Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Wisata Spiritual. Menjelajahi Situs situs Bersejarah Spiritual Di Sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta

03 Nov 2008 11:34:00

Perpustakaan

Judul : Wisata Spiritual. Menjelajahi Situs-situs Bersejarah Spiritual Di Sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta
Penulis : Khoirul Sholeh
Penerbit : Narasi, 2008, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : 142
Ringkasan isi :

Di Daerah Istimewa Yogyakarta banyak sekali situs-situs bersejarah spiritual dan banyak dikunjungi orang untuk berziarah. Dalam buku ini ditulis sembilan situs yaitu Pasareyan Giriloyo, Pasareyan Mataram Kotagede, Makam Sewu (Makam Panembahan Bodho), Makam Syeh Bela-Belu dan Maulana Maghribi, Pasareyan Banyu Sumurup, Pasareyan Gunung Bagus makam leluhur Mataram, Pasareyan Imogiri, Pasareyan Ki Ageng Giring dan Pertapaan Kembang Lampir, serta Pasareyan Wotgaleh. Beragam kisah ada di balik situs tersebut baik yang masuk akal maupun tidak masuk akal. Misal kisah Joko Tarub yang menikah dengan bidadari Nawangwulan, nenek moyang leluhur Mataram.

Tujuan orang berziarah tentu bermacam-macam, tetapi yang jelas dengan berziarah orang diingatkan bahwa suatu ketika ia akan mati dan menghadap Tuhan sehingga perlu menyiapkan bekal sebaik-baiknya. Juga mengingatkan bahwa kita punya leluhur/pendahulu (entah baik atau buruk kelakuannya), punya peninggalan-peninggalan, tradisi-tradisi yang sarat nilai dan ajaran luhur yang perlu kita jaga. Dengan berziarah dan mengenang leluhur orang akan mengetahui bahwa untuk mencapai cita-cita diperlukan pengorbanan dan kerja keras. Misal kisah Jaka Umbaran atau Pangeran Harya Purbaya seorang senapati Mataram yang tangguh. Bahwa perbuatan baik atau buruk akan menuai akibat. Seperti Pemanahan yang mendapat hadiah hutan Mentaok karena anaknya Danang Sutawijaya berhasil membunuh Arya Penangsang. Di sinilah nantinya akan berdiri kerajaan Mataram. Tumenggung Endranata yang berkhianat terhadap perjuangan Sultan Agung makam dan nisannya dijadikan salah satu anak tangga menuju makam Sultan Agung. Ini berarti peziarah akan “menginjak-injak” pengkhianat tersebut.

Untuk mengunjungi atau berziarah pada situs-situs tersebut ada aturan-aturan tertentu yang harus ditaati. Aturan-aturan tersebut antara lain berpakaian yang sopan, bertingkah laku yang baik, memberitahukan kepada juru kunci, menunjukkan tanda pengenal bila ingin menginap, tidak boleh memotret pada areal-areal tertentu dan lain-lain. Khusus untuk Pasareyan Mataram Kotagede dan Pasareyan Imogiri paeziarah harus berpakaian adat. Untuk berziarah sebaiknya juga memperhatikan jadwal karena ada situs-situs tertentu yang tidak dibuka setiap hari misalnya Pasareyan Imogiri dan Pasareyan Mataram Kotagede.

Ada tradisi-tradisi tertentu yang masih hidup hingga sekarang pada beberapa situs tersebut seperti nyadran di Makam Sewu/Makam Panembahan Bodho, Nawu Kong/Nguras Enceh di Pasareyan Imogiri. Bahkan di Pasareyan Wotgaleh (makam Pangeran atau Panembahan Purbaya) yang terhitung berada di kompleks pangkalan AAU Maguwoharjo, Sleman pilot tidak berani menerbangkan pesawat di atas makam.

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta