Lhooo.....Duta Museum DIY Mendadak Ada, Mewakili Siapa?

Warga museum-museum DIY merasa tidak terwakili dengan adanya Duta Museum 2012, terutama yang berasal dari DIY. Mereka merasa tidak pernah memilihnya sebagai duta museum tingkat provinsi. Ternyata, gara-gara demi menggunakan APBN yang sudah kadung diprogramkan.

Sosialisasi Duta Museum 2012, di Hotel Gowongan Inn, Sumber foto: Suwandi Tembi
Ketua Umum Barahmus DIY KRT. Thomas Haryonagoro
menyampaikan komentar di antara Duta Museum DIY 2012

Warga anggota Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, termasuk Ketua Umum Barahmus, KRT. Thomas Haryonagoro hanya geleng-geleng kepala tanda tidak tahu, ketika ditanya oleh MC acara Sosialisasi Duta Museum 2012 yang diselenggarakan di penghujung 2012. Pasalnya, memang Barahmus, induk organisasi independen di DIY yang sudah jadi barometer organisasi museum tingkat nasional itu, tidak pernah diajak berembug tentang adanya duta dari daerah DIY-setingkat provinsi saat ada program tersebut. Tentu saja hal itu diamini oleh semua anggotanya yang berjumlah 32 museum yang tersebar di 4 kabupaten dan 1 kota di DIY.

Memang saat ada kegiatan sosialisasi Duta Museum 2012 di Hotel Gowongan Inn pada 14 Desember 2012, semua museum anggota Barahmus DIY diajak untuk ”sharing” dan berkumpul. Namun betapa kaget mereka, ketika dalam acara sosialisasi tersebut sudah terpilih 33 pasang duta museum dari 33 provinsi di Indonesia yang diadakan di Jakarta.

Duta museum DIY yang terpilih adalah Indra Aizen Putra dan Winda Latifah. Mereka akan menyosialisasikan permuseuman di daerah mereka masing-masing selama tahun 2013 dan atau selama duta museum yang baru belum terpilih. Penyelenggaranya adalah Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Warga museum-museum DIY merasa tidak terwakili dengan adanya Duta Museum 2012, terutama yang berasal dari DIY. Mereka merasa tidak pernah memilihnya sebagai duta museum tingkat provinsi. Sebab selama ini sosialisasi dan publikasi museum sudah berjalan baik tanpa adanya duta museum provinsi. Pada garis besarnya anggota Barahmus DIY tidak setuju dengan duta museum dari DIY karena merasa tidak terwakili. Tentu hal ini karena Barahmus merasa tidak ”diuwongke”.

Sosialisasi Duta Museum 2012, di Hotel Gowongan Inn, Sumber foto: Suwandi Tembi
Duta Museum DIY 2012 di antara undangan lain yang hadir

Padahal adanya program tersebut digulirkan, Barahmus DIY lewat ketua umumnya telah memberi masukan, jika melaksanakan program duta museum seharusnya diawali dari daerah. ”Sebenarnya daerahlah yang mengetahui detail tentang museum. Sebab kalau tiba-tiba muncul program itu dan daerah merasa tidak diajak berembug dan akhirnya tidak terwakili, jadinya malah repot,” demikian tutur Ketua Umum Barahmus DIY saat acara sosialisasi tersebut.

Warga Barahmus menginginkan agar duta museum provinsi yang dikirim ke Jakarta (Pusat) benar-benar mengetahui detail setiap museum yang ada di wilayahnya. Sangat aneh memang, jika mereka menjadi duta museum provinsi, tetapi kompetensinya terhadap pengetahuan museum daerah belum teruji. Bagaimana mereka akan menyampaikan sosialisasi museum di daerah yang diwakili, jika mereka tidak paham, tidak mencintai, atau bahkan belum pernah berkunjung ke museum-museum di daerahnya sendiri. Tentu yang disampaikan hanya teori belaka.

Sementara itu dari pihak penyelenggara Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Dani Wigatna menyampaikan alasannya, bahwa program ini disetujui setelah adanya APBN Perubahan. Jadi waktunya mepet, harus segera terselenggara dan terlaksana. Jadinya, dalam pemilihan duta museum tingkat provinsi tidak bisa maksimal. ”Yang penting harus terlaksana dulu. Bahkan ada wakil dari provinsi lain, yang dikirim saudara pegawai yang bekerja di dinas atau pegawainya sendiri. Lumayan, DIY masih diwakili oleh dimas-diajeng,” tuturnya.

Demikian antara lain yang terekam dalam kegiatan Sosialisasi Duta Museum 2012 tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh pusat di Yogyakarta. Memang tujuan program tersebut baik, yakni membantu perperan aktif dalam menyosialisasikan dan mengomunikasikan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM). Namun, agar hasilnya dapat maksimal, tentu harus diprogramkan jauh-jauh hari, tidak hanya instan.

Ke museum yuk ..!

Suwandi




Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta