- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»SISA RAMBU KERETA API DI NGAMPILAN, JOGJA
25 Aug 2010 04:14:00Yogyamu
SISA RAMBU KERETA API DI NGAMPILAN, JOGJA
Era kejayaan kereta api jurusan Jogja-Magelang-Semarang memang telah berakhir. Jalur ini telah tergantikan oleh angkutan umum lain berupa bis maupun travel serta kendaraan pribadi. Pada zaman kendaraan darat jenis mobil, bis, dan sepeda motor belum melimpah ruah seperti sekarang, kereta api menjadi pilihan utamanya.
Sekalipun era kejayaan kereta api jurusan Jogja-Semarang telah sirna, jalur ini masih meninggalkan sisa-sisa kejayaannya. Di antaranya adalah rel yang telah tertimbun bangunan pemukiman, toko, warung, kios, pos kamling, pabrik, dan sebagainya. Rel jalur ini telah tenggelam sekalipun di beberapa ruas masih dapat dilihat, seperti ruas rel di daerah Blabak, Magelang.
Sisa atau peninggalan trayek kereta api jurusan Jogja-Semarang itu juga masih dapat kita saksikan di Jogja, yakni di Ngampilan. Di ruas jalan Letjend Suprapto Ngampilan, tepatnya di utara perempatan Ngampilan sisi timur jalan kita masih dapat menyaksikan sisa satu rambu yang digunakan untuk mengatur perjalanan kereta api. Rambu ini berdiri di atas menara besi dengan ketinggian sekitar 6 meter.
Rambu yang sebenarnya terletak tidak jauh dari Stasiun Ngampilan (Serangan) ini kini tampak demikian merana, sendiri, dan kehilangan makna serta fungsinya. Jika diamati maka rambu ini masih kelihatan gagah berdiri karena topangan menara besinya yang kuat (maklum logam besi produk zaman dulu memang lebih berkualitas daripada rata-rata produk besi zaman sekarang). Sisa cat warna kuning masih melekati permukaan logam rambu ini yang kenampakannya membentuk garis melintang berselang-seling (seperti garis sisi trotoar jalan yang berselang antara hitam dan putih).
Keletakannya yang sekarang berada di tengah trotoar mungkin sudah tidak direken lagi oleh orang. Bahkan mungkin dianggap mengganggu dan menyita ruang. Keletakannya yang berbaur dengan pemukiman, tiang bendera, tiang listrik, pepohonan, dan tiang telepon mungkin juga menjadikan sosoknya tidak menonjol. Ketidakmenonjolannya mungkin juga menjadikannya tidak terperhatikan.
Sebenarnya kehadiran rambu pengatur perjalanan kereta jurusan Jogja-Semarang yang sekarang terasa agak nyleneh karena di sekitarnya tidak ada lagi rel apalagi kereta dan stasiun, perlu juga dilestarikan sebagai tanda peringatan atau katakanlah monumen. Hal demikian mungkin perlu sebagai pengingat bahwa di tempat itu dulu pernah tergelar sejarah transportasi kereta api jurusan Jogja-Semarang. Masih adanya sisa peninggalan trayek kereta api Jogja-Semarang di tempat itu menjadikan orang seperti diingatkan kembali akan sejarah perkeretaapian, khususnya jurusan Jogja-Semarang.
Pada era itu kendaraan lain belum banyak. Polusi belum marak, kebisingan dan kesemrawutan belum segila sekarang. Ketegangan di jalanan belum setegang sekarang. Pada era itu perjalanan dengan kereta api hampir selalu dirasakan sebagai semacam perjalanan wisata sekalipun jarak yang diambil relatif pendek. Di dalam kereta orang bisa berbincang dengan santai sambil minum es, makan kacang, atau bahkan makan nasi. Perhubungan antarorang menjadi relatif menyaudara. Kini suasana semacam itu yang dulu terbangun lewat kereta api jurusan Jogja-Semarang sudah punah. Zaman berubah dan terus bergerak. Apa yang berlalu biarlah berlalu sekalipun pada titik-titik tertentu membangkitkan rasa rindu.
Anda penasaran dengan serpih peninggalan sejarah transportasi kereta api jurusan Jogja-Semarang ? Anda bisa membangkit-bangkit nostalgia Anda dengan datang dan mengamati sisa rambu kereta api di Ngampilan, Jogja.
a. sartono
Artikel Lainnya :
- Reog Kubro(19/09)
- PERKAMPUNGAN BATIK DI YOGYAKARTA(01/01)
- Bakmie Roxy Radio Dalam Bakmie Pinggir Jalan Rasa Resto(25/02)
- SLUKU-SLUKU BATHOK DOLANAN ANAK JAWA TAHUN 1935(29/07)
- LESUNG DAN ALU TEMPO DULU(25/11)
- 1 Oktober 2010, Kabar Anyar - MENJUAL JOGJA TANPA KEHILANGAN CITRA DAN HARGA DIRI(01/10)
- Malioboro tahun 1936 dan 1949(17/10)
- Batu Ombang Banteng di Pantai Parangkusumo Hasil Intrusi Magma(13/02)
- Lajang Neka Tjatoer Djawa(15/02)
- PAMERAN DAN LOMBA SENI MEDIA 2011(31/05)