Wedding and Guns

Wedding and Guns

Entah mengapa, judul lukisan karya Tri Wahyudi, yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta sampai (8/7) yang akan datang, salah satunya, mempunyai judul yang seram ‘Wedding and Guns”. Seorang Pengantin perempuan, mengenakan gaun warna putih, ditangannya memagang senjata api, berupa pistol. Wajah perempuan yang terlihat (sangat) serius, seperti mengabarkan watak kejam melekat dalam diri perempuan itu.

Agaknya Tri Wahyudi hendak memotret realitas kehidupan keluarga, yang mana peran perempuan sangat dominan sehingga melakukan represi terhadap suaminya. Lukisan yang berjudul ‘Wedding and Guns’ tersebut seperti sedang menyampaikan pesan tak harmonisnya hubungan laki-perempuan dalam satu keluarga. Tapi kenapa simbol senjata api yang diambil oleh pelukisnya? Dan kenapa pula, senjata api didekatkan dengan perempuan yang mengenakan baju warna putih dan dalam suasana bahagia? Tak tahulah, yang jelas, pistol dan perempuan dua hal yang berbeda.

Tajuk pameran yang dihadirkan oleh Tri Wahyudi ‘The Journey before bedtime’. Barangkali karena tajuknya menggunakan bahasa asing, judul lukisannya pun, sebagian besar –tidak untuk menyebut semua—menggunakan bahasa asing, misalnya, ‘Thinking abaout the world’, ‘Happines’, ‘The toys story in my home’, ‘The Last Journey’ dan sejumlah judul lainnya.

Wedding and Guns

Pada karya Tri Wahyudi yang dipamerkan di Bentara Budaya ini, warna menyala, khususnya warna merah menyapu bersih kanvasanya. Memang, ada warna lain yang digoreskannnya, tetapi dominasi warna merah sangat kuat. Seolah, dengan warna merah, perjalananan Tri Wahyudi dibalut rasa optimstis.

Seni rupa kita memang penuh gairah. Bahkan, saking bergairahnya, tak henti-hentinya di Yogya, di ruang pamer yang berbeda, seni rupa menyerbu. Seolah, orang tidak bisa ambil nafas untuk tidak melihat karya seni rupa yang dipamerkan. Seni rupa mengalir deras, dalam pola dan gaya yang bermacam. Warna yang berbeda, dan tentu saja, ekspresi yang beragam. Yang menggetarkan, sebagian besar karya seni rupa dihasilkan oleh perupa-perupa muda.

Perihal tema yang diangkat ‘The Journey before bedtime’ kita seperti ‘diajak’ berkeliling dalam imajinasi Tri Wahyudi, dan imaji itu sering menggelikan, seperti dalam judul ‘Thinking abaout the world’ atau ada juga yang menyeramkan seperti ‘wedding and guns’. Ada pula yang menyentuh perasaan dan hati seperti dalam lukisan yang berjudul ‘Happines’. Pendek kata, imajinasi Tri Wahyudi meloncat-loncat tak beraturan, dan orang seolah ‘diminta’ untuk mengikutinya’.

Tapi entah kenapa, Tri Wahyudi menggambarkan ‘kisah imajinasinya’ secara penuh warna. Karena mimpi, biasanya tidak memiliki warna, kecuali hitam putih. Pada Tri Wahyudi, imajinasi, aganya suatu realitas yang penuh warna, setidaknya seperti yang dia ‘lihat’, dan karena itu karya lukisanya hadir degan full colour.

Pada karya seni rupa, bukan hanya Tri Wahyudi, memang sering ditemukan tajuk dan judul karya lukisnya menggunakan bahasa asing. Barangkali, bagi perupa muda, judul yang memakai bahasa asing bisa ‘mendunia’,. Dalam arti sempit orang asing bisa membacanya. Padahal sering kita temukan, termasuk karya Tri Wahyudi, kisah dan visual yang dilihat pada kanvasnya merupakan kisah-kisah lokal, apalagi detil dari visualnya juga menunjukkan lokalitas satu tempat, tetapi diberi judul menggunakan bahasa asing. Rasanya, perupanya tidak mengalami problem kultural, malah kelihatan bahagia dan penuh percaya diri.

Wedding and Guns

Dan rupanya, melalui pameran yang bertajuk ‘The Journey before bedtime’ Tri Wahyudi sedang berkisah menyangkut imajinasinya pada dunia. Atau ia seperti sedang berpikir tentang dunia.

Mudah-mudahan dunia mendengarnya.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta