- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»PENEDUH PENEDUH BARU DI RUAS JL. BRIGJEND. KATAMSO JL.PARANGTRITIS YOGYAKARTA
18 Mar 2009 07:57:00Yogyamu
PENEDUH-PENEDUH BARU DI
RUAS JL. BRIGJEND. KATAMSO-JL.PARANGTRITIS
YOGYAKARTA
Jika kita berjalan-jalan di Jl. Brigjend Katamso hingga Jl. Parangtritis, khususnya sampai di sisi utara Hotel Matahari (Timuran), maka kita akan melihat tanaman pohon tanjung di kiri kanan jalan tersebut. Tanaman ini ditanam di depan trotoar. Jadi, ditanam di bahu jalan yang berbatasan langsung dengan trotoar. Alhasil tanaman tanjung ini seperti tumbuh dengan menjebol lapisan aspal.
Tanaman tanjung ini ditanam dalam jarak sekitar 5-10 meter. Ketinggian rata-rata pohonnya sekitar 1,5-3,5 meteran. Menurut Sobirin dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (sobirin-xyz.blogspot.com) pohon tanjung yang ditanam sebagai peneduh jalan ini memiliki beberapa keunggulan di antaranya: luas keteduhannya mencapai 125 meter persegi, buahnya bisa dimakan dan menarik perhatian burung, usia pohon tanjung bisa mencapai 100 tahun, pohonnya tidak mudah mati oleh luka seperti akibat ditabrak kendaraan atau faktor lain. Selain itu pohon tanjung juga memiliki daya serap yang baik terhadap pencemaran udara sekalipun tidak sebaik pohon angsana yang mampu menyerap pencemaran udara hingga 70 %. Percabangan pohon tanjung juga cukup kuat sehingga tidak mudah patah oleh hembusan angin yang kuat.
Lebih jauh Sobirin dalan blognya menyatakan bahwa idealnya pohon yang digunakan sebagai penebuh jalan memiliki beberapa syarat, di antaranya: tidak mudah patah, dapat tumbuh pada tanah yang padat, tahan terhadap hembusan angin yang kuat, buahnya tidak besar, guguran daunnya sedikit, mampu menyerap unsur-unsur pencemaran udara dari kendaraan bermotor, bentuk pohonnya indah, teduh tetapi tidak terlalu gelap, dan serbuk sarinya tidak mudah rusak oleh pencemaran udara.
Pohon tanjung yang nama latinnya mimusops elengi ini sudah banyak direkomendasikan di berbagai negara sebagai pohon peneduh jalan. Hal itu disebabkan antara lain oleh karena keunggulan-keunggulan yang dimilikinya dibandingkan pohon yang lain. Pohon yang dapat mencapai ketinggian 15 meter dan diduga berasal dari India, Srilangka, dan Myanmar ini kini mulai ditanam di sepanjang Jalan Brigjend Katamso (mulai perempatan Jl. Ibu Ruswo-Jl. Lobaningratan-Jl. Brigjend Katamso) -Jl. Parangtritis (hingga utara Hotel Matahari) Yogyakarta dengan kepanjangan jalan sekitar 2,5 kilometeran.
Jika pohon-pohon tanjung tersebut dapat tumbuh dengan sempurna, maka dapat dipastikan keteduhan akan bisa dinikmati di ruas jalan tersebut. Kecuali itu kepekatan pencemaran udara akibat gelontoran asap kendaraan bermotor pun akan terkurangi. Tampaknya Pemkot Yogyakarta memang sangat serius untuk menghijaukan kotanya. Hal ini tentu tidak bisa berlangsung baik jika warga Kota Yogyakarta sendiri tidak ikut mendukung program tersebut.
Hal yang perlu dipikirkan adalah bagaimana merawat tanaman-tanaman tersebut secara berkelanjutan agar terus hidup dengan baik, rapi, indah, serta bagaimana memposisikan pohon-pohon tersebut agar tidak membahayakan pengendara kendaraan.
Sebenarnya kesejukan, keteduhan, kesegaran udara dan lingkungan merupakan kebutuhan dan idam-idaman setiap manusia. Hanya saja, kita sebagai manusia sering mengabaikannya karena keegoisan dan keserakahan kita sendiri. Ketika semua lingkungan menjadi rusak dan tercemar barulah kita sadar, bahwa kita membutuhkan kondisi yang sehat dan baik itu. Kehadiran pohon peneduh di jalan-jalan yang tertulis di atas mungkin baru akan terasakan manfaatnya pada 5-10 tahun mendatang. Sekalipun begitu begitu kita boleh nyicil ayem, Yogyakarta sedang menuju ke sebuah predikat kota hijau dan teduh. Semoga.
foto dan teks: a sartono
Artikel Lainnya :
- 14 Desember 2010, Ensiklopedi - DOLANAN GOBAG GERIT(14/12)
- 6 Maret 2010, Jaringan Museum - MENGENAL KERETA-KERETA KRATON KASULTANAN YOGYAKARTA(07/03)
- 31 Maret 2010, Kabar Anyar - PUBER PERTAMA PAGUYUBAN SIDJI(31/03)
- PELUNCURAN BUKU KI HADI SUGITO GURU YANG TIDAK MENGGURUI(06/01)
- 1 Mei 2010, Denmas Bekel(03/05)
- PEMANDU KURANG RAMAH(09/11)
- DOLANAN SEKITAN-1(03/05)
- Melalui Bekelan, Egrang, dan Dakon Didapat Karakter Baik(05/12)
- Maudy Koesnadi Menggali Akar Budaya Negeri (01/12)
- KETAPEL, PERLAWANAN SIMBOLIK(18/07)