Tembi

Yogyakarta-yogyamu»MALIOBORO, SURGA BELANJA DI YOGYAKARTA

01 Jan 2008 04:03:00

Yogyamu

MALIOBORO: SURGA BELANJA DI YOGYAKARTA

Malioboro bbukan nama asing bagi warga Yogyakarta. Bahkan bagi Indonesia. Orang akan segera membayangkan pusat belanja terkemuka di Yogyakarta begitu mendengar nama Malioboro. Orang pun banyak yang kurang paham bahwa ruas jalan yang membentang dari Kantor Pos Gede hingga Tugu Yogyakarta itu sebenarnya terdiri atas tiga nama jalan yakni: Jalan Jendral Amhad Yani-Jalan Malioboro-dan Jalan Pangeran Mangkubumi. Akan tetapi bentang ruas jalan yang lurus ini sering disebut sebagai Malioboro begitu saja. Paling tidak, banyak orang yang Jalan Malioboro itu mulai dari perempatan Kantor Pos Gede hingga Stasiun Tugu.

Ruas jalan ini sebenarnya merupakan satu gari imajiner Keraton Yogyakarta yang kemudian menghubungkannya dengan Gunung Merapi di ujung Utara, Keraton dan Panggung Krapyak di bagian Tengah, serta Laut Kidul di ujung selatannya. Dalam versi lain Malioboro diartikan sebagai karangan bunga. Versi lain lagi menyatakan bahwa Malioboro berasal dari kata malika bara ‘berbaliklah, silakan.’

Lepas dari versi-versi itu Malioboro yang merupakan jalan lurus memanjang dengan ukuran panjang sekitar 2 kilometer itu memang telah menjadi magnet dan ikon bagi Yogyakarta. Hampir semua wisatawan selalu memasukkan Malioboro sebagai salah satu objek kunjungan utamanya. Pada awal keberadaannya, ruas jalan ini memang telah menjadi pilihan warga Mataram sebagai lokasi yang memudahkan akses ke Keraton, pusat belanja, dan pusat keramaian serta pemerintahan. Keberadaan Pasar Beringharjo di kala itu kian menyemarakkan suasana Malioboro yang terus berkembang menjadi pusat perdagangan (bisnis).

Semula toko-tokolah yang awalnya berdiri. Pada perkembangannya, beriringan dengan berdirinya toko-toko itu berdatangan pula pedagang kelilingan yang akhirnya mangkal di emper-emper toko. Emper toko pun akhirnya dibuat menjadi menyatu dengan emper toko di kanan kirinya. Jadilah lorong beratap kokoh. Pedagang keliling yang kemudian lazim disebut kakilima ini akhirnya berkembang. Kini bahkan setiap ruang di sepanjang lorong depan toko di Malioboro habis digunakan oleh pedagang kaki lima untuk menjajakan dagangannya. Itulah uniknya Malioboro. Pemilik toko dan pedagang kaki lima di depan atau di emperannya bisa saling bekerja sama untuk mengais rejeki bersama. Pedagang kaki lima mendapat naungan dari bagian bangunan toko beserta sedikit penerangan. Sedangkan pemilik toko mendapatkan teman untuk ikut membantu mengawasi keamanan sekeliling toko.

Kini, di sepanjang lorong Malioboro itu orang bisa mendapatkan aneka macam souvenir. Mulai dari hem batik, tas, kerajinan bunga kering, kaus oblong, sabuk, surjan, blangkon, wayang kulit, keris, batu akik, aneka asesori, sepatu, dompet, topi, kacamata, sprei, sarung bantal, dan sebagainya yang susah untuk disebut satu per satu. Produk-produk itulah yang banyak menarik minat wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Jangan heran jika sedang musim liburan lorong Malioboro ini akan penuh sesak oleh orang yang berkunjung dan berbelanja. Jika Anda berjalan-jalan di Malioboro pada musim liburan seperti itu harap bersiap diri untuk kesenggol atau menyenggol orang.

Jika malam tiba, selepas toko-toko dan penjual suvenir menutup diri, kawasan ini akan berubah menjadi surga makanan yang dijajakan dengan cara lesehan. Oleh karena itu, lesehan Malioboro juga sangat terkenal. Pada waktu seperti itu Anda bisa menikmati aneka macam makanan mulai dari gudeg, burung dara goreng, ayam goreng, sate, bakso, bakmi, dan sebagainya.

Satu hal yang harus diperhatikan jika Anda berbelanja di Malioboro yakni jangan segan-segan menanyakan harganya serta jangan sungkan pula untuk menawar. Jika Anda piawai menawar bukan tidak mungkin Anda bisa mendapatkan sepro harga dari harga yang ditawarkan.

Jika Anda tidak cukup kuat menjaga kantong atau dompet, sebaiknya Anda tidak terlalu banyak melihat-lihat sebab semua hal yang dipajang dan ditawarkan di Malioboro sungguh menarik dan menggoda. Harganya pun bagi orang yang biasa belanja dengan uang banyak akan terasa begitu murah. Tidak percaya ? Silakan buktikan.

Bagi Anda yang berkunjung ke kawasan Malioboro sebaiknya jangan lupa bahwa ruas jalan ini juga dilengkapi dengan bangunan atau peninggalan bersejarah seperti Stasiun Tugu, Ngejaman, Gedung Agung, Bentang Vredeburg, Monumen Serangan Oemoem Satu Maret, dan Pasar Beringharjo (yang kini telah direnovasi).

Berkunjung ke Yogyakarta ? Jangan lupa Malioboro.

Foto dan teks: a sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta