Tembi

Yogyakarta-yogyamu»DUSUN GRESO TRIMURTI SRANDAKAN BANTUL, SALAH SATU SENTRA INDUSTRI TAHU DI YOGYAKARTA

01 Jan 2008 09:42:00

Yogyamu

DUSUN GRESO TRIMURTI SRANDAKAN BANTUL:
SALAH SATU SENTRA INDUSTRI TAHU DI YOGYAKARTA

Kelurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY telah dikenal sebagai sentra berbagai industri makanan. Sentra ini menurut sumber setempat mulai muncul sejak masuknya Jepang di wilayah ini. Akan tetapi kehidupan industri dalam skala rumah tangga ini selalu mengalami pasang surut.

Salah satu industri rumah tangga yang cukup berhasil dari wilayah ini adalah industri tahu murni milik keluarga Hardi Mulyono (59) yang menggunakan merk produknya dengan nama Tahu Murni Bu Hardi. Industri ini terletak di Dusun Greso, Kedungbule, Trimurti, Srandakan, Bantul. Industri tahu dengan merk Bu Hardi ini mulai berdiri sejak tahun 1973. Pada awal produksinya mereka memulai dengan menggiling 10 kilogram kacang kedelai untuk dijadikan tahu.

Jika pada awalnya tahu Bu Hardi memulai dengan 10 kilogram kedelai, maka kini produksinya mampu menghabiskan 600 kilogram kedelai per harinya. Jika satu kilogram kedelai mampu menghasilkan 2 kilogram tahu, maka tahu yang diproduksi keluarga Hardi Mulyono saat ini mencapai 1.200 kilogram per harinya. Tahu sebanyak itu hanya bisa memenuhi permintaan konsumen di wilayah Bantul dan sebagian wilayah kota. Untuk memperteguh dan meyakinkan eksistensinya sebagai pengrajin atau industri tahu murni terpercaya mereka mendaftarkan ijin usahanya ke Departemen Kesehatan RI dan mendapatkan ijin dengan nomor 041/12/02/89.

Sebenarnya industri tahu murni Bu Hardi tidak hanya memproduksi tahu, akan tetapi juga memproduksi tempe. Selain itu Pak Hardi sendiri menjadi ketua kelompok Sumber Rejeki yang mewadahi perajin tahu dan tempe untuk membantu pengadaan bahan baku, pengolahan, pemasaran, dan pengolahan limbah. Dengan berdirinya wadah perajin ini, maka segala urusan produksi, pemasaran, serta pengolahan limbah produksi di wilayah ini dapat terkontrol dan dikoordinasikan dengan baik.

Keluarga Hardi Mulyono memang sengaja menekankan produksinya dengan label tahu murni untuk memberikan kepercayaan atau keyakinan kepada konsumen bahwa tahunya benar-benar tanpa campuran bahan kimia. Hardi Mulyono menjelaskan kepada Tembi bahwa untuk membuat tahu maka kacang kedelai yang sudah dibersihkan direndam di dalam air selama 4-5 jam. Setelah itu kedelai dicuci bersih-digiling-sari kacang kedelai kemudian dimasak di dalam ketel (di atas tungku). Usai itu sari kedelai disaring dengan kain (bekas kantung terigu atau kain mori/blacu). Dengan demikian calon tahu dan ampasnya dapat dipisahkan. Calon tahu (sari kedelai yang lembut-halus) digumpalkan dengan menggunakan kecutan atau asam cuka.

Bahan yang digunakan untuk menggumpalkan sari kedelai di dalam industri Hardi Mulyono adalah kecutan. Kecutan dipilih karena bahan ini didapatkan dengan mengendapkan sari kedelai. Jadi, tidak perlu membeli. Selain itu, bahan kecutan ini juga dapat dikatakan alami karena tidak mengandung bahan kimia tambahan dan sudah dengan sendirinya mengandung bintil tahu.

Setelah sari kedelai diberi kecutan maka dimasukkan ke dalam cetakan dan tinggal ditunggu untuk menggumpal menjadi tahu. Gumpalan tahu yang sudah jadi itu kemudian tinggal diambil dan dipotong untuk kemudian digoreng atau direbus. Untuk tahu putih tinggal digodog saja sedangkan untuk menghasilkan tahu pong atau tahu dengan kulit coklat tinggal digoreng saja.

Usaha pertahunan dan pertempean yang dijalankan keluarga Hardi Mulyono ini bukannya tidak menghadapi kendala. Kendala yang selama ini sering dirasakannya adalah menyusutnya permintaan produk tahu dan tempe jika sudah tiba tanggal tua. Selain itu pengolahan limbah dari usahanya ini juga membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Untuk pengolahan limbah tahunya, Pak Hardi telah melaksanakannya dengan menampungnya dalam bak 1-2-3. Setelah dari bak tersebut limbah kemudian ditampung dalam limbah pengendapan (septic). Usai dari bak pengendapan limbah masih harus memasuki proses filterisasi. Setelah dari filterisasi limbah baru dinyatakan aman untuk dibuang.

Untuk menunjang kelancaran produksinya keluarga Hardi Mulyono mempekerjakan 15 orang karyawan yang sebagian besar adalah tetangganya sendiri. Proses produksi tahu dalam keluarga Hardi Mulyono ini dapat dikatakan sudah semi modern karena telah menggunakan tungku uap yang menjamin tingkat kematangan merata dalam waktu pendek (10-15 menit). Kecuali itu, dengan ketel ini pula hasil olahan tahunya tidak akan berbau sangit atau kecut karena tingkat steril dan kematangan yang merata.

Di samping itu dengan ketel ini pula asap dari tungku tidak akan masuk ke wadah (ketel). Dengan ketel ini pula tahu yang dihasilkan akan tetap berwarna putih (murni). Sedangkan jika menggunakan alat sederhana (kuali/bejana gerabah/panci) maka tahu yang dihasilkan tidak akan bisa berwarna putih bersih karena kemungkinan mengerak dan tercemar asap tungku lebih besar.

Jika Anda sedang berada di Yogya dan ingin mencicipi tahu murni Anda bisa berkunjung ke Trimurti, Srandakan, Bantul sekalian melihat bagaimana proses pembuatannya.

foto dan teks: sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta