Tembi

Yogyakarta-yogyamu»LEDOK CODE, KAMPUNG PINGGIRAN, KAMPUNG TERCINTA

01 Jan 2008 05:15:00

Yogyamu

LEDOK CODE: KAMPUNG PINGGIRAN, KAMPUNG TERCINTA

Ledok Gondolayu Yogyakarta pada era sebelum tahun 1980-an merupakan pemukiman yang dapat dibilang sangar/daerah hitam. Kawasan ini pada tahun-tahun 80-an dan sebelumnya menjadi sarang orang-orang dengan pekerjaan yang dianggap menyimpang (penjahat dan pelacur). Ledok Gondolayu sendiri adalah sebuah kawasan berupa lembah/cekungan/ledokan yang terletak di sebelah selatan jembatan Gondolayu dan di bantaran timur Sungai Code. Awalnya ledok ini merupakan bagian dari daerah pinggiran utara kota Yogyakarta. Pada perkembangannya ledok ini berubah menjadi kawasan di tengah kota. Pemukiman Ledok Gondolayu ini dapat dilihat dengan jelas dari Jembatan Gondolayu yang menghubungkan kawasan Terban, Kotabaru dengan kawasan Jetis-Tugu. Sedang jalan yang membentang di atas Jembatan Gondolayu adalah Jalan Jendral Sudirman (Jalan Solo).

Asal-usul pemukiman di Gondolayu itu sendiri secara kronologis sangat sulit diterangkan. Akan tetapi pada tahun 60-an tepi-tepi Sungai Code bagian hulu telah mulai dihuni lalu menjalar ke sisi selatan Jembatan Gondolayu. Pemukiman di bantaran kali ini terbuat dari seng bekas, karton, plastik, dan sebegainya. Akan tetapi sejak saat itu pula pemukiman ini sering terkena penggusuran. Pada tahun 1975 gubuk-gubuk para pendatang ini dihancurkan dan dibakar, pepohonan yang ada di tempat itu juga ditebang habis.

Kegiatan pembinaan masyarakat dan lingkungan Gondolayu oleh Rama Mangun dan kawan-kawan dimulai pada tahun 1983. Pembinaan tersebut cukup berhasil mengubah status kampung liar Gondolayu menjadi kampung binaan (merupakan bagian dari Kotamadya Yogyakarta, masuk dalam wilayah Kalurahan Terban). Sejak tahun 1983-1986 kompleks pemukiman di lereng Sungai Code ini berubah menjadi pemukiman yang tertata cukup baik dibanding sebelumnya. Itu semua terjadi karena campur tangan beberapa orang dan kelompok yang di antaranya dimotori oleh Rama Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (alm.), Lurah Terban Willie Prasetyo, dan lain-lain. Keterlibatan mereka itu mengurungkan niat pemerintah untuk melakukan penggusuran di kawasan tersebut. Pro kontra penggusuran wilayah ini sempat mengemuka di media masa lokal, nasinal, maupun internasional pada bulan April tahun 1986.

Apa yang dilakukan Rama Mangun dengan berbagai orang dan kelompok itu akhirnya mendapat dukungan dari banyak pihak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sekalipun demikian, semuanya bekerja dengan ketulusan dan niat kuat tanpa harus menuangkannya ke dalam kertas kerja yang rumit dan berbelit-belit. Semuanya disesuaikan dengan sikon di lapangan. Berawal dari sana banyak persoalan yang dipecahkan secara spontan, sesuai sikon. Semua yang berkecimpung di sana berjuang dengan keberpihakan pada kaum miskin. Masing-masing orangdan organisasi menanggalkan kepentingan-kepentingannya masing-masing (agama, ekonomi, politik, dan lain-lain). Uluran banyak pihak yang dimotori oleh Rama Mangun ini hasilnya sungguh diakui oleh warga setempat, seperti yang pernah dikatakan Ridwan (24 tahun), yang menjadi salah satu putra dari Ketua RT di Kampung Code. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Suparno yang telah bermukim di Kampung Code sejak tahun 1954.

Kampung Code sekrang dihuni oleh 55 KK lan dan menjadi satu RT di bawah RW 01, Kelurahan Kotabaru. Pembangunan yang dilakukan berbagai pihak yang dimotori oleh Rama Mangun ini meliputi tidak saja pada prasarana fisik (rumah, gang-gang, dan sebagainya), tetapi juga pembangunan pada manusianya. Pelayan-pelayan pendidikan datang secara periodik di kampung ini. Pendidikan ini ditujukan untuk semua lapisan masyarakat. Baik itu untuk anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dengan demikian, Kampung Code ini pada perkembangannya mempunyai warna lain dengan pemukiman padat lainnya. Gang-gang, arsitektur rumah, gedung serba guna, MCK, pos kamling, kebun, talud, dan sebagainya yang meliputi lingkungan fisik sebuah perkampungan sekalipun sederhana tampak tertata dengan baik. Kondisi sosial masyarakatnya pun semakin tertata dan tidak lagi mengesankan sebagai sebuah komunitas daerah hitam lagi.

Berikut ini Tembi menyajikan gambaran sekilas suasana Kampung Code Yogyakarta yang fenomenal ini melalui teropong kamera. Silakan menikmati.

Foto dan Teks : Sartono Kusumaningrat

Sumber Utama : Darwis Khudori, 2002, Menuju Kampung Pemerdekaan: Membangun Masyarakat Sipil dari Akar-akarnya Belajar dari Romo Mangun di Pinggir Kali Code, Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta