Ananda Sukarlan
Prestasi dan Kebanggan Indonesia

Ananda Sukarlan Prestasi dan Kebanggan IndonesiaMenyebut nama Ananda Sukarlan, jelas siapapun sudah mengenal pianis jenius yang karirnya sudah mendunia ini. Siapa yang mengira keinginan yang besar untuk belajar piano kepada kakaknya saat berusia lima tahun akhirnya berbuah manis, lulus SMA tahun 1986 ia langsung mendapat beasiswa dari “Petrof Piano” untuk belajar musik di Belanda. Disana Ananda mulai mengikuti berbagai kompetisi piano untuk membantu biaya hidupnya, dan lagi-lagi keberuntungan mendatanginya, andy begitu panggilannya mulai dilirik produser dan perlahan tapi pasti karirnya semakin menanjak.

Salah satu suratkabar di Australia, Sidney, “Morning Herald” mengakui Ananda sebagai salah satu pianis terbaik didunia. Dengan kepiawaian jemarinya hampir seluruh dunia sudah dijelajahi. Para penggemar chamber music di Eropa bahkan mengenal ia dengan baik. Prestasinya yang luar biasa ini juga diakui secara internasional dengan tercantumnya Ananda di “The International Who’s Who in Music Book” yang menyejajarkan Ananda dengan musisi dunia. Sampai saat ini sudah tak terhitung berapa komposisi yang sudah diciptakan. Yang terbanyak Ananda mengaku untuk putrinya Alicia Pirena sebagai bahan belajar piano, dari karya yang paling mudah sampai yang agak sulit. “Karya-karya tersebut sering saya buat sambil kami ngobrol, sejak dia berusia 7 tahun sampai sekarang 13 tahun, bahkan saya sampai membuat buku Alicia’s Piano Book,” tambahnya.

Ananda Sukarlan Prestasi dan Kebanggan IndonesiaTak hanya itu, ia juga pernah menulis untuk satu yayasan orang cacat di Spanyol, instrumen yang bisa dimainkan dengan satu tangan saja atau piano tanpa pedal. Dan tentu saja menulis karya untuk para musikus terkemuka seperti Midori Goto dan kuartetnya, “5 lovers of Drupadi” untuk gitaris Miguel Trapaga, dan saat ini Ananda sedang menulis concerto untuk flute dan orkes untuk flutist Andrea Griminelli. “Dalam penciptaan sebuah karya, ilham yang saya dapatkan tidak pernah abstrak, selalu datang dari satu hal yang sudah ada, seperti puisi Walt Whitman, Sapardi Djoko Damono, lukisan-lukisan yang tidak pernah saya lewati di galeri kota manapun. Atau bahkan gerakan tubuh penari, koreografi bahkan musiknya orang lain yang bertransformasi di kepala saya,” kata pria kelahiran 10 Juni 1968 ini.

Beberapa waktu lalu, bersama Amadeus Performing Arts, Ananda membuat kompetisi tembang puitik, sebuah gagasan yang menurut Ananda cukup berani mengingat tradisi “tembang puitik” atau karya musik untuk vokal berdasarkan puisi yang sudah ada ini sudah mati setelah wafatnya komponis-komponis seperti FX Sutopo dan Mochtar Embut. “Di Indonesia sendiri sudah vakum selama 30 tahun, saya tidak menyadari karena saya tinggal di Spanyol, dan disini tentu berjalan terus tidak ada vakum,” kata ayah satu anak ini.

Ananda Sukarlan Prestasi dan Kebanggan IndonesiaKecintaannya pada sastra, sudah terlihat sejak usia 20 tahun, sayang cita-citanya menjadi penulis tidak tercapai waktu itu, baru sekitar tahun 2006, Ananda membuat puisi berbahasa Indonesia karena dua alasan. Pertama Internet sudah sangat memudahkan, yang kedua setelah 2006 sudah lebih sering mengunjungi Indonesia. “Karena sudah sering ke Indonesia, jadi lebih familiar dengan bahasa Indonesia. Sampai sekarang, tembang puitik yang saya tulis sudah ada ratusan, dan ini yang menggerakkan Direktur Amadeus Performing Arts untuk membuat kompetisi. Dan saya sangat bersyukur sambutannya sangat hangat disini juga saya menemukan vokalis-vokalis yang luar biasa,” tambahnya.

Sebagai komponis dan pianis, lalu seperti apa gaya atau style bermusik seorang Ananda Sukarlan. Sebagai pianis yang hidup di abad 2, Ananda mengaku tidak bisa tidak ekletik. “Mudah-mudahan kata “eklektik” tidak diartikan negatif. Saya kira kalau bicara soal musik dan tinggal di Eropa atau Amerika, hidup di suatu zaman yang “makmur” sekali, makmur karena kita sudah melewati zaman kekacauan sekitar pertengahan abad 20, dimana yang paling penting dalam seni itu adalah eksperimennya, bukan hasil eksperimennya,” tutur putra pasangan Letkol.Sukarlan dan Poppy Kumudastuti ini. Dan ia juga mengakui banyak menyerap pengaruh dari banyak jenis musik, selain musik sastra Beethoven, Stravinsky, juga musik rock, dan musik rakyat.

Ananda Sukarlan Prestasi dan Kebanggan IndonesiaSudah memiliki nama besar, sukses dalam karir bermusik, lalu kenapa Ananda lebih tertarik berkarir di luar negri, seperti apa peluang musikus seperti dirinya di Indonesia. Jawabannya menarik, profesi musikus, dimana mereka mencari nafkah dari musik hanya bisa berkembang di Eropa atau benua Amerika. Sedangkan di Indonesia seniman seringkali dilihat hanya dari kehidupannya yang nyentrik, atau lifestylenya, bukan dari prestasi artistiknya. “Sedangkan saya adalah orang yang sangat normal dan biasa, jadi mungkin dianggap membosankan ya, hehe. Buat saya seniman harus dihargai dari apa yang dihasilkan, bukan dari sensasi dan kelakuan yang aneh,”.

Tidak ada habisnya menceritakan prestasi dan perjalanan karir seorang Ananda Sukarlan, namun masih banyak cita-cita yang ingin dicapai, masih banyak naskah drama sastrawan Indonesia yang ditaksirnya untuk dibuat opera, masih banyak karya komponis besar dunia untuk piano yang belum dimainkannya, masih banyak elemen musik rakyat Indonesia yang bisa dieksplorasi untuk musiknya. “Pendek kata, kepala ini masih berat, penuh dengan ide-ide musik yang harus dikeluarkan biar lebih enteng sedikit, hehe”. Satu lagi, mencari bakat-bakat muda yang benar-benar luar biasa di Indonesia, bukan anak-anak dari keluarga yang kaya dan terekspos karena dibuat orang tuanya. “Caranya adalah membuat kompetisi-kompetisi yang benar-benar “fair” dimana hanya segi teknik dan artistik sang seniman yang dinilai,” tutupnya.

Temen nan yuk ..!

Natalia S.

Foto2: Dari berbagai sumber




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta