Ujian Tari Periode ke-5 Tembi Dance Company

Berlatih tari tidak saja akan berguna untuk kesehatan, namun juga akan mendidik anak untuk luwes bersikap, luwes berpakaian dan berdandan, percaya diri sekaligus dapat menjadi filter bagi pengaruh-pengaruh luar yang tidak baik.

Made Dyah Agustina bersama anak-anak anggota Sanggar Tari Tembi yang mengikuti ujian tari di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Selasa, 23 Oktober 2012, foto: a.sartono
Made Dyah Agustina, pelatih tari di TDC tersenyum gembira bersama
anak-anak anggota Sanggar Tari Tembi

Tembi Dance Company (TDC), yang merupakan salah satu unit kegiatan kesenian di Tembi Rumah Budaya, kembali mengelar ujian tari. Kali ini ujian periode ke-5. Ujian dilaksanakan di Pendapa Yudanegaran, Tembi Rumah Budaya, pada hari Selasa, 23 Oktober 2012 mulai jam 15.00-18.40 WIB. Ujian kali ini diikuti oleh 35 peserta. Mereka semua adalah murid dari Sanggar Tari Anak Tembi di bawah asuhan TDC.

Materi tari yang dujikan meliputi Tari Wek-wek, Tari Prawira, Tari Payung, dan Tari Turangga. Tari Wek-wek ciptaan Kinanti Sekar Rahina, Tari Payung ciptaan Mila Rosinta, dan Tari Prawira serta Tari Turangga ciptaan Made Diah Agustina.

Ketiga pencipta tari tersebut adalah para pengasuh tari atau pengampu TDC. Untuk ujian kali ini di bawah pengawasan dua dewan juri atau penilai yang berasal dari Jurusan Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta. Mereka itu adalah Yogagita dan Ni Luh Putu. Hal demikian dilakukan untuk dapat memberikan ”sentuhan” yang berbeda.

Anak-anak anggota Sanggar Tari Tembi berfoto bersama di Pendapa Yudhanegaran Tembi Rumah Budaya, Selasa, 23 Oktober 2012, foto: a.sartono
antusiasme anak-anak untuk belajar menari di Tembi Dance Company cukup tinggi

Bagi Made Diah Agustina mendidik anak-anak untuk belajar menari merupakan tantangan tersendiri. Ada kepuasan tersendiri yang dia rasakan ketika ia mampu membuat anak yang semula tidak bisa menari menjadi bisa menari. Tentu saja, ia mengakui, tidak mudah membuat anak-anak yang belum mengerti tentang tari atau seni gerak, kemudian bisa menjadi senang dan berlatih tari.

Antusiasme pendaftar kursus tari di Tembi juga menggembirakan. Akibatnya, satu guru tari terpaksa menangani lebih dari 10 orang anak. Padahal idealnya 10 orang siswa atau peserta kursus dilatih oleh satu orang guru tari. Namun, apa boleh buat, semua harus dilayani dengan sebaik-baiknya.

Antusiasme ini mungkin disebabkan oleh karena ongkos pendaftaran yang murah, yakni Rp 10.000 per orang per bulan. Mungkin juga karena calon peserta tertarik oleh ketersediaan jumlah pelatih tari yang mumpuni di TDC, yaitu tiga orang.

Salah satu ekspresi dari penari cilik TDC, Tembi Rumah Budaya dalam Tari Payung, foto: a.sartono
ujian tari yang dijalani dengan gembira ria oleh anak-anak

Untuk dapat mengikuti atau menguasai satu jenis tarian maka peserta kursus harus menempuh pendidikan selama 6 bulan. Itu artinya biaya kursus selama 6 bulan adalah Rp 60.000.

Kesungguhan anak-anak peserta kursus tari di TDC, juga sangat ditopang oleh dukungan orang tua masing-masing anak. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan para orang tua mengantar dan menunggu anak-anak berlatih. Bahkan dalam ujian pun hampir semua orang tua (ayah-ibu) peserta kursus hadir untuk menyaksikan dan mendampingi.

Berlatih tari tidak saja akan berguna untuk kesehatan, namun juga akan mendidik anak untuk luwes bersikap, luwes berpakaian dan berdandan, percaya diri sekaligus dapat menjadi filter bagi pengaruh-pengaruh luar yang tidak baik.

Tari Perwira sedang ditarikan oleh anak-anak Sanggar Tari Tembi. Tari Perwira merupakan tari ciptaan Made Dyah Agustina dari TDC, Tembi Rumah Budaya, foto: a.sartono
tari perwira melambangkan ketangkasan, kesigapan, dan keperwiraan seorang ksatria

a.sartono

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta