI CANDI BOROBUDUR
BERBAHAGIA (MENJELANG) TAHUN BARU
Kita bisa melihat, kebahagian yang dirasakan oleh masyarakat menjelang tahun baru 2012. Setidaknya, beberapa hari diakhir Desember 2011, banyak orang melakukan aktivitas untuk menunjukkan rasa gembira itu. Meski kita juga tidak lupa, bahwa ada anggota warga lain yang sedang sedih, atau mungkin sedang menderita sakit. Namun umumnya, tahun baru dirayakan dengan perasaan bahagia.
Salah satu kebahagiaan diekspresikan dengan mengunjungi obyek wisata. Dan obyek wisata yang dikunjungi, bukan sekedar memberikan rasa bahagia belaka, melainkan memberikan informasi menganai peradaban bangsa pada suatu zaman. Obyek wisata yang dikunjungi itu ialah Candi Borobudur dan Candi Mendut.
Beberapa hari sebelum Desember 2011 habis dan, sudah melewati hari Natal, Borobudur tidak pernah sepi. Ada banyak pengunjung yang datang dan ‘menikmati’ Borobudur. Dari orang tua, anak muda sampai anak-anak. Ada rombongan sekolah menengah atas dari Lampung, sebelum ke Bali, menyempatkan mampir ke Borobudur. Laiknya anak muda, mereka berombongan dan bersendau gurau serta mendengarkan sejarah Borobudur yang disampaikan oleh pemandu wisata. Anak-anak muda itu, meski wajahanya kelihatannya letih, tetapi menyimak apa yang disampaikan pemandu wisata.
Begitulah kiranya cara mengekspresikan kebahagian menikmati liburan dan menyambut tahun baru: tidak selalu harus dengan hura-hura. Melainkan perlu ada kegiatan yang mengandung edukasi-kultural, salah satunya mengunjungi candi. Di Borobudur, setidaknya pada Rabu 28 Desember lalu, penuh sesak pengunjung. Untuk naik dilantai atas sampai Arupadatu, tangga yang kecil penuh sesak. Parkir mobil sampai kehabisan tempat. Dari sini kita bisa melihat, Borobudur (masih) memiliki pesona bagi warga masyarakat, bukan hanya bagi turis asing, tetapi turis domestik pun masih bersedia meluangkan waktu untuk mengunjungi Borobudur.
“Beberapa hari ini, pengunjung Borobudur memang jauh lebih banyak dari biasanya” kata satpam yang sedang bertugas di Borobudur.
Terasa memiliki kepedulian terhadap simbol peradaban satu bangsa masa lalu. Menjelang tahun baru, ekspresi rasa kegembira diwujudkan mengunjungi candi Borobudur. Dan di Yogya ada sejumlah candi lain yang masih bisa dikunjungi. Candi-candi yang umumnya dibangun pada peradaban Hindu dan Budha, setidaknya bisa kembali menghubungkan dengan bangsa masa lalu. Bahwa pada abad yang berbeda, telah ada peradaban yang dilahirkan oleh suatu bangsa salah satunya berupa candi, Kita tidak perlu risau mengenai jenis keyakinan yang berbeda yang melekat pada candi. Karena soalnya bukan pada jenis keyakinan yang berbeda itu, melainkan produk peradaban pada sekian abad lewat, masih bisa dinikmati kini.
Anak-anak muda, misalnya usia sekolah menengah atas, atau bahkan anak-anak sekolah dasar, kiranya akan memiliki kesan tersendiri ketika dalam merayakan (akan) hadirnya tahun baru diajak mengunjungi simbol-simbol peradaban dari bangsa sebelumnya. Dengan cara ini, anak-anak bisa mengenali, atau setidaknya memiliki impian, untuk membuat sesuatu yang berarti dalam memperingati tahun baru. Bukannya tidak setuju terhadap pesta dan hura-hura. Setiap orang, atau setiap kelompok masyarakat mempunyai cara dan pilihan sikap yang berbeda dalam mengekspresikan kegembiraan menyambut pergantian tahun.
Hanya saja, mengenali atau mempelajari sejarah dari simbol peradaban yang kini masih ada, kita bisa tahu, bahwa bangsa kita dulu, sebenarnya telah memiliki teknologi yang hebat sehingga bisa membangun candi yang memiliki usia bangunannya bertahan sampai ratusan tahun, dan melewati zaman yang berbeda.
Dari Borobudur, menjelang beberapa hari pergantian tahun baru, ada banyak orang mengunjungi simbol peradaban dari satu zaman yang berbeda. Ini terasa lebih bermakna.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- 4 September 2010, Jaringan Museum - BARAHMUS DIY PRIHATIN ATAS HILANGNYA KOLEKSI EMAS MUSEUM SONOBUDOYO(04/09)
- PASAR ILANG KUMANDHANGE(24/09)
- Hari Tidak Baik Jatuh di Awal Pekan(12/01)
- Barikade Sederhana Saat Agresi Belanda Kedua Tahun 1948(05/02)
- Pigunanipun Basa Krama Alus(11/01)
- 7 Juni 2010, Klangenan - RINDANG POHON JALAN-JALAN DI JOGJA(07/06)
- Candy Satrio, Dari Laga ke Laga(27/08)
- Masyarakat Wajib Tolak Siaran TV yang Negatif(06/11)
- PASAR KLITHIKAN BERINGHARJO TAHUN 1940-AN(12/10)
- EPEK-EPEK (DOLANAN ANAK TRADISIONAL-27)(02/03)