Tembi

Makanyuk»WARUNG NASI TIMBEL CIAMIS MBAK NUR

05 Jan 2009 03:35:00

Makan yuk ..!

WARUNG NASI TIMBEL CIAMIS MBAK NUR

Meski namanya warung nasi timbel tapi yang paling dirindukan pembeli di warung ini adalah pepes, terong dan sambal. Citra lezat ketiga menu ini bisa dikatakan cukup melekat di kepala para penyantap kuliner yang mampir di warung ini.

Etalase di bagian depan warung memajang berbagai macam pepes. Ada pepes ikan tuna, patin, lele lokal dan gabus. Kadang-kadang tersedia juga pepes ikan salem, salmon dan kutuk. Anehnya tidak ditemui pepes ikan mas seperti laiknya di warung makan Sunda. Menurut pemiliknya, Mbak Nur, ikan mas kurang digemari di sini, berbeda dengan di Jawa Barat.

Pepes ini diolah Mbak Nur dengan berbagai bumbu, yakni kencur, jahe, kemiri, bawang, asem, gula jawa, jeruk, cabe, daun salam dan sereh. Jadi ada rasa manis, pedas dan asemnya. Pada awal bukanya warung ini, bumbu pepesnyatidak “sekaya” ini, sehingga menu pepes kurang diminati. Dari berbagai komentar para pengunjung, Mbak Nur berkreasi sehingga pepesnya terasa lebih manis dan pedas. Di Ciamis pepesnya sebatas gurih. Menyantap pepes olahan Mbak Nur memang sungguh nikmat. Bumbunya melekat di lidah, gurih dan sedap. Meski pepes ini hanya dikukus, tidak dibakar, toh kini menjadi primadona di antara beragam menu lainnya. Harga pepesnya Rp 7.000 per bungkus.

Bukan berarti menu selain pepes kurang nikmat. Terong bersambalnya juga menjadi jagoan. Dan tentu saja sang sambal. Nikmatnya sambal sering menggoda untuk menambah nasi dan lalap. Nasi yang disediakan ada dua macam, biasa dan timbel. Untuk nasi biasa, pengunjung dipersilakan mengambil sendiri takarannya. Sedangkan nasitimbel sudah ditakar dalam bungkus daun pisang. Nasi timbel biasa dijadikan bekal karena awet. Terong dihargai Rp 1.000 per 4-5 iris. Nasi biasa dan timbel Rp 1.500 per porsi.

Menu lainnya juga sedap. Ada ayam seharga Rp 5.000, lele jumbo (Rp 3.500), sambel welut (Rp 5.000). Untuk sambel welut, Anda harus menanti sekitar 10 menit. Tapi penantian ini dibayar dengan sambel welut yang “menggigit” dan memancing keringat.

Dengan interior dominan bambu, sembari duduk lesehan di tikar dan amben, menatap kehijauan di belakang warung, diperdengarkan musik degung khas Sunda, rasa lelah kita akan menyusut, berganti rasa rileks dan nyaman.

Warung yang dibuka pada Februari 2006 ini kian lama kian tambah ramai, terutama pada jam istirahat kantor. Jika sebelumnya pada hari Minggu warung ini tutup, sekitar dua bulan ini mulai dibuka meski ada kalanya libur. Jam bukanya pukul 10.00 sampai 16.30. Pemasukan kotornya lumayan, biasanya sekitar Rp 400.000 sehari, tapi kalau ramai bisa meraup Rp 800.000 per hari. Warung ini terletak di Jalan Imogiri Barat, di sebelah selatan stadion sepak bola Bantul.

Jika Anda ingin berganti suasana dan menu dari khas Jawa, silakan mampir ke warung ini. Meski olahan menunya tidak lagi sama dengan di Ciamis, dan dimodifikasi dengan lidah Jawa, tapi tentu saja kekhasan Sundanya tetap terasa.

a. barata, herjaka




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta