Erwin Arnada
Kontroversi dan Karya

Erwin Arnada Kontroversi dan KaryaNama dan wajahnya mendadak muncul di berbagai media eletronik dan cetak, kontroversi majalah Playboy yang dipimpin olehnya semakin tereksploitasi karena bertepatan dengan ramainya pro dan kontra Rancangan Undang Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RU APP). Kasusnya pun semakin melebar karena majalah tersebut mendapat kritik paling keras dari Front Pembela Islam (FPI) yang sudah sempat merusak dan membakar kantor majErwin Arnada Kontroversi dan Karyaalah Playboy di Jl.T.B Simatupang. Buntutnya, Erwin dijebloskan penjara karena dinyatakan bersalah dan mendekam dipenjara selama 8,5 bulan setelah akhirnya divonis bebas pada 24 Juni 2011 setelah Mahkamah Agung mengabulkan Peninjauan Kembali yang diajukannya pada Mei 2011.

Pengalaman tersebut tentu saja menjadi pengalaman paling berharga bagi Erwin, meski ia tak mau dianggap korban atau pahlawan sekalipun, ia dan kisah majalahnya ingin dikenang sebagai salah satu orang yang memperjuangkan kebebasan pers. Belakangan ia malah enggan bicara masalahnya dengan FPI. Bebas dari Lembaga Permasyarakatan yang selama 8 bulan memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran, Erwin tak lantas santai-santai dan menghilang. Pria yang memulai karir jurnalisnya di majalah berita Editor dan Tabloid Monitor ini menggebrak dengan novel pertamanya berjudul “Rumah Seribu Ombak”. “Lima puluh persen novel ini saya selesaikaErwin Arnada Kontroversi dan Karyan di Cipinang, selama kurang lebih 9 bulan disana, saya fokus dengan novel ini,” katanya.

Novel Rumah Seribu Ombak ini adalah garapan Erwin yang sudah berjalan sebelum ia terlibat kasus majalah, diakui Erwin riset yang dilakukan sejak tahun 2008 di Singaraja, Bali akhirnya berbuah manis. Bali yang melulu soal eksotik dan keindahan, dalam buku ini, Erwin menyajikan yang berbeda. “Ada cerita lain di Bali selain menjual keeksotikannya, ada fakta-fakta baru yang mengejutkan dan membuat emosi saya tergugah. Lewat buku ini saya “share” semua yang saya lihat dan raErwin Arnada Kontroversi dan Karyasakan selama disana,” paparnya. Novel yang inti ceritanya mengenai persahabatan dua anak berbeda kultur dan agama ini dikemas apik, konflik dan pelecehan seksual yang nyata dialami anak-anak di Singaraja dibuka terang-terangan oleh Erwin.

Seakan tak mau setengah-setengah, Novel perdananya ini akan dituangkan kedalam film dengan judul yang sama. Rencananya, film Rumah Seribu Ombak akan rilis tahun ini. Selama berbulan-bulan di Cipinang memang akhirnya membuat Erwin dengan tekun dan serius untuk proyek besarnya ini. Tidak mudah mempersiapkan novel sekaligus film dirilis ditahun yang sama, tapi Erwin membuktikan lembaga permasyarakatan tidak serta merta memenjarakan kreatifitasnya.

Sebagai penulis, sutradara, dan sekaligus produser filmnya sendiri. Erwin menggabungkan fiksi dan realitas dalam film perdananya, setelah memproduseri sendiri 11 judul film layar lebar, antara lain Tusuk Jelangkung, Catatan Akhir Sekolah, Jakarta Undercover dan lainnya, dalam proyeknya kali ini Erwin mengaku ingin lebih baik. “Sekarang saya sedang belajar menjadi produser, sutradara, dan penulis yang baik,” tutupnya.

Temen nan yuk ..!

Natalia S.

Foto2: berbagai sumber




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta