Judul : Ornamen Nusantara. Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia
Penulis : Drs. Aryo Sunaryo, M.Pd. Seni
Penerbit : Dahara Prize, 2009, Semarang
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xx + 220
Ringkasan isi :
Indonesia dengan berbagai suku bangsa memiliki kekayaan ornamen yang terdapat pada bermacam benda produk, pada tenun, sulaman, anyaman, ukiran, arsitektur, dan sebagainya. Kata ornamen berasal dari bahasa Latin, onare yang berarti menghiasi. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamanya adalah untuk memperindah benda produk atau barang yang dihias. Ornamen memiliki fungsi sebagai fungsi murni estetis, simbolis dan teknis konstruktif. Fungsi murni estetis merupakan fungsi ornamen untuk memperindah penampilan bentuk produk yang dihiasi sehingga menjadi sebuah karya seni. Hal ini tampak jelas pada produk-produk benda kerajinan, seperti keramik, tenun, anyaman, perhiasan dan lain-lain. Fungsi simbolis pada umumnya dijumpai pada produk-produk benda upacara atau benda-benda pusaka dan bersifat keagamaan atau kepercayaan. Misalnya ornamen berbentuk kala, biawak, naga, burung. Secara struktural suatu ornamen adakalanya berfungsi teknis untuk menyangga, menopang, menghubungkan atau memperkokoh konstruksi, sehingga berfungsi secara konstruktif. Misalnya tiang, talang air dan bumbungan atap.
Ornamen Nusantara menunjuk pada bermacam bentuk ornamen yang tersebar di berbagai wilayah tanah air, pada umumnya bersifat tradisional yang pada setiap daerah, memiliki kekhasan dan keragamannya masing-masing. Di samping perbedaan-perbedaan bentuk terdapat pula persamaan-persamaannya, misal jenis motif ornamen, pola susunan, pewarnaan, bahkan nilai simbolisnya. Perkembangan ornamen Nusantara ini selaras dengan kemajuan dan pertumbuhan kebudayaan Indonesia yang melatarbelakangi.
Motif merupakan unsur pokok sebuah ornamen. Melalui motif, tema atau ide dasar sebuah ornamen dapat dikenali sebab perwujudan motif umumnya merupakan gubahan atas bentuk-bentuk di alam atau sebagai representasi alam yang kasat mata. Ada pula yang merupakan hasil khayalan semata, karena itu bersifat imajinatif, bahkan karena tidak dapat dikenali kembali, gubahan-gubahan suatu motif kemudian disebut bentuk abstrak. Jenis-jenis ornamen Nusantara berdasarkan motif hiasnya dapat dikelompokkan menjadi motif geometris, motif manusia, motif binatang, motif tumbuh-tumbuhan, motif benda-benda alam, motif benda-benda teknologis dan kaligrafi. Dari segi perkembangan historis terdapat ornamen prasejarah, tradisional klasik atau kerakyatan pengaruh Hindu-Budha, Islam, Kolonial dan lain-lain. Dari segi kekhususan motif hias atau langgam yang berlatar belakang kedaerahan atau kesukuan ada motif Jawa, Bali, Kalimantan dan lain-lain. Dari segi gaya bentuknya ada motif bergaya realis, dekoratif dan abstrak.
Motif geometris merupakan motif tertua dalam ornamen karena sudah dikenal sejak jaman prasejarah. Motif geometris berkembang dari bentuk titik, garis, atau bidang yang berulang dari yang sederhana sampai dengan pola yang rumit. Hampir di seluruh wilayah nusantara ditemukan motif ini. Bentuk ornamen geometris antara lain meander, pilin, lereng, banji, kawung, jlamprang dan tumpal
Motif hias manusia sudah ada sejak kebudayaan prasejarah, antara lain yang terdapat pada sebuah nekara. Motif ini pada umumnya melambangkan gambaran nenek moyang terkait dengan pemujaan leluhur dan simbol gaib untuk penolak bala. Motif ini dapat ditemui hampir di seluruh Nusantara diterapkan pada kayu, logam, tulang, kain dan lain-lain. Jenisnya ada motif sosok utuh, motik kedok dan kala, motif mamuli dan bagian tubuh lainnya, dan motif wayang.
