MAKAM BRA. ASMARAWATI

MAKAM BRA. ASMARAWATIKeletakan

Makam BRA. Asmarawati (BRA. Smarawati) secara administrative terletak di Dusun Ngujung Kasuran, Kalurahan Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Jl. Bantul. Pada KM 13 atau pada pertigaan Balai Desa Srigading (Watuhadeg-Celeb) ambil jalan ke arah barat. Setelah kurang lebih 2 kilometer dari pertigaan ini akan ditemukan Kantor Polsek Sanden. Lokasi Dusun Ngujung Kasuran berada di sisi selatan Polsek Sanden ini pada jarak sekitar 1 kilometer.

MAKAM BRA. ASMARAWATIKondisi Fisik

Makam BRA. Asmarawati terletak di paling ujung utara-barat dari kompleks makam umum Dusun Ngujung Kasuran. Makam ini terletak di tengah dusun. Kompleks makam ini telah diberi pagar keliling setinggi kurang lebih 1 meter. Makam memiliki pintu gerbang tunggal di sisi selatan. Pada ambang pintu gerbang tersebut dituliskan kalimat yang menyatakan atau menerangkan tentang makam BRA. Asmarawati di tempat itu.

Makam BRA. Asmarawati telah diberi cungkup tersendiri. Luas cungkup sekitar 2,5 m x 3 m. Di dalam cungkup tersebut tidak hanya terdapat nisan dari BRA. Asmarawati namun juga dua nisan lain, yakni Nisan Demang Wiryowindo dan Kyai Irim. NiMAKAM BRA. ASMARAWATIsan Demang Wiryowindo berada di sisi barat nisan BRA. Asmarawati. Sedangkan nisan Kyai Irim berada di sisi timur nisan BRA. Asmarawati. Jadi, nisan BRA. Asmarawati diapit oleh dua nisan tersebut.

Ukuran panjang nisan BRA. Asmarawati adalah 180 Cm, lebar 50 Cm, dan tinggi hingga kepala jirat 70 Cm. Nisan terbuat dari batu andesit. Sedangkan nisan Demang Wiryowindo dan nisan Kyai Irim berukuran relatif sama, yakni panjang 160 Cm, lebar 45 Cm, dan tinggi hingga kepala jirat 60 Cm. Nisan keduanya juga terbuat dari batu andesit.

Latar Belakang

Menurut jurukunci setempat yang bernama Surakso Madyo (80)MAKAM BRA. ASMARAWATI (18/2/2012) BRA. Asmarawati adalah salah satu penduduk setempat yang diperistri oleh Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792). Sumber setempat menerangkan bahwa pada suatu ketika Sultan Hamengku Buwana I berjalan-jalan ke desa dengan mengendarai kuda. Perjalanannya ke desa-desa ini akhirnya sampai di sebuah wilayah yang sekarang dikenal sebagai Dusun Ngujung Kasuran. Ketika sampai di tempat ini Sultan Hamengku Buwana I melihat ada seorang gadis penjual sirih. Ketika kudanya melintas di depan gadis penjual sirih kuda yang dikendarainya secara mendadak berhenti.

Peristiwa itu menyebabkan Sultan Hamengku Buwana I kemudian berniat memperistri BRA. Asmarawati yang waktu itu tentu saja namanya belum BRA. Asmarawati. Nama ini kemungkinan besar diperolehnya setelah ia diperistri dan masuk dalam lingkungan Keputren Keraton Yogyakarta.

Sumber setempat juga menerangkan bahwa BRA. Asmarawati bersedia diperistri oleh Sultan Hamengku Buwana I dengan satu syarat bahwa apabila ia meninggal, ia minta agar jasadnya dikembalikan dan dikuburkan di Dusun Ngujung Kasuran, yakni dusun tempat kelahirannya. Syarat ini pun disetujui. Akhirnya BRA. Asmarawati pun hidup beberapa lama di keraton. Di lingkungan keratin inipula ia diberi abdi atau semacam pengiring yang bernama Demang Wiryowindo dan Kyai Irim. Oleh karena itu pula setelah ia meninggal dan dikuburkan di Ngujung Kasuran kedua pengiringnya pun meminta agar kelak jasadnya dikuburkan di sisi makam BRA. Asmarawati. Jadilah kemudian nisan kedua pengiringnya berdampingan dengan nisan BRA. Asmarawati.

a.sartono

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta