Tembi

Yogyakarta-yogyamu»AKTIVITAS MEMBUAT TOPENG KAYU DI Tembi RUMAH BUDAYA

19 May 2010 10:14:00

Yogyamu

AKTIVITAS MEMBUAT TOPENG KAYU DI Tembi RUMAH BUDAYA

Jogja boleh diidentikkan dengan tempat segudang pengrajin dan seniman. Ada begitu banyak produk kerajinan dan kesenian di wilayah ini. Salah satunya adalah kerajinan topeng kayu yang berlokasi di Diro, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta (Jl. Bantul KM 7,5). Kerajinan di kampung ini semula dipelopori oleh Warnowaskito pada tahun 1900-an. Kini kerajinan topeng ini dilanjutkan oleh trah Warnowaskito, khususnya Warsana yang merupakan cucu dari almarhum Warnowaskito.

Warnowaskito kecuali sebagai pengrajin topeng kayu juga berprofesi sebagai pengendang yang handal sekaligus pengamen tari topeng. Pada tahun-tahun 1900-an profesi sebagai pengamen tari topeng, ledek, lengger, jatilan, kethek ogleng, dan sebagainya masih merupakan sesuatu yang lumrah. Ngamen dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah mbarang.

Berdasarkan profesinya itu Warnowaskito kemudian begitu intens dengan tari topeng dan segala macam hal yang mengikutinya. Oleh karena itu pula ia paham benar soal karakter tokoh dalam tari topeng yang mengacu pada cerita Panji. Ia juga paham benar mewujudkan sepotong kayu menjadi sebuah topeng yang membentuk karakter tertentu dalam kisahan cerita panji. Berawal dari situlah Warnowaskito mulai menekuni membuat topeng sendiri. Karakter kayu pun ia kenal benar. Untuk membuat topeng dengan kualitas yang baik diperlukan kayu jenis kayu jaranan. Sedangkan untuk kualitas topeng kayu yang berikutnya adalah jenis kayu pule dan kayu putih (sengon).

Kayu jaranan memiliki keunggulan pada warnanya yang cenderung putih agak kekuningan, seratnya relatif lembut, tidak mudah pecah atau retak, tidak memiliki teras (galih) sehingga seluruh bagian kayunya berwarna nyaris sama. Selain itu jenis kayu jaranan juga relatif lunak ketika ditatah atau dikerat. Hanya saja jenis kayu atau tanaman jaranan ini nyaris tidak pernah dibudidayakan masyarakat. Jenis kayu ini biasanya tumbuh di pinggir-pinggir sungai. Kayu jaranan juga memiliki keunggulan lain, yakni jika telah kering bobotnya cukup ringan sehingga jika dikenakan oleh penari maka tidak melelahkan penarinya.

Warsana (50) semula hanya ikut-ikutan embahnya. Hal itu dilakukan di sela-sela waktu senggangnya. Apa yang dilakukan Warsana ini lambat laun akhirnya menjadi kebiasaan atau kegiatan yang dicintainya. Warsana pun akhirnya menguasai pembuatan topeng panji. Berbekal itu pulalah akhirnya Warsana menekuni pembuatan topeng panji sebagai profesinya sekaligus sebagai pewaris tradisi dari embahnya, Warnowaskito. Demikian pula saudara-saudara Warsana, semuanya menguasai pembuatan topeng panji.

Dengan sengaja Warsana hanya menekuni topeng panji. Bukan topeng jenis lain. Hal ini dilakukan Warsana dengan suatu alasan karena ia sangat mencintai topeng panji. Jika hal ini ia tinggalkan ia khawatir tradisi pembuatan topeng panji akan hilang. Selain itu, jika ia membuat topeng jenis lain ia khawatir sense of topeng panjinya akan luntur dan mungkin juga menghilang.

Kecuali membuat topeng beneran, Warsana juga membuat topeng untuk suvenir (termasuk topeng dalam ukuran mini). Satu buah topeng dapat diselesaikan Warsana dalam waktu 2 minggu sampai satu bulan. Satu buah topeng karya Warsana biasanya dihargai dengan harga 900 ribu sampai satu jutaan rupiah. Sedangkan topeng mini dihargainya dengan harga 20 ribu rupiah. Untuk jenis topeng punakawan ia menghargainya di bawah 900 ribu rupiah.

Kini kecuali berkarya di rumah, di Dusun Diro, Warsana juga mendemonstrasikan pembuatan topeng panji ini di Tembi Rumah Budaya setiap hari Selasa. Dengan demikian, pengunjung di Tembi Rumah Budaya bisa melihat langsung proses pembuatan topeng ini.

a. sartono k.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta