Alengka Muram
Landung Hidupkan Karya Sindhunata
Anak
Bajang Menggiring Angin, sebuah karya novel fantasi pewayangan yang dibuat
Sindhunata adalah cerita yang dibawakan dengan sangat baik oleh Landung
Simatupang, Kamis malam (4 November 2010) kemarin di Bentara Budaya Jakarta.
Prosa Alengka Muram dari buku Anak Bajang Menggiring Angin ini diterbitkan tahun
1983, kala itu Sindhunata masih menjadi wartawan Kompas dan tengah sibuk dengan
kegiatannya menjadi calon pastur. Sindhunata sempat bercerita sedikit tentang
pengalaman ketika mengarang kisah wayang tersebut, yang menurutnya semuanya
serba kebetulan yang menjadi anugrah. Saat itu saya menulis dan mengarang
cerita mengalir dan keluar begitu saja, sebetulnya siapa saja bisa nyambung dan
masuk dalam dunia wayang, karena tanpa sadar naluri bawah sadar kultural pasti
akan keluar begitu saja, itu juga yang saya alami saat membuat cerita ini
ujarnya.
Dan betul saja, ketika pertunjukkan dimulai, Landung
Simatupang yang dikenal sebagai penyair dan pembaca karya sastra handal yang
sudah dikenal khususnya di Jogjakarta, seakan menghipnotis penonton. Landung
bersama Fortunata Kaswami Rahayu dan V. Sri Purwanti membawakan karya Sindhunata
dengan sangat baik. Tata panggung sederhana, dan iringan instrument musik oleh
Jebret Eko dan
Sutrisno
semakin menghanyutkan penonton dalam cerita. Alengka Muram bercerita tentang
ajal Kumbakarna, adik dari Rahwana, raja Alengka yang menculik Sinta, istri Rama
dari Kerajaan Ayodia. Dalam cerita Kumbakarna diperdaya Rahwana untuk berperang
melawan kerajaan Ayodia demi membela kejahatan Rahwana, sementara Gunawan
Wibisana adik Kumbakarna dan Rahwana yang tidak berwujud raksasa memilih untuk
memihak pada Rama. Kumbakarna akhirnya mengalami perang batin yang membawanya
kepada ajal.
Saya bukan pembaca kisah wayang, bahkan saya tidak tahu betul kisah wayang yang sudah amat dikenal di masyarakat Jawa Tengah ini. tapi malam itu, Landung mambawakan cerita dengan sangat baik, berbagai karakter suara dibawakan, sehingga saya yang menonton mampu berimajinasi dari cerita yang dibawakan Landung malam itu. Saya benar-benar dibuat penasaran apa akhir dari cerita tersebut, hingga bagaimana nasib Kumbakarna diakhir cerita. Cerita karangan Sindhunata ini sangat menarik, dan cerita semakin hidup karena dibawakan oleh seorang Landung Simatupang. Benar apa yang dikatakan Sindunata, siapa saja bisa nyambung dan masuk dalam cerita pewayangan, karena bukan lagi rasio yang digerakkan tetapi naluri bawah sadar kultural kita.
Natalia