Tembi

Yogyakarta-yogyamu»PERUMAHAN DI YOGYAKARTA

01 Jan 2008 04:21:00

Yogyamu

PERUMAHAN DI YOGYAKARTA

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemukiman di Yogyakarta, menjadi hunian yang diidamkan oleh banyak orang. Fenomena ini dengan sigap ditangkap oleh para pengembang properti/developer dan kontraktor bangunan. Tidak mustahil kalau kemudian di wilayah Yogyakarta ini bertumbuhan kompleks-kompleks perumahan baru dari berbagai tipe, harga, ukuran, dan gaya. Pergerakan atau pertumbuhan perumahan ini kalau dicermati seperti tidak pernah berhenti. Di Yogyakarta pertumbuhan perumahan ini bisa dicermati terutama di Kabupaten Sleman dan kabupaten-kabupaten lain pada umumnya.

Wilayah Sleman nampaknya merupakan wilayah yang paling diminati oleh pemukim baru yang ingin tingal di Yogyakarta. Hal ini dapat dimaklumi karena wilayah Sleman merupakan wilayah yang relatif lebih pesat perkembangannya dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di wilayah Propinsi Yogyakarta. Di samping itu, kondisi air tanah di Sleman dapat dikatakan merupakan yang paling baik di wilayah Yogyakarta. Baik dalam pengertian bahwa air di wilayah Sleman relatif lebih bening, bersih, dan dalam tingkat pencemaran yang relatif masih dapat ditolerir. Kondisi udara di wilayah ini pun relatif lebih bersih. Setidaknya bila dibandingkan dengan Kotamadia Yogyakarta. Adanya universitas negeri tertua dan besar di wilayah ini, kondisi jalan yang demikian beraspal mulus sampai ke pelosok-pelosok desa, tersedianya sekolahan-sekolahan, pasar, rumah sakit, kompleks pertokoan, warung-warung, terminal, dan berbagai prasarana umum lain di wilayah ini juga turut memacu Sleman untuk melesat dalam perkembangannya baik itu berakibat positif maupun negatif.

Salah satu hal yang cukup mencemaskan berkenaan dengan pertumbuhan perumahan ini adalah tergusurnya lahan-lahan subur demi kepentingan pemukiman. Sudah amat banyak lahan subur yang ditelan perumahan. Akibatnya ruang terbuka hijau dan lahan subur sumber pangan terkurangi luasnya. Apa yang disebut sebagai kantung-kantung beras mulai kehilangan fungsi. Demikian juga apa yang disebut daerah hijau atau daerah sejuk dan teduh mulai menjadi daerah batu bata dan beton. Daerah teduh menjadi daerah panas, pengap, ibarat paru-paru yang terikat.

Daerah-daerah yang penuh dengan perumahan ini berkembang menjadi dusun-dusun baru dengan lahan terbuka hijau yang dapat dikatakan amat sangat minim. Daerah-daerah semacam ini juga telah menutup permukaan tanah yang berfungsi menangkap dan menyerapkan air ke dalam kedalaman tanah. Akibat lebih jauhnya adalah banjir dan tidak terserapnya air hujan ke dalam tanah. Di amping tentu saja, apa yang disebut sebagai kantung beras, kantung hasil bumi, dan cadangan bahan pangan menjadi kehilangan nilainya.

Pertumbuhan atau perkembangan perumahan ini nampaknya akan semakin terus meluas dengan menempati berbagai lahan. Tidak peduli apakah itu lahan subur atau tidak, sejauh pemilik tanah melepaskan dan tanah itu menjanjikan keuntungan bagi pengembang, hal yang demikian nampaknya akan terus dilakukan. Bukan tidak mungkin lahan subur di Yogyakarta kelak akan habis ditelan perumahan. Perhatikan saja pemukiman dan lahan di sekitar Anda. Apakah pemukiman Anda kelihatan bergerak mendesak semakin menyesaki ruang terbuka ? Bersiaplah untuk tidak menginjakkan kaki di atas tanah, tetapi di atas ubin, aspal, keramik, atau beton sebagai akibat dari pergerakan perkembangan perumahan yang tidak mungkin lagi akan surut ke belakang, tetapi berkembang, berkembang, dan berkembang. Silakan nikmati sajian Tembi berkaitan dengan pertumbuhan perumahan dalam kaitannya dengan semakin sempitnya lahan subur di wilayah Propinsi DIY.

Teks: Sartono Kusumaningrat
Foto: Didit Priya Daladi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta