Tembi

Makanyuk»SATE KLATHAK DI PASAR JEJERAN

09 Feb 2009 03:52:00

Makan yuk ..!

SATE KLATHAK DI PASAR JEJERAN

Sate klathak adalah sate yang hanya dibumbui dengan garam dan bawang putih. Karenanya dibanding sate “konvensional” rasa daging aslinya lebih terasa. Sate ini bisa ditemui di dalam Pasar Jejeran, Jalan Imogiri Timur, selepas senja.

Di warung Pak Zabid, Tembi menikmati sate ini dalam keremangan cahaya, hanya diterangi lampu sentir. Rasa daging kambingnya memang lebih kental di lidah. Sesekali diselingi seruputan teh manis yang hangat, rasanya nikmat.

Untuk satu porsinya kita mendapat dua tusuk sate. Dalam tusukan jeruji sepeda sepanjang 30 cm ini ada tujuh potong daging. Sebagai temannya Anda bisa memesan satu teko kecil teh manis, atau segelas jeruk hangat.

Menu lainnya adalah sate bumbu, tongseng dan gule. Sate bumbu adalah sate yang dihidangkan bersama kecap manis campur gula jawa, beserta pernik-pernik tomat, timun dan kubis. Potongan dagingnya tidak ditusuk, jadi untuk menyantapnya, kita menggunakan sendok. Semua makanan ini seharga Rp 10.000 per porsi. Sedangkan teh dan nasi hanya Rp 1.000. Anda juga bisa memesan gule kepala kambing seharga Rp 50.000 untuk lima porsi.

Pak Zabid (52 tahun) mengisahkan, ia membuka warung sate klathak di Pasar Jejeran pada tahun 1992. Ia meneruskan usaha ayahnya, Pak Ambyah, yang wafat pada tahun 1986. Selama lima tahun setelah kepergian Pak Ambyah, warung sate klathak ini sempat vakum. Atas desakan istri dan anak-anaknya, ia membuka kembali warung kuliner khas ini, yang ternyata laris-manis. Kemudian warung-warung lain menyusul pada sekitar tahun 2000an. Lucunya, para pemilik warung-warung ini adalah keturunan Pak Ambyah, jadi semua masih terikat pertalian darah. Dari tujuh orang anak Pak Ambyah, enam orang berjualan sate klathak. Empat di antaranya berdagang di dalam Pasar Jejeran. Pak Zabid –yang kelahiran Jejeran-- adalah anak ketiga. Pak Ambyah memang bisa dikatakan sebagai kampiun sate klathak. Ia telah berjualan sate klathak di pasar ini sebelum tahun 1945. Kuliner rintisannya itu kini sudah dipegang generasi kedua dan ketiga.

Warung Pak Zabid buka sejak maghrib sampai pukul setengah satu malam. Dalam sehari rata-rata Pak Zabid menghabiskan kambing satu ekor, dengan berat sekitar tujuh kilogram. Kalau sedang ramai bisa dua ekor.

Karena letak warung sate klathak ini di dalam pasar, dan hanya memanfaatkan los yang kosong seusai tutupnya pasar, maka secara estetis tempatnya sungguh tidak menarik. Anda juga sulit menangkap wajah teman Anda lantaran buramnya cahaya di sini. Toh tempat ini tak pernah sepi dari pembeli. Kesederhanaan tempat ini adalah kesederhanaan sate klathak yang terus dikangeni penggemarnya.

a. barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta