Tembi

Makanyuk»SATE AYAM PODOMORO

28 Sep 2009 09:13:00

Makan yuk ..!

SATE AYAM PODOMORO

Di tengah menjamurnya warung sate kambing di Yogya, warung yang khusus menawarkan sate ayam mudah dihitung dengan jari. Apalagi ayam kampung. Terlebih lagi yang ngangeni, yang jadi acuan saat ingin menyantap sate ayam kampung. Salah satunya adalah sate ayam Podomoro di Jalan Mataram, sebelah utara Hotel Melia Purosani.

Daya tarik warung ini tentu soal rasa, kombinasi daging ayam yang lezat dan empuk dengan bumbu kacang dankecap yang gurih dan manis. Rasanya meresap di lidah. Disediakan pula pelengkap berupa potongan jeruk nipis, serta irisan bawang merah dan cabe.

Selain sate daging, disediakan pula sate brutu dan sate uritan. Sate brutunya sedikit kenyal, rasanya sangatgurih. Sedangkan sate uritan yakni paduan kulit dan telur tak kalah nikmat. Harga sepuluh tusuk sate daging Rp 12.000. Sedangkan sepuluh tusuk sate brutu dan sate uritan masing-masing dipatok Rp 35.000, tapi Anda bisa memesan satu tusuk saja. Sementara sepiring lontong atau nasi dihargai Rp 2.000.

Warung milik Sarmin Sariatmojo (69 tahun) ini nampaknya berhati-hati dalam menjaga kualitas satenya. Menurut Gunawan (33 tahun), putra sulung pak Sarmin, mereka membeli ayam hidup dari pasar. Dengan demikian kontrol bisa dilakukan sejak awal. Ayam ini lantas disembelih, direndam dalam air panas, dan dicabuti bulunya. Kemudian dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu halus, lalu direbus sekitar sepuluh menit. Baru dikuliti. Jadi dagingnya benar-benar bersih.

Untuk menimbulkan cita rasa yang nikmat, ungkap Gunawan, potongan daging diberi minyak goreng dan ramuan bumbu, lantas dibakar setengah matang. Daging kembali direndam dalam minyak goreng dan bumbu. Saat ada yang memesan, daging tersebut tinggal dibakar.

Warung ini termasuk ramai dikunjungi penikmat sate. Seharinya warung ini biasanya menghabiskan sekitar 35 ekor ayam kampung. Sedangkan saat ramai pembeli, bisa mencapai 45-50 ekor. Ada dua tempat pembakaran untuk melayani banyaknya pengunjung, satu di depan, satu di belakang warung.

Gunawan menuturkan bagaimana ayahnya merintis usaha ini dari bawah. Masih memakai pikulan, Pak Sarmin mulai menjajakan sate ayam kampung sejak 1959. Pria asal Klaten ini kerap mangkal di kawasan Pasar Beringharjo. Kemudian pada tahun 1979 Pak Sarmin membuat warung permanen di Jalan Mataram, tempatnya sekarang. Saat itu karyawannya masih di bawah 10 orang. Kini jumlah karyawan pak Sarmin mencapai 20 orang. Mereka tinggal di rumah di bagianbelakang warung, berdampingan dengan rumah pak Sarmin dan keluarganya. Tanah luas di belakang warung ini memang milik pak Sarmin yang dibeli secara bertahap.

Warung ini resminya buka pada pukul 09.30, dan tutup pada pukul 21.00. Tapi jika sedang ramai, biasanya pukul 15-16 sudah tutup. Pada hari Jumat, warung ini tutup. Selain di Jalan Mataram, mereka juga membuka warung di Jalan Adi Sucipto, sebelah timur Ambarukmo Plaza, serta di Magelang dan Klaten. Yang mengelola adalah sanak saudara Pak Sarmin. Di tiga warung ini, racikan bumbunya tidak dibuat di Jalan Mataram, tapi di warung masing-masing. Dengan enteng, Pak Sarmin membeberkan resepnya kepada saudaranya. “Rezeki tidak kemana,” ujar Gunawan.

Nyatanya warung sate ayam ini senantiasa ramai. Penggemar sate setia “podo moro” kemari.

a. barata




Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta