Arif Rahman Hakim, Akuntan Sekaligus Musisi
Ia bingung karena sekarang ia sudah dihadapkan dengan kenyataan, lulusan STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) dan siap bekerja sebagai pegawai negeri. Tapi jauh dalam lubuk hatinya, ia ingin menjadi musisi hebat.
Akim bersama recorder-nya memainkan lagu ‘Ayunan’
Tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Untuk lulus dari STAN pun perlu belajar ekstra keras. Arif Rahman Hakim, kelahiran 25 Oktober 1991, toh lolos dan menjalani kuliahnya dengan baik. “Ya nggak pinter-pinter amat sih, tapi ya syukur bisa lulus,” katanya kepada Tembi.
Sejak duduk di bangku sekolah, Madrasah Aliyah Negri II di Pasuruan, Jawa Timur, Akim, panggilan akrabnya, sudah tak ingin menyusahkan kedua orangtuanya. Ia berusaha hidup mandiri, sampai akhirnya ia melanjutkan kuliah tanpa biaya sepeserpun dari kedua orangtuanya. “Bisa dibilang aku sedikit terpaksa kuliah di sana, karena masuk STAN kuliah gratis, ya aku coba aja,” paparnya.
Menjalani masa kuliahnya, pria yang agak pendiam ini bersyukur akhirnya bisa lulus dengan nilai yang baik. Apalagi tiap semester ia dituntut nilai IP 27,5, dengan ancaman DO (drop out) jika nilainya di bawah itu. “Susah banget sih engga pelajarannya, memang terkadang ada beberapa mata kuliah yang seharusnya diberikan untuk S2, tapi saya enjoy aja, bahkan belajar giat kalau sudah dekat waktu ujian,” tutur Akim.
Setelah lulus kuliah 2012, Akim sempat bekerja di SAS Certified Public Accountant Office. Ia juga sempat mengajar bahasa inggris di sebuah tempat bimbingan belajar di kawasan Bintaro. “Ya sambil menunggu panggilan dari Departemen Keuangan, saya kerja di beberapa tempat, tapi hitungan bulan, kemudian saya kembali ke rumah orang tua,” ujar Akim.
Perkenalannya dengan musik dimulai sejak kelas 2 SMP. Karena tidak mampu membeli alat musik, ia memutuskan untuk ‘mengulik’ alat musik tiup recorder miliknya. “Aku berkreasi sendiri, karena nggak mampu beli gitar, atau alat musik yang lain, jadi aku belajar recorder dan harmonika dengan otodidak,” kenangnya.
Akim saat diwawancara MC pada Festival Musik Tembi 2013
Sejak kuliah dan menetap di Jakarta ia disuguhi dengan musik-musik pop, Akim menyebutnya ‘Musik Pensi’. Kata Akim,“Aku nggak terlalu suka, karena musiknya seragam, tidak ada bedanya. Tahun 2009 baru aku mulai suka musik jazz dan klasik, sampai akhirnya aku bertemu dengan band kampus, namanya The Red Carpet, dan direkrut menjadi pemain recorder”.
Sejak bergabung bersama band kampusnya itu, dan seorang teman bernama Pam Budhi yang dinilai berjasa dalam pengenalannya pada musik, Akim semakin serius bermusik. Bahkan beberapa kali ia diminta membuat komposisi musik untuk pegelaran teater di kampusnya. “Dalam membuat lagu, aku harus di dateline, bahkan pernah dalam waktu sehari aku membuat 5 lagu”.
Komposisi berjudul “Ayunan” yang dibuat untuk Festival Musik Tembi 2013, diciptakan Akim dalam waktu 4 jam. Ini lagu bercerita tentang ‘ayunan’ sebuah tempat nyaman dan sering dipakai untuk merenung. “Aku berfantasi di ayunan, merenung, dan teciptalah lagu itu,” tambahnya.
Akim pendengar lagu instrumental, karena itu lagu ‘Ayunan’ dibuat tanpa lirik. Koleksi album musik instrumentalnya puluhan, tak hanya dari dalam negri, namun dari berbagai negara, seperti Jepang, Cina, Irlandia, dan lainnya. “Karena itu, perbendaharaan nadaku banyak, jadi laguku ada perpaduan pentatonik Jawa dan Sunda. Ada sedikit nada Indonesia Timur, Tionghoa, bahkan ada suling Batak,” paparnya.
Dari Festival Musik Tembi 2013, diakui Akim menjadi melek musik, apalagi berbagai workshop dan bincang-bincang dengan para pengamat musik memberikan berbagai pandangan dan pengalaman. “Aku seperti dibuka matanya, aku bisa mengenal musik tradisi lebih luas lagi dan jadi banyak teman,” kata pria yang pernah menyabet gelar juara 2 kompetisi scrable ini.
Jika dihadapkan dengan pilihan menjadi musisi atau bekerja sebagai pegawai negeri, Akim sempat terdiam beberapa menit, katanya, “Banyak yang nyuruh aku untuk menekuni musik. Tapi aku memilih untuk ‘jadi orang’ dan bekerja dulu, baru aku menekuni musik”. Seperti Edwin ‘Libels’ Manangsang yang sekarang menjadi Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi dan Multilateral Kementerian Koordinator Perekonomian, Akim ingin karir musiknya kelak bisa seperti Edwin.
Si akuntan yang gemar bermusik
Temen nan yuk ..!
Naskah & foto:Natalia S.
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Indra Perdana Sinaga Lyla Siap Jadi Produser(05/04)
- Parlin Burman Siburian Alias Pay Siap Luncurkan Album Baru BIP Dengan Sistem Distribusi Baru(21/03)
- Cornelia Agatha Jadi Anak Band(08/03)
- Jadi Model Sudah, Penyanyi Sudah, Artis Juga Sudah, Penulis Iya, Jadilah Happy Salma Sutradra(26/02)
- Marcell Siahaan Pengacara, Penyanyi, dan Akting(18/02)
- Endah N Rhesa Berangkat ke Perancis Dengan Bekal Urunan Para Musisi(11/02)
- Pia Utopia Fellini Wajib Kunjung di Ruang Khusus Setiap Bangun Tidur(05/02)
- Tonny Trimarsanto Dengan Matang Di Pohon Si Mangga Golek(01/02)
- Sammaria Simanjuntak Si Arsitek muda Yang Membelok ke Jurusan Sutradara(28/01)
- Dwi Sujanti Nugraheni, Setia Memelihara Mimpi(23/01)