- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»BERBURU KULINER IKAN LAUT SAMBIL BERTEDUH DI PANTAI KUWARU, BANTUL
31 Mar 2010 11:27:00Yogyamu
BERBURU KULINER IKAN LAUT SAMBIL BERTEDUH DI PANTAI KUWARU, BANTUL
Pantai-pantai di Bantul merupakan objek yang dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk kesejahteraan hidup mereka. Mulai dari pedagang cendera mata, makanan, minuman, restoran, nelayan, petani, hingga penjual jasa transportasi, penginapan, kolam renang, dan sebagainya. Dalam kata lain pantai-pantai di Bantul bisa dikatakan telah menjadi gula bagi warga dan Pemkab Bantul. Tidak aneh juga bila wilayah itu menjadi pusat perhatian dari berbagai pihak.
Untuk itu pengelolaan terhadap pantai-pantai itu jelas mutlak diperlukan. Apa jadinya pantai-pantai itu jika tidak dikelola dengan baik oleh pemerintahnya dan tidak dijaga sendiri oleh warga yang menempatinya.
Salah satu keluhan yang hampir selalu didengar orang ketika berwisata ke pantai di manapun adalah soal panas dan gerahnya. Maklum, hampir semua pantai minim peneduh. Minim tanaman perindang. Maklum juga, tidak banyak jenis tanaman yang mau tumbuh di wilayah pantai karena wilayah pantai umumnya air di dekat pantai telah terintrusi air laut sehingga kadar garamnya tinggi. Dalam kondisi demikian tidak banyak tumbuhan yang bisa hidup di atasnya. Kecuali itu, lahan pasir yang mendominasi pantai selatan di Bantul ini juga amat minim unsur hara atau humus yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Alhasil tanaman yang umumnya mau tumbuh di atasnya umumnya hanya berupa jenis tanaman pandan berduri, lontar, dan beberapa jenis rumput khas pantai.
Sekalipun demikian Pemkab Bantul tidak kekurangan akal dan daya upaya untuk menghijaukan dan meneduhkan pantainya. Sebagian besar pantai di Bantul telah ditanami tanaman peneduh sekalipun belum seluruhnya berhasil. Salah satu contohnya yang belum berhasil adalah Pantai Parang Endog, Parang Bolong, Parang Tritis, dan Parang Kusuma. Akan tetapi untuk Pantai Pandansari, Pantai Patehan, dan Pantai Kuwaru boleh dikatakan sudah cukup berhasil.
Bahkan pohon-pohon peneduh untuk Pantai Pandansari dan Pantai Kuwaru sudah kelihatan cukup tinggi dengan percabangan yang cukup kaya sehingga terik sinar matahari bisa terhalangi oleh lebatnya daun-daun tanaman cemara udang yang menjadi tanaman penghijauan di pantai ini. Jadi, kesan pantai selatan yang semula tercitra sebagai padang pasir mini di pinggir samudera akan siran begitu saja ketika kita masuk ke kawasan Pantai Kuwaru.
Tembi mencoba menikmati suasana demikian itu. Mula-mula Tembi berjalan seorangan di tepian samudera yang tidak tertanami pepohonan. Kala itu sekitar jam 12.00 WIB lebih sekian menit. Jelas terasa panas dan gerahnya ! Selang beberapa menit kemudian Tembi menepi, masuk ke kerimbunan tanaman cemara udang yang berjajar di sepanjang pantai. Demikian teduh. Pandangan mata pun terasa adem karena memandang warna hijau. Bukan warna perak akibat sinar matahari yang terpantul dari milyaran butir pasir pantai atau kilauan cahaya matahari yang memantul dari atas permukaan air laut.
Angin pantai yang bertiup keras terpecah, terberai oleh sekian juta helai daun cemara udang bersama cabang dan rantingnya menjadi terpaan angin yang tidak lagi terasa garang, melainkan lembut, lunak, dan halus. Hal demikian ini menjadikan wisatawan cukup betah berlama-lama bermain di Pantai Kuwaru. Anak-anak pun tidak lagi gelisah oleh hawa panas dan gerah. Orang yang berwisata ke Pantai Kuwaru dapat menggelar tikar di sela-sela kerimbunan tanaman cemara udang. Bisa tiduran dengan santai di pinggir pantai tanpa takut gosong tersengat sinar matahari.
Bukan hanya itu. Pantai Kuwaru juga telah dilengkapi TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Jadi, siapa pun yang datang ke pantai ini dapat sekaligus menikmati ikan bakar atau goreng dengan membelinya lebih dulu di TPI. Soal memasaknya tidak usah dirisaukan karena ada banyak penjual jasa memasakkan ikan di tempat ini. Untuk memasak 1 kilogram ikan ongkosnya sekitar Rp 7.000,--Rp 10.000,- sudah termasuk sambal dan lalapan. Masakan yang telah siap bisa dimakan di rumah para penjual jasa memasak ikan maupun di bawah pohon cemara udang yang teduh sambil memandang deburan air laut dan menikmati tiupan angin pantai.
Jika Anda suka berwisata ke pantai, tidak lengkap rasanya kalau belum merasakan keindahan dan kenyamanan Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul, Propinsi DIY.
a. sartono
Artikel Lainnya :
- ABON CAP LUMPANG KENCANA, SALAH SATU ABON KHAS DARI BANTUL(05/10)
- 2 Juli 2010, Kabar Anyar - JELAJAH MUSEUM, DIMINATI PELAJAR KOTA YOGYAKARTA(02/07)
- SOP AYAM JAWA AWAN SERUNI(11/10)
- 1 April 2011, Kabar Anyar - KUNJUNGAN MENDADAK (LAGI) DI Tembi RUMAH BUDAYA(01/04)
- 12 Oktober 2010, Bothekan - TEMBANG RAWAT-RAWAT UJARE MBOK BAKUL SINAMBI WARA(12/10)
- KREATIVITAS DARI WILAYAH TERGERSANG DI YOGYAKARTA(01/01)
-
Hingga dewasa ini, mayoritas museum di Indonesia mengalami problem yang sama, yakni sepinya pengunjung. Bahkan sebagian masyarakat masih tetap beranggapan sama, bahwa museum hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno belaka. " href="https://tembi.net/cover/2010-06/04.htm">4 Juni 2010, Kabar Anyar - PERAN "PUBLIC RELATION" LEMAH, MUSEUM SEPI(04/06)- Membaca Puisi untuk Darmanto Yatman(24/01)
- Setija(29/06)
- Sang Nyai Dan mBok Jah Pada Malam Penghargaan Sastra(22/10)