MAKAM BAH DE POK
Keletakan
Makam Bah De Pok terletak di sebuah bukit yang dinamakan Gunung Cilik, Dusun Gunung Cilik, Padukuhan Padokan Kidul, Kalurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Lokasi makam ini berada di sisi barat Pabrik Gula Madukismo pada jarak sekitar 600 meter.
Kondisi Fisik
Makam Bah De Pok yang sebenarnya bernama The Tjin Pok ini menempati sebuah bukit yang menjadi pemakaman umum di Dusun Cilik. Di makam ini The Tjin Pok dimakamkan bersama dengan istri keduanya yang bernama Liem Kiem Nio. Nisan atau bong-pai dari keduanya memiliki ukuran panjang sekitar 3,2 meter, tinggi 1,5 meter, dan lebar sekitar 2,5 meter.
Cungkup makam The Tjin Pok bersama istri keduanya ini memiliki ukuran panjang sekitar 11 meter dan lebar sekitar 7,8 meter. Untuk dapat menuju lokasi nisan atau bong-pai The Tjin Pok yang berada di atas bukit, maka dibuatlah jalan berupa tangga berundak di tempat itu. Lebar tangga berundak sekitar 2 meter dan ketinggian letak bong-pai The Tjin Pok dari permukaan tanah di sekitarnya sekitar 6-7 meter.
Di dalam cungkup ini terdapat pula daftar silsilah dari The Tjin Pok. Selain itu juga terdapat gambar relief wajah The Tjin Pok. Seperti lazimnya kuburan kaum Tionghoa, kuburan atau makam The Tjin Pok juga penuh dengan tulisan-tulisan berhuruf China serta pola-pola hias khas China. Pada nisannya juga tertuliskan nama The Tjin Pok. Selain itu juga tulisan yang menerangkan usia saat meninggalnya, yakni 95 tahun, wafat 8 Februari 1956 (27 tjap djie Gweek 2506) Rebo Pon 25 DJ akhir Dal 1887.
Di samping itu juga terdapat tulisan yang menerangkan tentang istri kedua The Tjin Pok yang bernama Liem Kiem Nio yang wafat pada usia 63 tahun, meninggal pada 16 September 2602 7 pek Gweek 2443, Rebo Kliwon 6 Poeasa Wawoe 1873. Ada pula tuliusan yang menerangkan tentang putra mereka, yakni The Soen Hwa dan The Giok Nio serta tjoetjoek (cucu) yang bernama The Diep Nio.
Makam Istri Pertama The Tjin Pok
Kecuali nisan atau bong-pai Bah De Pok di kompleks makam Gunung Cilik ini juga terdapat nisan dari istri pertama The Tjin Pok yang pada nisannya dituliskan namanya sebagai Njaie Thee Tjien Pok. Njaie Thee Tjien Pok lahir Mei, 20, 1863. Wafat 19 April 1918. Makam Njaie Thee Tjien Pok untuk saat ini kelihatan tidak ditandai dengan kubur model bong-pai namun berupa batu nisan. Tampaknya dulunya makam ini juga ditandai dengan bong-pai namun kemudian ada perubahan atau pergantian dengan batu nisan seperti batu nisan pada kuburan-kuburan masyarakat Jawa.
Batu nisan dari Njaie Thee Tjien Pok ini memiliki panjang 2,4 m, lebar 1,1m, dan tinggi 1,2 m. Nisan dari Njaie Thee Tjien Pok ini juga berjajar dengan nisan-nisan lain yang merupakan kerabat dari Njaie Thee Tjien Pok atau The Tjien Pok sendiri. Nisan Njaie Thee Tjien Pok ini juga telah diberi cungkup yang cukup bagus dan kokoh dengan gaya pintu gerbang seperti pintu-pintu gerbang kelenteng. Luas cungkup ini sekitar 7,5 m x 6 m.
Latar Belakang
The Tjin Pok adalah keturunan grat ke tujuh dari Susuhunan Hadi Prabu Hanyokrowati di Mataram (1601-1613) yang juga memiliki nama lain Raden Mas Jolang, Panembahan Anykrawati, atau Penambahan Seda Krapyak. Nama lain dari The Tjin Pok adalah Raden Dibyo Darmo Husodo. Ayahnya beranama Raden Mas Wongsodibyo. RM. Wongsodibyo sendiri bernama Raden Tumenggung Joyo Winoto alias Gajah Cilik. RT. Joyowinoto ini merupaka keturunan grat ketiga dari Panembahan Seda Krapyak.
The Tjin Pok atau oleh masyarakat setempat lebih populer disebut Bah De Pok adalah seorang ahli peramu (Jawa, njantoni) gula di Pabrik Gula Madukismo. Hal demikian dilakukannya pada tahun 1900-an. Kecuali itu ia juga dikenal sebagai tabib (penghusada) yang manjur. Waktu itu banyak orang sembuh dari sakitnya oleh karena penanganannya. Oleh karena itu ia demikian terkenal atau populer. Lebih-lebih pada tahun 1900-an tenaga medis belum sebanyak saat ini. Jasanya dalam bidang penyembuhan demikian diharapkan banyak orang. Kemanjuran usaha pengobatannya juga menjadi semacam legenda. Oleh karena itu namanya demikian populer. Hingga meninggal pun banyak orang yang percaya akan kemampuannya yang luar biasa di bidang pengobatan sehingga makamnya pun banyak diziarahi orang dengan harapan mendapatkan semacam berkat atau tuah bagi kesembuhan.
a.sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Senam Barahmus 2012 Diawali di Museum Monjali (09/03)
- Gereja Santo Yusup Bintaran(08/03)
- Cara Mandi Wanita Jawa Tahun 1920(06/03)
- Situs Sumur Bandung dan Watu Kenong di Bukit Piyungan(01/03)
- MAKAM BRA. ASMARAWATI(23/02)
- PERMAINAN KARTU DI JOGJA (JAWA) TAHUN 1920(21/02)
- MENGENAL DARI DEKAT MUSEUM SAMPOERNA SURABAYA (1)(18/02)
- Kyai Danalaya dan Berdirinya Dusun Danalayan, Sleman(16/02)
- PESANGGRAHAN PAKU ALAMAN(09/02)
- Gambaran Pengguna Narkoba di Jawa (Jogja) Masa Lalu(07/02)