Motif binatang banyak diterapkan untuk menghias benda-benda peralatan yang terbuat dari kayu, perunggu, emas, perak, benda ukir, bangunan, tekstil atau busana pada batik, sulaman dan tenun. Motif binatang ini dengan berbagai jenis dan ragamnya dari bianatang yang hidup di darat, air, binatang yang dapat terbang sampai binatang imajinatif atau hasil rekaan semata. Pada umumnya merupakan biantang yang hidup di daerah masing-masing, kecuali binatang imajinatif yang terkait dengan kepercayaan, binatang mitologi pengaruh dari luar dan bentuk khayal lainnya. Motif binatang yang bisa terbang misal burung merak, enggang, garuda, phonix, ayam jantan/jago, kelelawar.Motif binatang air dan melata misal ikan dan ular, udang, naga, buaya, biawak dan kadal, siput, lipan dan kalajengking. Motif binatang darat antara lain kerbau, kuda, gajah, kelinci, anjing, singa, harimau.
Motif tumbuh-tumbuhan atau flora pada zaman prasejarah belum berkembang. Motif tumbuh-tumbuhan berkembang setelah datang pengaruh Islam sekitar abad ke -15. Sebaliknya motif manusia atau binatang mulai surut. Motif flora berpadu dengan motif benda-benda alam misal bebatuan, bukit/gunung dan awan. Motif hias tumbuh-tumbuhan diterapkan secara luas sebagai ornamen yang dipahatkan pada batu untuk hiasan candi, benda-benda produk misal tanah liat/keramik, kain bersulam, bordir, tenun, batik, emas, perak, kuningan dan lain-lain. Motif hias tumbuh-tumbuhan misal motif hias bunga, patra, lung dan sulur, serta motif hias pohon hayat.
Motif hias benda alam dan pemandangan diciptakan dengan mengambil inspirasi dari alam, misalnya benda-benda langit (matahari, bulan, bintang dan awan), api, air, gunung, perbukitan, bebatuan dan lain-lain.
Benda-benda teknologis yakni benda-benda buatan manusia juga tidak luput menjadi motif hias yang menarik. Pada umumnya motif ini tidak mempunyai arti tertentu, kecuali merupakan bagian dari informasi atau narasi yang akan disampaikan berkenaan dengan penggunaan atau peralatan yang dimaksud atau pembuatan benda tersebut. Kaligrafi merupakan tulisan indah atau seni tulis-menulis dan tidak hanya terbatas pada huruf Arab, walau pun yang berkembang pesat adalah kaligrafi huruf Arab. Motif hias abstrak menunjuk pada motif yang tidak dikenali kembali obyek asal yang digambarkan atau memang benar-benar abstrak karena tidak menggambarkan obyek-obyek yang terdapat di alam maupun obyek khayalan gubahan obyek alam serta tidak menggunakan unsur tulisan yang terbaca. Motif hias abstrak di sini menggunakan bentuk yang lebih bebas, bukan geometris. Sekalipun tidak banyak jumlahnya motif ini dapat ditemui pada batik, tenun, maupun ukir-ukiran.
Buku ini cukup menarik, berisi penjelasan sejarah asal-usul dan fungsi ornamen, jenis-jenis ornamen di Nusantara, teknik pembuatan ornamen disertai berbagai gambar ornamen dari seluruh Nusantara. Sayangnya gambar-gambar yang ditampilkan hanya hitam putih, tentu akan lebih menarik apabila ada yang ditampilkan sesuai warna aslinya.
Teks : Kusalamani
Artikel Lainnya :
- 20 Oktober 2010, Kabar Anyar - HARAPAN KEISTIMEWAAN RAKYAT YOGYAKARTA DALAM TRADISI MACAPATAN(20/10)
- Guntur Nur Puspito Tak Ambisi Jadi Pemain Musik Handal(26/03)
- Wisata Spiritual. Menjelajahi Situs-situs Bersejarah Spiritual Di Sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta(03/11)
- 20 Nopember 2010, Denmas Bekel(20/11)
- 3 Mei 2010, Kabar Anyar - PASAR NGASEM DIPASTIKAN MENJADI PASTHY(03/05)
- Ujian Tari Periode ke-5 Tembi Dance Company(23/11)
- DAFTAR BUKU PERPUSTAKAAN RUMAH BUDAYA Tembi(05/10)
- KOPI MERAPI SUGUHAN PAS DI HAWA SEJUK(08/06)
- Membahas Novel Pulang Karya Leila S Chudori di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta(06/03)
- Seni Karawitan Jawa. Ungkapan Keindahan dalam Musik Gamelan(18/04)