Nia Dinata Ingin "Menduniakan" Seni Tradisi

Berbagai film garapannya, sebut saja Ca Bau Kan (2002), Arisan (2004) dan Berbagi Suami (2006) sukses besar, tak hanya dari segi penjualan, dan komentar kritikus, namun juga penghargaan dari festival - festival Internasional, membuat wanita kelahiran 4 Maret 1970 ini masuk dalam jajaran sutradara handal. Ia pun mencoba dunia baru, sebagai penulis naskah untuk pertunjukan tari bertajuk ‘Padusi’, dengan latar kultur Minang.

Nia Dinata Ingin ‘Duniakan’ Seni Tradisi”
Nia Dinata Kagum Dengan Perempuan Minangkabau, foto: www.eventsintown.blogspot

Dunia tulis-menulis sebenarnya bukan hal baru bagi sutradara sekaligus pendiri Kalyana Shira Film, Nia Dinata. Berbagai judul skenario film pernah digarapnya, namun kali ini ia diminta untuk menulis naskah pagelaran tari legenda Minang yang melibatkan 50 penari dan musisi bersama maestro tari Tom Ibnur.

Sebagai perempuan yang terlahir berdarah Minang, Mia merasa tertantang dengan tawaran ini, apalagi ia didaulat untuk berkolaborasi dengan Tom Ibnur. “Saya sebagai orang Minang merasa ada panggilan emosional untuk bergabung dengan pagelaran seperti ini,” paparnya saat ditemui Tembi.

Legenda masyarakat, kata Nia Dinata, memang sudah sepatutnya diangkat dan diapresiasi sepenuhnya. Karena itu saat proses menulis naskah, selama kurang lebih 4 bulan, Nia melakukan riset untuk mendapatkan karya yang baik. “Nggak terasa capeknya, karena ceritanya sangat menarik, dan dalam proses itu, saya semakin tahu banyak, semakin memperkaya wawasan saya. Pekerjaan ini berkah buat saya,” tambah putri dari Dicky Iskandar Dinata ini.

Nia menyayangkan bahwa legenda masyarakat yang dikenal dari daerah Minang hanyalah ‘Malin Kundang’. Padahal selama melakukan riset, ia terkagum-kagum dengan fakta bahwa masyarakat Minang suka bercerita. Baik prosa-prosa maupun pantunnya sangat bagus dan menarik.

“Sebenarnya orang Minang itu sangat suka bercerita, dan dari sini juga saya banyak tahu karakter perempuan Minang, bahwa mereka progresif, ekstrem dan heroik. Meski mungkin banyak mengalami ketidakadilan, namun mereka berani membuat keputusan dan sikap yang menolak dijadikan korban,” paparnya.

Dari kedekatannya dengan dunia seni peran dan pertunjukkan ini, Nia berharap ia bisa lebih banyak mengolah seni tradisi agar kelak tak hanya diketahui dan dikenal di Indonesia, namun bisa mendunia. “Generasi muda juga bisa lebih menghargai seni tradisi, sayang sekali generasi sekarang banyak yang tidak paham cerita nenek moyangnya," lanjut Nia.

Nia Dinata Ingin ‘Duniakan’ Seni Tradisi”
Cuplikan pertunjukan Teater Padusi, foto: ImageDinamicsPR

Sementara disinggung soal karya film terbarunya, penggemar George Clooney ini mengaku sedang dalam proses riset untuk film drama terbarunya. Sayang seperti apa ceritanya Nia belum mau membocorkan.

Di tengah geliat perfilman Indonesia, Nia berpesan untuk generasi muda yang berkeinginan menggeluti dunia film. “Tips dari saya, rajin-rajinlah nonton film berkualitas, misalnya film-film yang ada di festival, karena dengan begitu mata dan rasa kita akan terbiasa melihat sinematografi dan cara bertutur yang baik. Otomatis hal itu akan terbawa dalam membuat karya,” tutup ibu dua anak ini.

Temen nan yuk ..!

Natalia S.



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta