Ini Dia Makanan Khas Pundong, Bantul, Abangan Namanya
Sensasi dari makanan ini tidak terletak pada rasa dan presentasinya yang mewah, namun justru karena sedemikian sederhananya, dan petualangan pencariannya yang harus mblusuk ke jantung Pasar Pundong
Abangan, makanan khas Pundong, Bantul
Di daerah Bantul ada makanan yang dinamakan “abangan”. Jenis makanan ini tidak ada hubungannya dengan terminologi sosiologis-politis yang dirumuskan oleh Indonesianis Clifford Geertz: Abangan, Santri, Priyayi.
Abangan bisa dikatakan makanan khas wilayah Pundong, Bantul, DIY. Kemungkinan besar makanan ini ada seiring dengan munculnya industri rumah tangga setempat, yakni industri tepung tapioka.
Dalam proses industri tersebut selain menghasilkan tepung tapioka, ada pula produk sampingan lain, antara lain “Gabul” (ampas singkong), yang apabila sudah dikeringkan dapat digunakan sebagai pakan ternak. Sekalipun demikian gabul juga sering digunakan untuk campuran produksi makanan.
Selain gabul dan tepung tapioka (pati/kanji), industri tepung tapioka ini juga menghasilkan produk sampingan lain yakni apungan (tepung yang mengapung). Apungan inilah setelah diolah menjadi makanan dinamakan abangan. Disebut demikian mungkin karena ia adalah bukan dari yang inti. Bukan yang murni. Ia hanyalah hasil sampingan.
Ibu Nur Asiah dan abangan-nya di antara dagangan yang lain
Ada versi lain yang mengatakan bahwa nama abangan berasal dari warna merah makanan ini, yang dihasilkan dari warna cabai merah yang digunakan untuk mengolahnya. Merah dalam bahasa Jawa disebut abang.
Bumbu untuk mengolah abangan ini pada hakikatnya tidak jauh beda dengan bumbu masakan oseng-oseng, yakni bawang putih, bawang merah, cabai merah, garam, lengkuas, dan daun salam. Namun khusus untuk bumbu abangan ditambahkan tempe semangit atau tempe bosok.
Barangkali bagi Anda yang tidak terbiasa dengan makanan orang-orang desa di Jawa, tempe bosok akan membuat Anda merasa ngeri. Jangan keliru dulu. Tempe bosok pada beberapa jenis masakan akan memberikan aroma dan sentuhan rasa yang berbeda. Anda kenal terasi atau blacan? Nah, efek rasa dan aromanya mirip-mirip dengan bumbu yang berasal dari hasil laut ini.
Makanan abangan ini hanya bisa didapatkan di tengah Pasar Pundong, Bantul. Itu pun hanya di waktu pagi hari mulai jam 08.00 hingga 12.00 WIB. Selepas jam itu penjual abangan sudah pulang ke rumah. Salah satu penjualnya adalah Nur Asiah (42), yang telah berjualan abangan sejak tahun 2004.
Abangan dalam bungkus daun pisang dan daun jati
Nur Asiah menyatakan dalam sehari bisa menjual sebanyak dua baskom, atau sekitar 2 - 3 kilogram, abangan. Biasanya ia juga menjual miedes (mie pedes) dan mietil (mie pentil) sebagai menu lainnya. Banyak orang menyukai abangan sehingga dagangannya boleh dikatakan pasti habis setelah pukul 12.00 atau bahkan sebelum itu.
Abangan umumnya diolah dari bahan baku tepung hasil sampingan proses produksi tepung tapioka yang kemudian dibuat adonan dicampur bumbu dan digoreng seukuran apem. Usai itu hasil gorengan yang menyerupai bakwan itu dipotong-potong. Setelah dipotong-potong kemudian ditumis dengan bumbu seperti yang telah disebutkan. Abangan dapat disantap sebagai cemilan ataupun sebagai lauk.
Rasa abangan mirip dengan cap cai jawa (biasa disuguhkan dalam hajatan di desa-desa). Kenyil-kenyil seperti jeli yang agak padat dengan rasa pedas, asin, dan gurih yang dominan. Oleh karena bahannya dari tepung singkong maka makanan ini cepat memberi efek kenyang. Hal yang khas dari abangan umumnya dikemas dalam bungkus dari daun jati/pisang atau perpaduan keduanya.
Jika ke Bantul tidak ada salahnya Anda mencicipi makanan khas dari desa ini. Sensasi dari makanan ini tidak terletak pada rasa dan presentasinya yang mewah, namun justru karena sedemikian sederhananya, dan petualangan pencariannya yang harus mblusuk ke jantung Pasar Pundong. Asyiknya pula, harganya murah! Beli dua atau tiga ribu rupiah sebungkus pun boleh. Beli seribu rupiah sebungkus pun dilayani.
Abangan setelah bungkusnya dibuka
Makan yuk ..!
A Sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Cemilan Gurih-Manis, Martabak Jamur dan Pisang Kencana(11/02)
- Selalu Sedia Makanan Rumahan di Pulo Segaran(04/02)
- Monggo Dhahar Gudeg Manggar(22/01)
- Pepes Banyak dan Serba Banyak(14/01)
- Sate Klatak Pak Bari(19/12)
- Ayam Goreng Bu Tini yang Ngangeni(11/12)
- Resep Warisan dari mBah Hadi(19/11)
- Mie Sarang Emprit, Enaknya Awet di Lidah(12/11)
- Sego Megono Khas Pekalongan(07/11)
- Nasi Genjer Ayam ala Pulo Segaran(30/10)